Jaga Kemenangan Idul Fitri yang Kita Raih

Altov Johar

Ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Setelah sebulan penuh digembleng untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas beribadah, akhirnya kita sampai pada Hari Kemenangan yakni Idul Fitri.
Ya, Idul Fitri sering disebut-sebut sebagai hari kemenangan. Pasalnya di hari itu kaum beriman meraih kemenangan atas jihad akbar melawan hawa nafsu, selama sebulan penuh. Dengan harapan, kita terlahir kembali sebagai manusia yang suci, bersih dari dosa, dan dapat kekuatan baru.
Namun tak berarti perjuangan’terhenti setelah Idul Fitri. Karena kemenangan yang hakiki justru diukur dari bagaimana kita mempertahankan dan meningkatkan ibadah setelah Ramadhan (Syawal). Sebagaimana secara harfiyah Syawal artinya peningkatan.
Seandainya kita tidak bisa membawa diri setelah Idul Fitri, berarti saat kita kalah melawan keadaan itu, yang khusus kita perhatikan (meningkatkan ibadah), ya percuma,” ujar KH Saifuddin Amsir, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), di kediamannya, Kawasan Kalimalang, Jakarta Timur, (15/6).
“Jadi begitu kita menang saat Idul Fitri, maka ke depannya kemenangan itu harus terjaga. Di situ arti kemenangan. Kalau kita jaga di awal tapi di belakang jebol, ya percuma juga. Jadi harus lebih ditingkatkan lagi,” lanjut pria yang akrab disapa Abuya itu.
KH Saifuddin mengatakan, semangat itu pun tersirat dari kata Lebaran, yang juga sering dijadikan sebagai kata pengganti dari Idul Fitri. Dikatakan olehnya, Lebaran sendiri diambil dari kata Lebar.
“Lebaran itu asal katanya lebar, dalam berbagai hal. Dalam beribadah lebih lebar (ditingkatkan) lagi. Berbagi dengan sesama juga lebih lebar lagi,” ucapnya.
Oleh karenanya, jangan sia-siakan kemenangan yang telah kita raih di Idul Fitri. Sebab kita tidak mengetahui apakah akan kembali dipertemukan dengan Bulan Ramadhan berikutnya.

Sumber Tabloid Bintang

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *