Puasa dan Sikap Lemah Lembut terhadap Orang-orang Lemah

 

Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Dengan menahan diri lapar dan haus ketika berpuasa, seorang mukmin sejatinya diajarkan tentang kesulitan orang-orang yang lemah. Mereka kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan dasar sehari-hari. Mereka terbiasa lapar dan Dalam keadaan susah. Mereka tidak mendapatkan fasilitas untuk mengakses kemudahan hidup.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang sifat lemah lembut Rasulullah SAW;

 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ…

 

“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159)

 

Berkenaan dengan sikap lemah lembut terhadap orang-orang lemah, Rasulullah SAW bersabda;

 

ابْغُوني الضُّعَفَاء، فَإنَّمَا تُنْصَرُونَ وتُرْزَقُونَ، بِضُعَفَائِكُمْ )رواه أَبُو داود بإسناد جيد)

 

“Carilah olehmu untukku orang-orang yang lemah, sebab sesungguhnya engkau semua diberi rezeki serta pertolongan dengan sebab orang-orang yang lemah di kalangan engkau semua itu.”

(HR. Abu Dawud dari Abu darda’ radhiallahu’anhu dengan isnad yang baik)

 

Melalui hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat Islam untuk bersikap Lemah lembut kepada orang yang lemah. Sebagaimana orang yang kuat merasa memiliki kelebihan dengan keberaniannya, maka kaum yang lemah itu pun memiliki kelebihan di sisi Allah Ta’ala dengan doa yang mereka panjatkan yang mustajab (terkabul) ke hadhirat Allah serta dengan keikhlasannya.

 

Kaum yang dhuafa sering dipandang tidak berharga oleh umumnya masyarakat. Seharusnya jangan sekali-kali menganggap hina kepada mereka sebab kefakiran dan kelemahan dalam hal harta benda. Seyogianya, kita tolong mereka sesuai dengan kemampuan kita. Kalau kita menolong mereka, mereka akan mendoakan kebaikan kepada kita yang justeru dikabulkan doanya, karena mereka ikhlas dalam berdoa dan lebih khusyu’ dalam mengerjakan ibadah kerana hati mereka sudah kosong sama sekali dari pemikiran perihal keduniawian.

 

Khulashatul qaul, puasa mentarbiyah pelakunya untuk selalu bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang lemah dan dilemahkan oleh sejarah. Doa dan keikhlasan mereka akan menolong nasib kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Bila puasa tidak membuat kita berkasih sayang terhadap mereka, maka hilanglah satu hikmah dari ibadah puasa itu sendiri untuk kita. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *