Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Benarkah kalau dikatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala butuh kepada makhluk-Nya? Tentu tidak benar. Lantas kenapa di dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala berfirman:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

 

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

 

Apakah Allah butuh pertolongan kita? Sama sekali tidak. Maksudnya kalau kita menolong agama Allah, niscaya nasib kita tertolong di hadapan-Nya.

 

Juga apakah benar Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Kaya butuh pinjaman kepada kita? Sesuai dengan Firman-Nya:

 

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ

 

“Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak” (QS. Al Hadid: 11)

 

Komentar Ibnu Katsir bahwa yg dimaksudkan dengan ayat ini adalah berinfaq di jalan Allah secara umum (baik itu di jalan Allah atau menafkahi keluarga) dengan niat yang ikhlas dan tekad yang jujur,

 

Ya betul, Sesuai dengan ayat di atas Allah subhanahu wata’ala menerima pinjaman dari kita. Tapi perlu diingat, Allah subhanahu wata’ala tidak tertolong dengan pinjaman kita. Sebaliknya Allah subhanahu wata’ala menolong nasib kita di dunia dan akhirat dengan pinjaman itu. Itulah bahasa dialektika kemesraan Allah subhanahu wata’ala terhadap hamba-hamba-Nya.

 

Benarlah Firman-Nya:

 

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

 

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).

 

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

 

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)”

 

Benarlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

 

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

 

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.”(HR. Muslim)

 

Makna hadits di atas sebagaimana dikomentari oleh Imam An Nawawi rahimahullah ada dua penjelasan:

 

1. Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara inderawi dan kebiasaan.

 

2. Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak.

 

*Intisari:*

 

*Satu,* “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Al-Qur’an)

 

*Dua,* “Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak” (Al-Qur’an)

 

*Tiga,* “Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (Al-Hadits)

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *