Oleh: Hayat Abdul Latief
Amalan orang tua bisa berpengaruh pada kesholehan anaknya. Orang tua yang sholeh akan memberi kemanfaatan kepada anaknya di dunia bahkan tentu saja di akhirat. Sebaliknya, orang tua yang gemar berbuat maksiat akan memberi pengaruh jelek dalam mendidik anak.
……
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَن رَّأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ﴾
[ يوسف: 24]
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24]
Para ahli tafsir Quran menjelaskan bahwa Sang Ayah-lah tanda yang dimaksud. Jadi, ketika Nabi Yusuf tinggal selangkah lagi melakukan zina dengan istri tuannya. Tiba-tiba beliau melihat Nabi Ya’kub di samping pintu dan berteriak, “Yusuf!” Setelah seperti mendengar ayahnya berteriak, Nabi Yusuf juga melihat ayahnya menggigit jarinya sendiri. Dalam adat di daerah tinggal Nabi Ya’kub, menggigit jari tangan adalah simbol kekecewaan dan kemarahan. Maka kembalilah kesadaran Nabi Yusuf, hingga beliau segera lari keluar kamar meski sempat ditarik bajunya dari belakang oleh istri majikannya.
…..
Suatu saat Nabi Musa dan Khidr –‘alaihimas salam- melewati suatu perkampungan. Lalu mereka meminta kepada penduduk di kampung tersebut makanan dan meminta untuk dijamu layaknya tamu. Namu penduduk kampung tersebut enggan menjamu mereka. Lalu mereka berdua menjumpai dinding yang miring (roboh) di kampung tersebut. Khidr ingin memperbaikinya. Kemudian Musa berkata pada Khidr,
لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
“Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.” (QS. Al Kahfi: 77).
Namun apa kata Khidr? Khidr berkata,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh.” (QS. Al Kahfi : 82)
…..
Tidak salah orang tua mengharapkan punya anak sholeh. Namun seharusnya orang tua menjadi Saleh terlebih dahulu yang akan mudah dicontoh oleh anaknya.
Fadhilah orang tua yang memiliki anak yang sholeh
1. Menjadi amalan orang tua yang tidak terputus selamanya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, bersabda:
إِذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.
.“Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang saleh yang selalu mendoakannya.” (HR.Muslim)
2. Mendapat kemuliaan karena kesalehan anaknya.
Fadilah menjadi orang tua yang sholeh:
1. Anak keturunannya dijaga oleh Allah
2. Mempengaruhi pola pikir dan tindakan baik bagi anak. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)