Oleh: Hayat Abdul Latief
Allah SWT berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali ‘Imran:110)
Ayat di atas diperkuat oleh sabda Rasulullah SAW:
وَجُعِلَتْ أُمَّتِي خَيْرَ الأُمَمِ
“Umatku dijadikan sebagai umat terbaik.” (HR Ahmad)
Tiga syarat utama menjadi umat terbaik menurut ayat tersebut adalah amar ma’ruf (menyuruh kepada kebaikan), nahi munkar (mencegah kemunkaran), dan beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sayyidina Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu sebagaimana diriwayatkan Ibnu Jarir At-Thabari mengatakan “Siapa yang ingin meraih keistimewaan ini (menjadi umat terbaik, red), hendaklah dia memenuhi syarat yang ditetapkan Allah itu.”
Umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam terbagi 2; ada yang melihatnya (para sahabat) dan ada yang tidak melihatnya. Berkenaan dengan ini, beliau bersabda:
طُوبَى لمَن رآني وآمَنَ بي، ثُمَّ طُوبَى، ثُمَّ طُوبَى، ثُمَّ طُوبَى لِمَن آمَنَ بي ولم يَرَني…
“Beruntung bagi orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Kemudian beruntung, beruntung dan beruntung bagi orang yang beriman kepadaku sedangkan dia tidak melihatku.” (HR. Ahmad dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu)
Ada 3 ayat Al-Qur’an, yang dahulu pesannya hanya diberikan kepada nabi yang diutus, namun Allah subhanahu wa ta’ala memberikannya kepada umat yang penuh berkah ini:
1. Apabila mengutus seorang nabi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
ادْعُنِي أَسْتَجِبْ لَك
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
Untuk umat ini Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ….
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu….” (QS. Ghafir: 60)
2. Apabila mengutus seorang nabi, Allah berfirman:
مَا جَعَلَ عَلَيْك فِى ٱلدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.”
Untuk umat ini Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
…وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ….
“….dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan….” (QS. Al-Hajj: 78)
3. Apabila mengutus seorang nabi, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikannya sebagai saksi. Sedangkan untuk umat ini, Allah menjadikan mereka sebagai saksi atas umat sebelumnya. Firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.” (QS. Al-Baqarah: 143)
Dalam kitab Sahih Bukhari Hadis Nomor 1579: Dari Abu Said Al Khudri radhiallahu’anhu, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Nabi Nuh dipanggil pada hari kiamat. Beliau menjawab: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya, Tuhan!”
Allah berfirman: “Sudahkah engkau sampaikan ajaran agama?”
Beliau menjawab: “Ya, sudah”.
Lalu ditanyakan kepada umatnya: “Adakah Nuh menyampaikan kepada kamu?”
Mereka menjawab: “Tiada datang kepada kami orang yang menyampaikan peringatan”.
Ditanyakan kepada Nuh: “Siapakah yang jadi saksi engkau?”
Nuh menjawab: “‘Nabi Muhammad dan umatnya”. Lalu mereka (umat Muhammad) menjadi saksi, bahwa sesungguhnya Nuh telah menyampaikan, dan Rasulullah jadi saksi terhadap kamu (umat). Hal itu disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Surat Al Baqarah ayat 143.
Faedah:
Satu, tiga syarat utama menjadi umat terbaik menurut ayat tersebut adalah amar ma’ruf (menyuruh kepada kebaikan), nahi munkar (mencegah kemunkaran), dan beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Dua, beruntung bagi orang yang melihat Rasulullah dan beriman kepadanya. Demikian juga beruntung, beruntung dan beruntung bagi orang yang beriman kepadanya padahal tidak pernah melihatnya.
Tiga, di antara keutamaan dan keistimewaan umat ini Allah subhanahu wa ta’ala menjadikannya sebagai saksi atas umat-umat sebelumnya. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)