Oleh: Hayat Abdul Latief
Allah subhanahu wa ta’ala Maha Tahu terhadap masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Bagi Allah tidak ada bedanya. Dia ada sebelum yang bernama waktu dan tempat itu ada. Dia Maha Ada (Wujud), Terdahulu (Qidam), Kekal (Baqa), Berbeda dengan makhluk (Mukhalafatul lilhawaditsi), Satu dan Satu-satunya (Wahdaniyah), Kuasa (Qudrah), Berkehendak (Iradah), Maha Mengetahui (Ilmu), Maha Hidup (Hayah) dan seterusnya.
Definisi Tuhan yang terbaik adalah Al-Qur’an surat Al-Ikhlas:
قُلۡ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ اَللّٰهُ الصَّمَدُ لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَدۡ وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Menurut surat Al-Ikhlas, ada 4 kriteria atau syarat apapun atau siapapun yang dijadikan sebagai kandidat sebagai Tuhan; Esa, Tempat Meminta, Tidak Beranak – Tidak Diperanakan, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya. 4 kriteria Tuhan ini bila diterapkan kepada apapun dan siapapun pasti gagal, kecuali Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah adalah Tuhan yang disembah nabi Adam, Idris, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad ‘alaihimus shalatu wassalam. Allah subhanahu wa ta’ala mengutus para nabi dan rasul dilengkapi dengan mu’jizat untuk menguatkan kenabian dan menjawab tantangan umatnya. Kehebatan nabi Ibrahim tidak hangus dibakar, kehebatan nabi Musa membelah laut dengan tongkatnya, kehebatan nabi Isa menyembuhkan orang sakit plus menghidupkan orang mati dan kehebatan nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam membelah bulan bukan berasal dari mereka, tetapi dari Allah subhanahu wa ta’ala yang mengutus mereka.
Umat nabi Nuh tidak salah sangka terhadap nabi yang diutus kepada mereka. Umat nabi Musa tidak salah sangka kepada nabi yang diutus kepada mereka. Umat nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam tidak salah sangka kepada nabi yang diutus dan menjadi rahmat kepada seluruh alam tersebut. Berbeda dengan umat Nasrani mereka salah sangka terhadap nabi Isa, mereka menyangka nabi Isa Tuhan atau Anak Tuhan. Padahal berdasarkan pengakuannya sendiri tidak demikian, “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” (Yohanes 5:30). Berdasarkan perkataannya sendiri, beliau adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala.
Mereka juga salah sangka terhadapnya. Karena terlahir dari ibunda Maryam yang tidak pernah tersentuh oleh laki-laki manapun atau tanpa ada ayah biologis, kemudian mereka menganggapnya sebagai Anak Tuhan. Kalau diterapkan berpikir dengan logika mereka – kalau nabi Isa yang diciptakan Allah tanpa ayah biologis dianggap tuhan, berarti nabi Adam tuhan yang lebih besar karena diciptakan Allah tanpa ayah dan ibu biologis. Berkenaan dengan ini, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰذِبِينَ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡقَصَصُ ٱلۡحَقُّۚ وَمَا مِنۡ إِلَٰهٍ إِلَّا ٱللَّهُۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِٱلۡمُفۡسِدِينَ
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Rabb-mu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): ‘Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan din kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Ilah (yang berhaq disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Ali Imran : 59-62)
Asbabun Nuzul ayat-ayat di atas adalah: “Bahwa sebelum turun Surah An-Naml ayat 31, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menulis surat kepada orang Najran seperti berikut: “Dengan nama Rabb Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, dari Muhammad, Nabi Allah”, sampai akhir hadis. Selanjutnya dalam hadis itu dikemukakan bahwa kaum Najran mengutus Syurahbil bin Wada’ah Al-Hamdani, Abdullah bin Syurahbil Al-Ashbahi dan Jabbar Al-Haritsi untuk menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian terjadilah dialog, akan tetapi masih tertunda satu masalah, yaitu pertanyaan mereka: “Bagaimana pendapat tuan tentang Isa.” Nabi menjawab: “Belum ada isyarat padaku tentang itu. Tapi cobalah kalian bermalam sampai besok, agar aku dapat menerangkan hal itu.” Keesokan harinya turunlah ayat 59-62 yang menegaskan siapa Isa.” (HR. Al-Baihaqi di dalam Kitab Ad-Dalail, dari Salamah bin Abi Yasyu’, dari bapaknya, yang bersumber dari datuknya – Tafsir Ibnu Katsir)
Trinitas merupakan tonggak dan doktrin utama agama Kristen. Orang Kristen diharuskan percaya doktrin Tritunggal atau Trinitas. meski demikian, Bible Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama sekali tidak mengajarkan tentang Allah Tritunggal atau Trinitas sebagaimana yang sering diajarkan oleh para teolog-teolog Kristen dan Katholik. Trinitas hanyalah doktrin yang tercipta dari hasil konsili-konsili gereja Roma Katholik yang sarat tekanan-tekanan dan kepentingan kekuasaan politik negara pada tahun 325 dan 381 M. Bisa dikatakan doktrin tersebut sangat tidak Alkitabiah dan terlalu dipaksakan. Ayat-ayat dalam Berjanjian Baru yang dianggap mendukung Trinitas ternyata ayat imbuhan, sisipan atau sejenisnya (lebih tepatnya disebut palsu), yang tidak ada dalam naskah paling awal. Tidak ada Trinitas dalam Bible. Al-Qur’an menyebutkan,
لَّقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَٰثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّآ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۚ وَإِن لَّمْ يَنتَهُوا۟ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al-Maidah: 73)
