Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma atau dikenal juga dengan nama Wan Gani lahir tahun 1800 dan wafat pada tahun 1933. Dia pernah diangkat menjadi Mufti Betawi oleh Pemerintah Hindia Belanda sebelum Habib Utsman bin Yahya.
Menurut salah satu keterangan cicitnya bahwa Habib Husein bin Umar bin Hud Al-Attas dari tanah 100 Tanjung Barat pernah mengatakan jika Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma adalah seorang wali besar pada masanya. Salah seorang Dosen di Al-Azhar, Mesir juga pernah sangat kagum dan juga mengatakan bahwa ilmu Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma itu sangat tinggi dan dalam ketika mengetahui salah seorang mahasiswanya yang berasal dari Indonesia mendatangi salah seorang anak Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma untuk membuat sebuah tulisan mengenai Tafsir Bismillahirrahmanirrahim, dan sang mahasiswa A-Azhar itu dalam membuat tafsir bismillah bersandarkan sanad dari Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma yang dipegang oleh salah satu anaknya. Sehingga mahasiswa tersebut berhasil meraih gelar S1 (Lc.).
Pernah pula KH DR Idham Kholid mencari sebuah doa dari Al-Fatihah yang ada sanadnya, setelah sekian lama mencari justru beliau mendapatkan informasi di Makkah bila salah satu pemegang sanad doa tersebut ada di Jakarta. KH Idham Kholid sangat terkejut, dan akhirnya kemudian bertemu dengan salah satu anak Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma dan kemudian akhirnya berhasil mendapat ijazah sanad doa tersebut.
Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma atau Wan Gani atau Pangeran Abdullah Ghoni adalah cucu seorang Ulama Besar Betawi Kayu Putih, Tanah Tinggi, Jakarta Timur (kini daerah tersebut menjadi Pacuan Kuda Pulo Mas) yang bernama Datuk Kidam. Ayahnya bernama Pangeran Abdullah Syafi’i yang juga merupakan seorang ulama. Datuk Kidam sendiri adalah orang pertama yang mendirikan Pondok Pesantren di Kayu Putih Tanah Tinggi (kini sudah tiada). Datuk Kidam ini juga sama alilmnya dengan Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma. Pada masa itu atau pertengahan abad 19 daerah Kayu Putih Tanah Tinggi terkenal dengan hasil buminya yang makmur, sehingga banyak orang menjulukinya sebagai Kampung Indah Negeri Dongeng karena begitu suburnya hasil bumi di sana.
Tidak diketahui pernah dimana Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma ini belajar dan siapa saja gurunya, hanya berdasarkan uraian anaknya dan juga cicitnya, Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma ini pernah belajar di Aceh dan kemungkinan besar juga pernah belajar di Makkah karena beliau sempat berapa kali naik haji dan tidak langsung pulang ke Indonesia.
Medan dakwahnya ternyata tidak hanya di Betawi. Dia juga sering berkeliling Nusantara seperti Aceh, Sumatra Utara, Palembang, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan lain-lain. Sekalipun beliau sering berkeliling Nusantara dan juga pernah belajar di Aceh dan juga beberapa daerah lain, kepribadian beliau ini sangat tertutup sekali. Beliau tipikal ulama yang mastur. Kehidupan dunianya betul-betul sudah dibuang jauh, beliau lebih banyak mendalami dunia makrifat, dapat dikatakan pola kehidupan beliau ini Zuhud dan wara. Syaikh Abdul Ghoni Mertakusuma betul-betul bukan tipikal ulama dunia, beliau ini hidupnya seperti Uwaish Al-Qorni, di dunia jarang dikenal orang namun ketika wafat ribuan orang tumpah ruah mendatangi jasadnya.
Dikutip dari buku Geneologi Ulama Betawi oleh Rakhmad Kiki Jaelani
Assalamualaikum mau nnya dri cerita itu ada novel sejarah betawi kalo ada sya beli
Waalaikumsalam mohon maaf, kita tidak punya.