Oleh: Hayat Abdul Latief
*Penggunaan Kalender Hijriyah*
Sebagai muslim seharusnya kita paham betul tentang penanggalan Hijriyah dan asal-usul penggunaannya. Ketika Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur pada zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhah bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam.
Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah Saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad Saw menjadi Rasul. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan wafatnya Rasulullah saw. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah Saw dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah Saw. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke 6 setelah wafatnya Rasulullah saw.
Dalam setahun, seperti kalender Masehi kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan. Al-Qur’an menegaskan hal tersebut:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..” (QS. At-Taubah: 36)
*Nama-Nama Bulan Hijriyah*
Penamaan bulan-bulan hijriyah setidaknya berdasarkan 3 fenomena, yaitu: fenomena alam, fenomena sosial dan fenomena keagamaan.
*Satu,* Al-Muharram. Syekh Alamud Din As-Sakhawi di dalam kitabnya Al-Masyhurfi Asmail Ayyam wasy Syuhur telah menyebutkan bahwa bulan Al-Muharram di namakan Al-Muharram karena ia merupakan bulan yang diharamkan (disucikan). Mengingat orang-orang Arab di masa lalu berpandangan labil terhadapnya, terkadang dalam satu tahun mereka menghalalkannya, sedangkan di tahun yang lain mengharamkannya.
*Dua,* Shafar. Shafar artinya nol atau kosong. Bulan Shafar, dinamakan demikian karena rumah-rumah mereka kosong dari para penghuninya, sebab penghuninya pergi untuk berperang dan mengadakan perjalanan.
*Tiga,* Rabiul Awwal. Bulan Rabiul Awwal dinamakan demikian karena mereka menetap di rumahnya masing-masing. Al-irtiba artinya tinggal di keramaian daerah tempat tinggal. Bentuk jamaknya adalah arbi’a. Penamaan bulan ini pada masa Arab jahiliah bertepatan dengan musim semi.
*Empat,* Rabiul Akhir. Rabiul Akhir sama ketentuannya dengan Rabiul Awwal. Bulan ini bertepatan dengan musim semi.
*Lima,* Jumadil ula. Jumada, dinamakan demikian karena pada bulan itu air membeku. Menurut perhitungan mereka (orang-orang Arab di masa Jahiliah) bulan-bulan itu tidak berputar-putar —tetapi pendapat As-Sakhawi kali ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya—, sebab bulan-bulan itu menurut mereka dikaitkan dengan hilal. Dengan demikian, berarti bulan-bulan itu harus berputar. Barangkali mereka menamakannya dengan sebutan Jumada pada awal mulanya ialah di saat air sedang membeku.
*Enam,* Jumadil Akhirah. Jumada dijamakkan menjadi jumadiyat, sama wazannya dengan lafaz hubara yang jamaknya hubariyat. Lafaz jumada terkadang di-muzakkar-kan dan terkadang di-muannas-kan, maka dikatakan Jumadil Ula dan Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, dan Jumadil Akhirah. Bulan ini bertepatan dengan cuaca yang membeku.
*Tujuh,* Rajab. Rajab, berasal dari tarjib, artinya menghormat; dijamakkan dalam bentuk arjab, rajab, dan rajabat. Bangsa Arab biasa menghormati bulan itu, yakni mengagungkannya, dan mereka menamai dengan Ashomm (tuli) karena mereka tidak mendengar suara peperangan di bulan itu. Bulan ini dinamakan rajab karena pada bulan ini orang-orang Arab melucuti ujung-ujung tombak mereka.
*Delapan,* Syaban. Syaban berasal dari syaabai qabailu, artinya kabilah-kabilan itu mulai berpencar untuk mengadakan serangan. Dinamakan Sya’ban juga karena pada bulan ini mereka mengumpulkan persediaan air.
*Sembilan,* Ramadhan. Ramadhan berasal dari kata syiddatur ramda yang artinya panas yang terik. Pada bulan ini dahulu cuaca di Arab sangat panas sekali.
*Sepuluh,* Syawwal. Syawwal berasal dari kata syalatil ibilu aznabaha lit taraq yang artinya unta itu mengangkat ekornya untuk kawin. Pada bulan ini biasanya unta-unta dikawinkan dan mengandung.
*Sebelas,* Dzulqadah Al-Qadah, dapat juga disebut Al-Qidah. Dinamakan demikian karena mereka (orang-orang Arab) diam di tempatnya, tidak mengadakan peperangan, tidak pula bepergian. Pada bulan ini orang-orang Arab hanya duduk-duduk saja menunggu jama’ah haji dari luar kota Makkah yang akan melaksanakan ibadah haji.
*Dua Belas,* Dzulhijjah Al-Hijjah dan Al-Hajjah. Dinamakan demikian karena pada bulan ini orang-orang Arab melakukan haji di bulan itu walaupun pada masa jahiliyah, ibadah haji yang mereka lakukan sesuai hawa nafsu mereka tanpa ada tuntunan syari’at yang benar.
Dari uraian di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa penamaan bulan-bulan hijriyah setidaknya berdasarkan 3 fenomena, yaitu: fenomena alam, fenomena sosial dan fenomena keagamaan.
Nama-nama bulan yang berdasarkan fenomena kejadian alam diantaranya: bulan Rabi’ul Awwal, Rabi’ul Akhir, Jumadal ula, Jumadal Akhirah, Ramadhan dan Syawwal.
Berikut ini bulan-bulan yang berdasarkan kejadian sosial diantaranya: Al-Muharram, Shafar, Rajab, Sya’ban dan Dzul Qaidah.
Sedangkan yang berdasarkan fenomena keagamaan adalah bulan Dzulhijjah.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
*(Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

