Oleh: Hayat Abdul Latief
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, ulama dan santri pondok pesantren menjadi salah satu tonggak perjuangan bangsa Indonesia melalui berbagai perlawanan rakyat. Kala itu, para kiyai dan pesantrennya memimpin banyak perjuangan bagi kemerdekaan bangsa Indonesia untuk mengusir para penjajah yang berada di negeri kita tercinta. Peran ulama dan santri dalam perjuangan merebut kemerdekaan tidak dapat diabaikan begitu saja, hingga rakyat Indonesia dapat menikmati suasana kemerdekaan seperti saat ini. Para ulama dan santri memberikan keyakinan kepada rakyat Indonesia, yang pada saat itu harga diri dan martabatnya sedang diinjak-injak penjajah dan dicap sebagai inlander atau bangsa rendahan. Keyakinan akan syahidlah, yang memberikan keberanian kepada santri untuk melawan kaum kolonial Barat yang menganggap dirinya sebagai ras kulit putih yang unggul. Perjuangan para ulama dan santri dari gerakan perlawanan bersenjata hingga jalur diplomasi.
Setelah merdeka, seluruh anak bangsa punya kewajiban mempertahankan kemerdekaan NKRI. Para ulama dan santri yang gigih berjuang sebelum negeri ini merdeka dan mempertahan kemerdekaanya dari pihak-pihak yang ingin kembali menjajah negeri bocoran surga ini. Dalam keadaan genting anak bangsa ini membutuhkan arahan dan fatwa para ulama. Merujuk kepada fatwa resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Hadhratusy Syekh Kiyai Haji Hasyim Asy’ari sebagai pendiri Nahdlatul ulama organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, yang menggerakkan seluruh elemen bangsa terutama para ulama, para kiayi dan santri untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejarah mencatat terjadi pertempuran yang luar biasa di Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yakni agresi militer Belanda kedua yang membonceng kepada pasukan sekutu, yang ingin kembali menguasai dan menjajah Indonesia.
Hari Santri Nasional
Tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional, bertujuan untuk meneladani semangat jihad keindonesiaan para pendahulu dan para pendiri bangsa. Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah terwujud, apabila tidak ada semangat jihad keindonesiaan. Hari Santri Nasional merupakan pengakuan atas jasa dan kontribusi kaum santri dalam usaha kemerdekaan dan mempertahankannya dari pihak-pihak yang ingin negeri ini terjajah, lemah dan bergantung kepada kepentingan asing. Hari santri bukan milik satu golongan, namun milik seluruh umat Islam. Di antara para tokoh yang gigih menjaga keutuhan NKRI dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia KH Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama lama), KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), KH A. Hasan (pendiri Persatuan Islam), KH Ahmad Surkati (Pendiri Al Irsyad), KH Mas Abdurrahman (Pendiri Mathlaul Anwar) dan masih banyak lagi para tokoh dan ulama dari kalangan umat Islam Indonesia.
Santri Penerus Perjuangan Para Ulama dan Kiai
Seperti yang diunggah Mitrapost: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati Muntammah mengungkapkan masyarakat mempunyai harapan yang sangat besar kepada para santri.Santri diharapkan nantinya menjadi penerus perjuangan kiyai dalam mengajarkan ilmu agama, maupun sebagai pengayom masyarakat agar tidak terjerumus di dunia yang negatif. Santri harus memperkuat komitmen keagamaan dan kebangsaan, agar santri tidak mudah terprovokasi aliran-aliran keras yang memusuhi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memecah belah umat dan bangsa. Santri dengan berakhlak mulia diharapkan menjadi tauladan di masyarakat dan mampu menjawab masalah sosial di masyarakat.
Santri Berhak Memimpin Negeri
Rektor UIN Malang Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag. dalam sambutannya di Hari Santri Nasional (22/10), ia sangat berharap, di masa mendatang, Indonesia akan dipimpin oleh para santri. Negeri ini warisan para kiai dan santri, maka sudah sepantasnya santri berhak memimpin bangsa ini, terangnya. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)