“Gayaan-gayaan lu pake boikot, cancel sana-sini hape lu aja i phone”.
“Kalo mau boikot sekalian aja jangan pake segala macem aplikasi, dsb yang berafiliasi dengan zionis. Masa boikot pilih-pilih!”
Berkenaan dengan hal yang sedang ramai diperbincangkan ini. Sikap pertama yang harus kita lakukan adalah jangan “nyinyir”. Kok nyinyir? Ya, orang yang menyuarakan boikot produk zionis tidak boleh menjelekkan orang yang tidak tidak melakukan. Pun sebaliknya, orang yang tidak menyuarakan gerakan boikot tidak boleh “nyinyir” atas tindakan mereka, udah ngga ngelakuin apa-apa malah julid ke yang berjuang. Toh, setidaknya mereka berjuang lebih sedikit untuk membantu perjuangan saudara kita di Palestina.
Apakah boikot produk zionis harus semua?
Tentu tidak, boikot itu semampunya. Contoh senjata yang digunakan militer Indonesia dari zaman perjuangan kemerdekaan hingga sekarang hampir semua berafiliasi dengan zionis, mulai dari negara pembuatnya atau pengusaha/pemodal di dalamnya. Begitu pula dengan medsos seperti Instagram, Facebook, dll. Karena keterbatasan, kita belum mampu membuatnya jadi tidak salah kalau itu semua kita gunakan untuk berjuang.
Pelan-pelan kita mulai dari bareng yang tidak terlalu kita butuhkan dulu. Contoh ketika bohlam di rumah kita putus, lalu kita pergi ke warung dekat rumah dan mereka cuma menjual bohlam merk Philli*s yang notabenenya produk Israel. Lantas karena kita melakukan aksi boikot lalu kita memilih tidak membeli dan membiarkan rumah kita galap-gelapan setiap hari? Tidak, tidak seperti itu. Kita mulai dulu boikot dari hal yang kecil dulu, ketika sudah mampu baru kita boikot sampai ke hal yang pokok.
Ada kaidah yang menyebutkan:
ما لايدرك كله لايترك كله
Apa yang tidak bisa kita dapatkan semua, ya jangan ditinggalkan semua.
Kita gunakan semua media dan platfrom yang ada untuk menyambung suara saudara-saudara kita di Palestina yang dibungkam oleh zionis dan para sekutunya. Untuk melawan balik dari berbagai macam berita bohong dari media mereka. Bukan karena aplikasi dan sebagai macamnya ini produk produk zionis kita boikot semua. Selagi ada manfaatnya kita bisa gunakan. Toh, dulu Baginda Nabi Muhammad dan para sahabat menggunakan zirah, busur, pedang, dan perisai untuk berperang dari milik kamu Kafir Quraisy.
Lantas apakah gerakan boikot itu efektif?
Tahun 2009, Israel pernah mengalami kerugian sektor ekonomi hingga 2,9%, ketika Syaikh Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi dan para ulama memfatwakan pemboikotan produk zionis. Israel mengalami kerugian sangat serius dalam sektor ekonominya. Apalagi jika sudah 100% semua umat muslim melakukan boikot pada semua produk zionis. Bayangkan akan seperti apa mereka?
Jadi soal pemboikotan produk Israel bukan pada masalah efektifitasnya, namun lebih kepada sejauh mana hati kita dekat dengan mereka, sedalam mana kita ikut merasakan kepedihan, kepedulian dan ikatan emosional melihat saudara-saudara kita yang setia hari dibantai dengan kejinya oleh zionis.
Yakinlah, sekecil apapun bentuk kepedulian kita terhadap saudaranya tidak akan sia-sia dimata Alloh. Bisa jadi dari langkah kecil kita menjadi wasilah kelak mendapatkan ridho Allah SWT.
Lalu kalau boikotnya berhasil dan perusahaannya bangkrut, bagaimana nasib karyawan muslim yang bekerja di dalamnya?
Kalau perusahaan mereka bangkrut, berarti perusahaan milik kaum muslim akan berkembang. Jumlah produksi akan meningkat dan akan membuka lapangan kerja yang banyak. Jadi orang muslim bisa bekerja di perusahaan milik orang muslim pula.
Sekali lagi ini masalah kepedulian, bayangkan ketika ibu kalian dibunuh dengan kejinya. Setelah melakukan pembunuhan kepada ibu kalian, pembunuh itu diberikan support makanan dan minuman dari sebuah restoran. Apakah tetap bisa makan di restoran itu?
Semoga tulisan ini menjadi pembangkit semangat kepedulian dan ghirah untuk membela saudara-saudara muslim kita di Palestina atau dimanapun yang sedang dijajah. Semoga Allah SWT selalu memberikan keselamatan dimanapun kita berada. Wallahu ta’ala a’lam
Agung, Santri di Ma’had Aly Zawiyah Jakarta
Dikutip dari berbagai sumber