Oleh: Ust. H. Margono Muhadi M.A
Bulan Muharram merupakan bulan suci yang tidak dibolehkan untuk melakukan segala bentu kezaliman. Tertuang di dalam al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya, “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (QS. At-Taubah [9]: 36)
Di bulan Dzulhijjah yang lalu, tersebut nama seorang Nabi berulang-ulang atas sebab empati, pengorbanan dan perjuangan beliau di dalam menjalankan titah dari Allah swt menegakkan panji ketauhidan membumikan keimanan dan menghancurkan kezaliman. Beliau adalah Nabi Ibrahim as. yang namanya juga disandingkan dengan Nabi Muhammad saw diabadikan dalam setiap shalat kita. Atas pengorbanan dan perjuangan kedua Nabi itu, Allah swt. memerintahkan malaikat untuk mendoakan mereka yang bershalawat, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Shalawat ini dinamakan shalawat Ibrahimiyyah dan dikategorikan sebagai sholawat yang paling utama karena shalawat ini terdapat dalam bacaan tasyahud akhir dalam shalat.
Imam Nawawi berkata, “Bahwa sholawat ini dinamakan sholawat Ibrahimiyah karena sholawat tersebut merupakan bentuk sholawat yang paling utama, banyak menimbulkan pengaruh yang besar sekali apabila dibaca tiap-tiap hari secara Istiqomah, terutama bagi yang mempunyai keinginan besar untuk menunaikan haji, maka perbanyaklah membaca sholawat ini secara istiqomah, karena sholawat ini diajarkan oleh Rasulullah SAW.”
Berikut bacaan shalawat Ibrahimiyyah yang dapat diamalkan sehari-hari:
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”
Perjuangan Nabi Ibrahim dalam menegakkan panji ketauhidan tertuang dalam al-Quran surah al-Baqarah ayat 258:
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِى حَآجَّ إِبْرَٰهِۦمَ فِى رَبِّهِۦٓ أَنْ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّىَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحْىِۦ وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأْتِى بِٱلشَّمْسِ مِنَ ٱلْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ ٱلْمَغْرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِى كَفَرَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Dalam tafsir Al-Quran Al-‘Adzim karya Imam Ibn Katsir, ayat ini mengisahkan tentang perjuangan Nabi Ibrahim as di dalam menaklukkan seorang raja yang zalim. Allah berikan kekuasaan meliputi belahan Barat dan Timur, durasi kekuasaannya lebih dari 400 tahun lamanya dan pada masa itu juga kezalimannya berlangsung. Raja ini tidak disebut namanya dengan jelas dalam al-Quran, namun Imam Ibn Katsir menjelaskan bahwa dia adalah raja Babil atau Namrud.
Allah utus Nabi Ibrahim as untuk mematahkan argumen raja Namrud dengan mengatakan bahwa Allah swt itu adalah tuhan Nabi Ibrahim as sanggup menghidupkan dan mematikan apapun. Lalu raja Namrud tidak mau kalah, dia juga mengatakan bahwa dia mampu berbuat demikian dengan memanggil 2 rakyatnya yang bersalah; yang pertama dihukum mati dan sisanya dibiarkan hidup alias dimaafkan.
Mendengar hal tersebut, Nabi Ibrahim as tidak menggubris jawaban raja Namrud, beliau justru melanjutkan dengan mengatakan tuhanku Allah swt mampu menerbitkan matahari dari arah Timur, maka silahkan Anda terbitkannya dari arah Barat. Disinilah letak kelemahan raja Namrud, dia tidak berkutik dan diam seribu bahasa. Dan Allah tidak memberikan petunjuk apapun kepada orang yang zalim.
Kisah tersebut di atas mengingatkan kita agar bisa melanjutkan misi kebenaran yang dijalankan Nabi Ibrahim as yaitu menaklukkan kezaliman dan membumikan keimanan serta menegakkan panji ketauhidan.
Di era yang serba digital online ini, kita senantiasa diarahkan agar terhindar dari segala macam bentuk kezaliman baik itu zalim kepada diri sendiri, anak, istri, keluarga, komunitas maupun negara.
Cukuplah sabda Nabi Muhammad saw yang sarat akan nasehat ini menjadikan kita sebagai muslim yang paripurna;
Dari Ibnu Syihab bahwa Salim mengabarkannya bahwa Abdullah bin Umar r.a mengabarkannya bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Muslim itu adalah saudara muslim yang lain, jangan berbuat zalim dan jangan membiarkannya sesamanya terzalimi. Barangsiapa yang membantu sesama muslim maka Allah akan berbuat demikian kepadanya dan barangsiapa yang melapangkan satu kesulitan seorang muslim, maka Allah memudahkannya satu kesulitan di antara kesulitan-kesulitan pada hari kiamat dan barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi aibnya, celanya, kekurangannya pada hari kiamat.” (HR. Muslim, 2580)
Berdasarkan nasehat dari Nabi Muhammad saw, kita diupayakan agar dapat membantu sesama muslim, tidak menzalimi atau membiarkan terzalimi. Bantulah sesama muslim dengan kekuatan nalar, intelektual, jaringan, lobi bahkan harta benda yang semua itu Allah swt juga turut andil membantu kita di hari pembalasan nanti. Kerja-kerja membantu, menolong, meringankan beban dan menutup aib sesama muslim merupakan kerja-kerja keimanan yang mengukuhkan panji ketauhidan. Wallahu a’lam.