Oleh: Hayat Abdul Latief
Secara tegas, Allah SWT berfirman;
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَۚ يَصْلٰىهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَّشْكُوْرًا
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isra: 18-19)
Ayat di atas diperkuat oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam;
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.
“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu’anhu)
Menurut hadis di atas, yang pasti kaya adalah para pengejar akhirat, meskipun tidak bergelimbang harta. Sedangkan yang pasti miskin adalah para pengejar dunia, meskipun bergelimang harta. Benarlah sabda Rasulullah SAW;
ﻟَﻴْﺲَ اﻟﻐﻨﻰ ﻋَﻦْ ﻛَﺜْﺮَﺓِ اﻟﻌَﺮَﺽِ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ اﻟﻐِﻨَﻰ ﻏِﻨَﻰ اﻟﻨَّﻔْﺲِ
“Hakikat kaya bukan dari banyaknya harta, namun kekayaan jiwa.” (HR Bukhari)
Ada kalimat yang viral di medsos: Kejarlah dunia, pasti tak dapat. Kalaupun dapat, pasti tak banyak. Kalaupun banyak, pasti tak puas. Kalaupun puas, pasti tidak abadi. Kejarlah akhirat, pasti dapat. Sudahlah dapat, pasti banyak. Sudahlah banyak, pasti puas. Sudahlah puas, abadi selama-lamanya.
Bersyukur Tidak Harus Jadi Orang Kaya. Orang Yang Bersyukur Pasti Kaya
Rasa syukurlah yang menjadikan kekayaan itu ada dan berguna. Ketika manusia sudah bisa merasa cukup dengan harta, materi dan uang yang dimilikinya, saat itulah kekayaan itu beserta dirinya. Banyak orang tidak berkecukupan materi, namun hidupnya tenang, damai, punya banyak waktu beribadah dan berinteraksi sosial.
Bersyukurlah maka kita akan kaya. Karena sejatinya kekayaan ada dalam rasa syukur. Sesungguhnya dalam materi, harta dan uang adalah terdapat sesuatu yang dapat melenakan kehidupan manusia untuk selalu dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan harta kita dapat beramal lebih banyak di jalan kebaikan, menegakan apa yang menjadi perintah Allah.
Sedangkan rasa selalu kurang menjadikan apa yang kita punya tidak akan pernah cukup, selalu merasa kekurangan. Banyak orang menumpuk kekayaan, bekerja keras siang dan malam, banyak materi lainnya ke pundi-pundi kantongnya. Orang lain menganggap orang-orang tersebut sudah kaya raya, namun tetap saja bagi mereka masih saja kurang sehingga tidak ada waktu untuk santai sejenak dan melakukan aktifitas lainnya melainkan selalu bekerja keras dengan orientasi menumpuk materi lebih banyak lagi.
Nabi Sulaeman Kaya Tapi Selalu Bersyukur dan Rendah Hati
Perihal Nabi Sulaiman dalam hal menerima dan mensyukuri karunia dari Allah merupakan kisah yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap muslim. Yang demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri seseorang.
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, Ya Tuhanku anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku. Dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. An-Naml: 19)
Kekayaan Qorun Membuat Dirinya Kufur Nikmat, Angkuh, dan Sombong
Ada sosok crazy rich yang sangat terkenal. Bahkan, kisahnya diceritakan dalam Al-Qur’an. Qarun adalah sepupu Nabi Musa As. Dia anak dari Yashar yang merupakan adik kandung Imran, ayah Nabi Musa. Karena itu, Qarun pun masih memiliki garis keturunan kepada Nabi Yaqub. Baik Qarun maupun Musa merupakan cucu dari Quhas putra Lewi. Sedangkan Lewi bersaudara dengan Nabi Yusuf, keduanya adalah anak Nabi Yaqub. Lengkapnya Qarun bin Yashar bin Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.
Meskipun memiliki harta yang melimpah ruah, Qarun adalah manusia yang pelit dan kikir. Dia tidak mampu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT. Dengan harta kekayaan yang luar biasa banyak itu, Qarun justru menjelma menjadi manusia yang sangat sombong dan pongah. Dia merasa semua yang dimiliki adalah hasil usahanya sendiri.
Karena kekikiran dan kesombongannya, Allah SWT pun akhirnya menurunkan azab pada Qarun. Crazy rich itu pun lenyap ditelan bumi bersama seluruh hartanya yang sangat banyak. Dari kisah Qarun ini bisa diambil hikmah bahwa manusia tidak boleh sombong dan kikir di dunia ini.
Wallahu a’lam. Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)