Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Ada banyak teori tentang kecerdasan sesuai dengan sudut pandangnya. Ada yang mengaitkanya dengan akademik, ketrampilan, musik ataupun imajinasi. Demikian pula dengan kebodohan merupakan kebalikan kriteria di atas.

 

Lantas bagaimana kriteria kecerdasan dan kebodohan menurut Allah SWT, Rasulullah SAW, Shahabat dan para Ulama?

 

*Allah SWT*

 

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Az-Zariyat: 56)

 

Orang yang cerdas menurut Allah SWT adalah orang yang tahu penciptaan dirinya bertujuan untuk menjadi abdi Allah SWT dengan menjadikan seluruh aktifitas sarana ibadah kepada-Nya. Sedangkan orang bodoh yang lupa terhadap tujuan penciptaan dirinya.

 

*Rasulullah SAW*

 

الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ

 

“Orang cerdas adalah orang yang introspeksi diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, dan orang lemah adalah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah,” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya).

 

Orang cerdas menurut Rasulullah SAW adalah yang pandai menimbang diri (muhasabatun nafsi) dan menyiapkan perbekalan untuk kehidupan abadi setelah kematian jasad.

 

Allah SWT berfirman:

 

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

 

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An-Nisaa : 17)

 

*Komentar ulama dari kalangan shahabat dan tabi’in tentang ayat di atas:*

 

Ibnu Abbaas radhiallahu ‘anhumaa berkata,

 

مَنْ عَمِلَ السُّوْءَ فَهُوَ جَاهِلٌ، مِنْ جَهَالَتِهِ عَمِلَ السُّوْءِ

 

Barangsiapa yang melakukan keburukan/maksiat maka ia adalah orang jahil, karena kebodohannya maka ia melakukan kemaksiatan (Tafsiir At-Thobari 8/90)

 

Abul ‘Aaliyah berkata, “Aku bertanya kepada para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat ini maka mereka berkata kepadaku,

 

كُلُّ مَنْ عَصَى اللهَ فَهُوَ جَاهِلٌ

 

Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah maka ia adalah orang jahil/bodoh” (Lihat Tafsiir At-Thobari 8/89)

 

Mujahid berkata,

 

كُلُّ مَنْ عَصَى رَبَّهُ فَهُوَ جَاهِلٌ حَتَّى يَنْزِعَ عَنْ مَعْصِيَتِهِ

 

Setiap orang yang bermaksiat kepada Robbnya maka ia adalah orang jahil hingga ia meninggalkan kemaksiatannya tersebut (Tafsiir At-Thobari 8/89).

 

*Faedah:*

 

*Satu,* orang yang cerdas menurut Allah SWT adalah orang yang tahu penciptaan dirinya bertujuan untuk menjadi abdi Allah SWT dengan menjadikan seluruh aktifitas sarana ibadah kepada-Nya. Sedangkan orang bodoh yang lupa terhadap tujuan penciptaan dirinya.

 

*Dua,* orang cerdas menurut Rasulullah SAW adalah yang pandai menimbang diri (muhasabatun nafsi) dan menyiapkan perbekalan untuk kehidupan abadi setelah kematian jasad.

 

*Tiga,* menurut para ulama: Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah atau melakukan keburukan, maka ia adalah orang jahil/bodoh. Wallahu A’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Penulis adalah Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *