Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Untuk memulai pembahasan ini ada baiknya kita simak hadits berikut: “Jarir berkata; Pada suatu pagi, ketika kami berada dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba datang segerombongan orang tanpa sepatu, dan berpakaian selembar kain yang diselimutkan ke badan mereka sambil menyandang pedang. Kebanyakan mereka, mungkin seluruhnya, berasal dari suku Mudlar. Ketika melihat mereka, wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terharu lantaran kemiskinan mereka. Beliau masuk ke rumahnya dan keluar lagi. Maka disuruhnya Bilal adzan dan iqamah, sesudah itu beliau shalat. Sesudah shalat, beliau berpidato. Beliau membacakan firman Allah:

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

 

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian” (QS. An-Nisa’ ayat 1),

 

Kemudian beliau membaca ayat yang terdapat dalam surat Al Hasyr:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Tahu apa yang kamu ketahui”. (QS. Al-Hasyr: 18).

 

“Mendengar khutbah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu, serta merta seorang laki-laki menyedekahkan dinar dan dirhamnya, pakaiannya, satu sha’ gandum, satu sha’ kurma sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Meskipun hanya dengan setengah biji kurma.” Maka datang pula seorang laki-laki Anshar membawa sekantong yang hampir tak tergenggam oleh tangannya, bahkan tidak terangkat. Demikianlah, akhirnya orang-orang lain pun mengikuti pula memberikan sedekah mereka, sehingga kelihatan olehku sudah terkumpul dua tumpuk makanan dan pakaian, sehingga kelihatan olehku wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berubah menjadi bersinar bagaikan emas. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:

 

مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا

 

“Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)

 

Dalam hadits di atas, Posisi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai da’i, orang yang mengajak kepada kebaikan. Sedangkan shahabat yang terlebih dahulu (daripada yang lain) melakukan seruan beliau adalah pionir kebaikan. Pionir kebaikan yang diikuti oleh orang lain akan mendapatkan pahala orang yang mengikuti kebaikannya, tanpa sedikitpun mengurangi pahala orang yang mengikuti tersebut. Demikian pula pionir keburukan akan mendapatkan dosa orang yang mengikuti keburukannya, tanpa sedikitpun mengurangi dosa orang yang mengikuti keburukannya.

 

Pionir keburukan contohnya adalah Qabil. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ

 

“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).” (HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)

 

Qabil merupakan manusia pertama yang menghilangkan nyawa saudara kandungnya tanpa salah, karena kedengkiannya. Maka setiap ada pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan menurut syariah, genosida atau etnis cleansing, Qabil akan mendapatkan bagian dosanya. Berkaitan dengan pembunuhan Qabil terhadap Habil, Allah subhanahu wa taala berfirman,

 

وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقۡتُلَنِي مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيۡكَ لِأَقۡتُلَكَۖ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلۡعَٰلَمِينَ إِنِّيٓ أُرِيدُ أَن تَبُوٓأَ بِإِثۡمِي وَإِثۡمِكَ فَتَكُونَ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِۚ وَذَٰلِكَ جَزَٰٓؤُاْ ٱلظَّٰلِمِينَ فَطَوَّعَتۡ لَهُۥ نَفۡسُهُۥ قَتۡلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُۥ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ

 

“Ceritakanlah kepada mereka kisah dua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, “Aku pasti membunuhmu!” Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh, kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosaku (dosa karena membunuhku) dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. Hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah (Habil). Jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Maidah: 27-30)

 

Pionir kebaikan adakalanya perbuatannya timbul dari dirinya sendiri, adakalanya termotivasi karena seruan orang lain. Dengan demikian menjadi da’i yang memberikan petunjuk kebaikan juga memiliki keutamaan. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

 

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

 

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893 dari sahabat Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah radhiallahu’anhu)

 

Umat ini akan menjadi umat yang terbaik bila menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar. Allah subhanahu wa taala berfirman,

 

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

 

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)

 

Faedah:

 

1. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam merupakan contoh bagi para da’i dalam merespon keadaan.

 

2. Pionir kebaikan yang diikuti oleh orang lain akan mendapatkan pahala orang yang mengikuti kebaikannya, tanpa sedikitpun mengurangi pahala orang yang mengikuti tersebut. Demikian pula pionir keburukan akan mendapatkan dosa orang yang mengikuti keburukannya, tanpa sedikitpun mengurangi dosa orang yang mengikuti keburukannya.

 

3. Qabil merupakan manusia pertama yang menghilangkan nyawa saudara kandungnya tanpa salah, karena kedengkiannya. Maka setiap ada pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan menurut syariah, Qabil akan mendapatkan bagian dosanya.

 

4. Menjadi da’i yang memberikan petunjuk kebaikan memiliki keutamaan di sisi Allah subhanahu wa taala.

 

5. Umat Islam ini akan menjadi umat yang terbaik bila menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah!

 

(Khadim Korps Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *