Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Seperti berita yang diunggah CNN: Aksi skuad Maroko yang melakukan sujud syukur usai mengalahkan Spanyol pada babak 16 besar Piala Dunia 2022 di Stadion Education City, Al Rayyan, Selasa (6/12), viral di media sosial. Maroko mengalahkan Spanyol 3-0 lewat drama adu penalti setelah bermain imbang tanpa gol sepanjang 120 menit.

 

Ini adalah kali pertama dalam sejarah Maroko melaju ke perempat final Piala Dunia. Usai sukses mengalahkan Spanyol, hampir seluruh pemain dan ofisial timnas. Maroko melakukan sujud syukur di sisi kiri gawang tempat adu penalti digelar. Tindakan para pemain Maroko yang melakukan sujud syukur usai mengalahkan Spanyol viral di media sosial dan mendapat respons positif dari netizen.

 

………

 

Sujud syukur berasal dari dua kata yaitu sujud dan syukur. Kata sujud atau sajdah adalah tindakan rukuk atau sujud kepada Allah menghadap kiblat (arah Ka’bah di Makkah). Biasanya dilakukan dalam ibadah sehari-hari (shalat). Posisinya melibatkan berlutut dan membungkuk sampai seseorang menyentuh tanah dengan dahi, hidung, telapak tangan, lutut dan jari kaki, dan tetap dalam posisi itu sampai seseorang mencapai keadaan santai sambil membaca doa untuk memuliakan Tuhan (Allah) (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأعْلَى, “Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi!”) sebanyak tiga kali atau lebih dalam jumlah ganjil atau bacaan lainnya. (Wikipedia)

 

Arti kata syukur secara umum adalah berterima kasih kepada yang telah memberikan sesuatu kepada kita. Menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’alla dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah. Terdapat banyak cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala salah satunya ialah sujud syukur.

 

Dengan demikian, sujud syukur secara syara adalah:

 

هُوَ سَجْدَةٌ يَفْعَلُهَا الإِْنْسَانُ عِنْدَ هُجُومِ نِعْمَةٍ، أَوِ انْدِفَاعِ نِقْمَةٍ

 

“Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan oleh seseorang saat datangnya ​​nikmat atau tertolaknya bahaya.” (Wizaratul Auqaf was Syu’unul Islamiyah Kuwait, al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, [Mesir, Darus Shafwah], juz XXIV, halaman 245).

 

Dalam mazhab Syafi’i sujud syukur hukumnya sunnah jika ditemukan sebabnya. Di antaranya berdasarkan hadis riwayat Abu Dawud sebagai berikut:

 

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ

 

“Dari Abu Bakrah, dari Nabi saw, bahwa ketika beliau mendapati hal yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau menyungkurkan diri untuk sujud kepada Allah.” (HR Abu Dawud)

 

Syarat dan Rukun Sujud Syukur

 

Syarat sujud syukur, yaitu:

 

1. Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian, maupun tempat,

 

2. Menghadap kiblat sebagaimana Shalat, jika mengetahui arah kiblat dan

 

3. Menutup aurat.

 

Adapun rukun dalam sujud syukur yang perlu dilakukan:

 

1. Niat,

 

2. Takbiratul Ihram,

 

3. Melakukan Sujud Satu Kali. Saat sujud, bisa membaca:

 

سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

 

(“Maha suci Tuhan yang maha agung serta memujilah aku kepadanya.”)

 

4. Membaca doa sujud syukur saat posisi sujud. Adapun doanya yaitu:

 

سُبْحَانَ اللّهِ والْحَمْدُللّهِ وَ لا اِلهَ اِلَّا اللّهُ وَ اللّهُ اَكْبَرُلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بالله العلي العظيم

 

“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah Yang Maha Tinggi, Maha Agung.”

 

5. Duduk di antara dua sujud.

 

6. Mengucapkan salam (NU Online)

 

Allah SWT Pemilik Saham 100 %

 

Mengapa kita harus bersyukur kepada Allah dan salah satunya dengan sujud syukur? Allah adalah pemilik saham 100% atas diri kita. Kemenangan dan kesuksesan yang kita peroleh atau terhindar musibah adalah semata-mata dari Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Apabila kita menisbatkan kemenangan dan keberhasilan bukan kepada Allah atau bahkan menafikannya, berarti kita adalah hamba-hamba yang tidak pandai bersyukur.

 

Larangan Euforia Yang Berlebihan

 

Bergembira dalam menyambut kemenangan dan kesuksesan tidaklah dilarang dalam agama Islam, yang dilarang adalah euforia berlebihan – euforia akan mengalihkan manusia dari menisbatkan keberhasilan kepada Allah Yang Maha Pencipta. Apabila sang pemenang bersuka cita yang berlebihan didalam mengexpresikan suasana hatinya dan lupa bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala, itulah euforia dan itu dilarang dalam agama Islam.

 

Islam mengajarkan apabila seorang mendapatkan kemenangan dan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala disikapi dengan bertasbih memuji Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Hal ini seperti yang ditunjukkan dalam surat An-Nashr ayat 1-3,

 

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا

 

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.”

 

Dengan demikian, seorang muslim menisbatkan – segala kemenangan dan keberhasilan serta terhindarnya dari musibah – kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan mensyukuri-Nya dan salah satu bentuk syukur itu adalah bersujud yang dinamakan sujud syukur. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *