Admin
Oleh : Hayat Abdul Latief
Kemuliaan mendapatkan rumah di tepi, di tengah dan bagian atas surga bagi yang melakukan tiga hal,
عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ. رواه ابوداود.
Dari Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bersifat gurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.” (H.R. Abu Daud).
*Satu, meninggalkan debat.* Dalam berdakwah mengajak kepada keindahan ajaran Islam yang Allah berikan, metodenya seorang dai harus menyampaikan dakwahnya dengan 3 cara yaitu dengan cara hikmah kemudian dengan mauidzah Hasanah dan kalau diperlukan berdebat maka berdebat dengan cara yang terbaik. Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl:125)
Dan kalau lawan debat dalam debatnya tidak mencari kebenaran, atau tetap ngotot meskipun salah bukan berdasarkan kekuatan hujan tapi karena tidak mau kalah, maka yang waras ngalah. Artinya kita meninggalkan debat tersebut karena sudah tidak lagi mencari kebenaran tetapi mencari alasan-alasan untuk pembenaran semata.
*Dua, meninggalkan dusta.* Allah dan rasulnya menyuruh kita bentuk berkata jujur dan meninggalkan dusta. Dusta termasuk perilaku orang-orang munafik dan perilaku yang dibenci oleh siapa saja. Dusta dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam keburukan. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Dusta akan selalu bercela, meskipun pelakunya hanya sekedar bercanda. Di dalam Islam bercanda pun tidak boleh berdusta.
*Tiga, berakhlak mulia.* Akhlak merupakan rukun agama selain iman dan Islam. Tujuan diutusnya Rasulullah sallallahu’alaihi wa salam adalah untuk menyempurnakan akhlak Yang mulia. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
2 amalan yang dengan rahmat Allah bisa memasukkan manusia ke dalam surga selain taqwallah adalah berakhlaq mulia. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246)
Yang menjamin surga rumah di pinggir, di tengah dan surga yang tinggi adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Apakah kita tidak tertarik dengan jaminan beliau dengan meninggalkan perdebatan meskipun kita di pihak yang benar, dengan meninggalkan dusta meskipun dalam bercanda dan dengan berakhlak mulia sebagaimana yang beliau contohkan?
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
*Penulis adalah Direktur Korp Da’i An-Nashihah dan mahasantri S2 Zawiyah Jakarta*
