Oleh: Hayat Abdul Latief
Seorang murtadin yang kemudian menjadi pendeta, dengan tidak berakhlak menyakiti hati umat Islam, meminta kepada menteri agama agar menghapus 300 ayat dalam Alquran yang menurutnya menimbulkan terorisme dan intoleransi dalam kehidupan berbangsa. Sebuah tesis yang lahir dari kebodohan dan kecerobohan yang tidak berdasarkan sejarah yang panjang bahwa Islam datang ke Indonesia dengan cara damai dan ketika menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas negeri ini tetap menjaga kedamaian. Atas otoritas apa seorang punya kapasitas untuk menghapus, membatalkan atau mengamandemen Al-Qur’an yang merupakan perjanjian terakhir dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada umat manusia.
Allah Maha Mengetahui akan ada manusia semacam itu, bahkan semasih Rasulullah hidup pun ada orang yang meminta demikian. Salah memahami Islam dengan salah menafsirkan Al-Qur’an kerap terjadi dari kalangan orientalis yang dengki dan dari kalangan liberalis yang benci, bahkan bisa datang dari kalangan tokoh agama yang tidak memiliki pengetahuan utuh terhadap Islam, Al-Qur’an dan pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Namun demikian kita tidak boleh ragu bahwa Al-Qur’an datang dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala. firman-Nya:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِيهِ ٱخْتِلَٰفًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa: 82)
Hikmah di balik permintaan Penghapusan 300 ayat Al-Qur’an tersebut, justru umat Islam yakin akan meraih kemenangan dengan berpegang teguh kepada Al Qur’an,
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy-Syura Ayat 52)
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ . (رواه مسلم)
Diriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum dengan Alqur’an dan menjatuhkan kaum yang lain juga dengan Al-Qur’an”. (H.R. Muslim).
Setidaknya ada 6 sikap yang harus dipegang umat muslim sebagai bukti kecintaannya terhadap Al Quran:
*Satu,* mengimani bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa
*Dua,* menjadikanya sebagai sumber bacaan utama dalam bidang akademik maupun dalam semua lini kehidupan.
*Tiga,* memiliki pemahaman yang sempurna terhadap isi dan kandungannya
*Empat,* mengamalkan isi kandungannya untuk mencapai keselamatan kehidupan dunia dan kehidupan selanjutnya.
*Lima,* tafhimul Qur’an (memasyarakatkan Al-Quran dan mengalqurankan masyarakat).
*Enam,* menjaganya dari rongrongan orang-orang yang ingin merusak lafadz dan maknanya.
Kenapa kita berkewajiban membela Al-Qur’an? Jawaban yang tepat adalah karena Al-Qur’an akan menjadi pembela kepada kita pada hari kiamat. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an karena ia (Al-Qur’an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafaat bagi orang-orang yang rajin membacanya. (HR. Muslim 804)
Diambil dan diolah dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah!
*(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*