Oleh: Hayat Abdul Latief
Adalah para sahabat sangat antusias terhadap keselamatan di dunia dan di akhirat. Mereka bertanya kepada Rasulullah tentang sebab-sebab keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Lalu beliau memberikan petunjuk, arahan dan jalan untuk mencapai kebaikan dan keselamatan.
Mari kita perhatikan hadis berikut: Dari Uqbah bin Amir ra, berkata;
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ (رواه الترمذي واحمد)
“Aku bertanya, Ya Rasulullah. Bagaimana supaya bisa selamat? (Rasulullah saw) bersabda: Tahan lisanmu, Dan hendaklah rumahmu membuatmu lapang dan menangislah atas kesalah-kesalahanmu.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Menurut hadits di atas, jalan-jalan untuk mencapai keselamatan dan kemenangan di dunia dan di akhirat sebagai berikut:
1. Menjaga lisan dari setiap ucapan yang buruk dan tidak berkata kecuali kebaikan. Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 70-71)
Rasulullah saw bersabda;
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَـيْرًا أَوْ لِيَـصـمُــتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari)
2. Menjadikan rumah sebagai tempat yang nyaman dan betah di dalamnya untuk menyibukkan diri dengan ibadah dan mengasingkan diri dari segala fitnah.
Makna yang lain kita ridha terhadap apa yang Allah takdirkan kepada kita berupa pasangan hidup, anak, rizki dan tempat tinggal serta segala jenis kesenangan dunia. Dalam urusan agama kita melihat orang yang levelnya lebih tinggi sedangkan dalam urusan dunia kita melihat orang yang gagalnya lebih rendah agar kita tidak meremehkan nikmat Allah SWT – jadilah yang membuat kita selamat.
Berikut ini beberapa hal yang akan menjadikan rumah kita menjadi rumah yang diberkahi Allah SWT: memakmurkan rumah dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, menjadikan rumah sebagai aktivitas ibadah seperti shalat nafilah, menghilangkan benda-benda yang dapat menghalangi masuknya rahmat Allah ke dalam rumah, misalnya gambar pornografi dan patung, serta saling berkasih sayang dan berlemah lembut di antara anggota keluarga.
3. Menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan dan sungguh-sungguh menangisi kesalahan-kesalahan di masa lalu. Selalu menyibukkan diri dengan islahul nafs – memperbaiki diri dan mentarbiyah diri sesuai dengan kehendak agama Islam.
Dikutip dari Asshiddiqiyah Media Center, Dalam Kitabu At-taubah, jilid: I/ halaman: 140, karya Ibnu Abi Ad-dunya (281 H), cet: Dar An-Nasyr Meshir terdapat petikan kalam hikmah dibawah ini,
Al-Imam Malik bin Dinar rahimahullah berkata:
البُكَاءُ عَلَى الخَطِيئَةِ يَحُطُّ الْخَطَايَا كَمَا يَحُطُّ الرِّيْحُ الْوَرَقَ اليَابِسَ” انتهى
“Menangisi suatu kesalahan dapat menggugurkan banyak kesalahan (dosa) sebagaimana angin dapat menggugurkan dedaunan yang kering.”
Orang yang menagis karena dosanya berarti ia mengakui kekhilafannya sebagai hamba Allah SWT. Ia akan merasa dirinya selalu kurang dalam beramal saleh. Perasaan seperti ini jelas akan membawa kepada sikap positif, yaitu dorongan untuk terus menerus mememperbanyak amal shaleh dan meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat.
Menangis karena dosa diawali oleh kesadaran manusia bahwa Allah SWT mengetahui semua perbuatan manusia baik yang positif maupun negative. Allah SWT akan membalas setiap dosa yang diperbuat manusia. Siksa yang kekal di neraka akan dirasakan oleh orang yang berlumuran dosa dan tidak pernah bertobat dari dosa-dosanya. Maka bagi seorang mukmin, keyakinan bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal dan abadi mestinya menjadi pendorong untuk mengingat dosa yang pernah diperbuat dan menggantinya dengan perbuatan amal shaleh. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i AnNashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)