Syekh Prof Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir dari Suriah menjelaskan: “Sungguh telah kafirlah orang-orang yang mengatakan, ‘Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga’.” Ini termasuk pandangan orang-orang Nasrani yang terkenal pada mereka. Mereka mengklaim bahwa Allah adalah satu dari yang tiga yaitu; Allah, Isa, dan Maryam. Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan. Ini adalah bukti terbesar atas minimnya akal orang-orang Nasrani. Bagaimana mereka menerima ucapan buruk dan akidah yang jelek ini? Bagaimana mereka tidak membedakan antara Khaliq (Pencipta) dan makhluk (ciptaan)? Bagaimana Allah Rabbul ‘alamin bisa samar dari mereka? Allah berfirman membantah mereka dan orang-orang yang seperti mereka, “Padahal sekali-kali tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Tuhan Yang Mahaesa,” yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan, tersucikan dari segala kekurangan, yang memonopoli hak penciptaan dan pengaturan. Tiada nikmat yang dirasakan makhluk kecuali dari-Nya. Bagaimana mungkin tuhan lain diangkat bersamaNya? Mahasuci Allah dan Mahatinggi setinggi-tingginya dari apa yang dikatakan oleh orang-orang zalim. Kemudian Allah mengancam dengan FirmanNya, “Jika mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akna ditimpa siksaan yang pedih.” (Tafsir Al-Wajiz)
Ada pula orang Kristen meyakini Yesus sebagai Tuhan. Bagi mereka Yesus Tuhan itu sendiri. Berkaitan dengan keyakinan ini, Al-Qur’an pula membantahnya,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim itu.” (QS. Al-Maidah: 72)
Allah menegaskan dengan sesungguhnya bahwa orang Nasrani adalah orang-orang kafir karena mereka berkeyakinan bahwa Allah adalah Isa Almasih anak Maryam. Pendirian inilah yang menjadikan mereka itu kafir dan sesat, karena mereka berlebih-lebihan memuji Isa a.s, sebagaimana orang Yahudi keterlaluan pula menghina Isa, terutama terhadap Maryam. Pendirian orang-orang Nasrani terhadap nabi Isa a.s. tersebut adalah suatu pendirian yang dianut oleh mayoritas golongan Nasrani dan siapa saja di antara mereka yang menyimpang dari pendirian tersebut dianggap murtad.
Orang-orang Nasrani berpendirian bahwa Tuhan itu terdiri dari unsur-unsur yang mereka namakan tiga oknum, yaitu Bapak, Putra dan Rohulkudus. Isa adalah putra, Allah adalah Bapak yang menjelma pada anak yang merupakan Rohulkudus dan mereka adalah tiga kesatuan yang tidak terpisah-pisah. Dengan demikian Allah itu adalah Isa dan Isa itu adalah Allah. Pendirian mereka ini sangat menyimpang dari kebenaran, karena Isa sendiri berkata kepada Bani Israil supaya mereka menyembah Allah yaitu Tuhan bagi Isa dan Tuhan bagi Bani Israil. Jadi ayat ini jelas menunjukkan pengakuan langsung dari Isa bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Allah semata. Tegasnya seruan-seruan Nabi Isa kepada Bani lsrail seperti yang diterangkan oleh ayat ini untuk menegaskan agama Tauhid. Hal itu dapat dilihat di dalam kitab-kitab Injil yang asli.
Dalam Perjanjian Baru, Markus 12:28-30, ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Hukum yang terutama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Begitu juga Matius 4:10, Yesus memarahi setan karena mau menyembah yang selain Allah, Lukas 18:19 dan Yohanes 20:17.
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Isa dengan tegas berkata bahwa orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu baik dengan malaikat atau dengan bintang atau dengan batu, maka orang itu tidak akan mendapat surga dan tempatnya adalah di dalam neraka, karena orang yang mempersekutukan Allah itu adalah orang yang berbuat zalim kepada diri mereka itu sendiri yang karenanya tidak wajar mendapat pembelaan dari pertolongan Allah (Tafsir Departemen Agama RI).
Diantara pengikut nabi Isa, ada juga unitarian, mereka yang menolak doktrin Allah Trinitas. tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Tuhan, sebab mereka menganggap bahwa hanya Bapanya Yesus saja yang adalah Tuhan. Yesus hanya dianggap sebagai seorang yang genius secara spiritual, seperti para nabi bangsa Yahudi. Namun keberadaan mereka tidak diakui oleh mayoritas Kristen dan ajarannya dianggap bidat dan sesat. Dan kehadiran nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam merajut kembali mata rantai ajaran tauhid para nabi yang telah diputus oleh umat sebelumnya. Maka dari itu, bagi orang yang menerima kebenaran Islam, mesti bersaksi bahwa nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam adalah utusan Allah, setelah sebelumnya mengakui hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala.
Beberapa faedah dari tulisan ini:
1. Definisi Tuhan yang terbaik adalah Al-Qur’an surat Al-Ikhlas.
2. Ada 4 kriteria atau syarat apapun atau siapapun yang dijadikan sebagai kandidat sebagai Tuhan; Esa, Tempat Meminta, Tidak Beranak – Tidak Diperanakan, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya. 4 kriteria Tuhan ini bila diterapkan kepada apapun dan siapapun pasti gagal, kecuali Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Umat Nasrani mereka salah sangka terhadap nabi Isa, mereka menyangka nabi Isa Tuhan atau Anak Tuhan.
4. Ayat-ayat dalam Berjanjian Baru yang dianggap mendukung Trinitas ternyata ayat imbuhan, sisipan atau sejenisnya (lebih tepatnya disebut palsu).
5. Kehadiran nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam merajut kembali mata rantai ajaran tauhid para nabi yang telah diputus oleh umat sebelumnya. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)