Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Akan ada masa tatkala menunaikan keta’atan kepada Allah SWT dianggap sebagai keanehan. Akan ada saat manakala bersungguh-sungguh dalam memenuhi kewajiban agama dipandang sebagai perilaku berlebihan dan bahkan melampaui batas. Akan datang suatu masa saat berpegang teguh kepada dienul Islam ini dianggap radikal. Mereka asing di mata manusia, dan manusiapun mengasingkannya. Tetapi mereka adalah sebaik-baik manusia. Rasulullah SAW bersabda;

 

بَدَأَ الإسْلَامُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ كما بَدَأَ غَرِيبًا، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ. رواه مسلم عن ابي هريرة رضي الله عنه

 

Islam pada awalnya asing, dan kembali menjadi asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah RA)

 

Di tengah-tengah penyembahan berhala dan kehidupan jahiliyah, ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, terasa asing. Lalu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah juga terasa asing. Dari kota Madinah saya Islam menerangi dunia, sehingga 2/3 dunia dikuasai oleh umat Islam. Inilah masa kemasan, manusia berbondong-bondong masuk agama Islam. Dengan berjalannya waktu, meskipun umat Islam berjumlah besar, namun orang yang menjalankan agamanya dan berpegang teguh kepadanya kembali terasa asing. Meski demikian, Rasulullah SAW memuji keadaan mereka.

 

Siapakah orang yang beruntung menurut Allah SWT dan Rasulullah SAW?

 

Satu, orang beriman dan beramal saleh. Allah SWT berfirman,

 

الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ

 

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Rad: 29)

 

Dua, orang yang istiqomah dalam ketaatan menjalankan agamanya. Allah SWT berfirman,

 

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُواْ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

 

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.” (QS. Al-Ahqaf: 13)

 

Dari Abu ‘Amr, ada yang menyebut pula Abu ‘Amrah, Sufyan bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

 

قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي الإِسْلامِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدَاً غَيْرَكَ؟ قَالَ: “قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ

 

Aku berkata: Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau bersabda, “Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)

 

Tiga, orang yang bersabar menjalankan agamanya. Termaktub dalam Al-Qur’an,

 

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

 

Demi masa! Sungguh, semua manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih (kebajikan) serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

 

Rasulullah SAW bersabda,

 

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ”

 

Akan datang kepada manusia masa (ketika) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti memegang bara api.” (HR. Tirmidzi)

 

Empat dan Lima, orang yang memperbaiki sesuatu yang dirusak oleh kebanyakan orang dan menghidupkan Sunnah Baginda Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman,

 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

 

“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al-Baqarah: 11)

 

Rasulullah SAW bersabda,

 

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ،قيل:ومن الغرباء يا رسول الله؟ قال : الذين يصلحون عند فسادالناس

 

و فى رواية قيل: إنه سئل عن الغرباء قال: الذين يحيون ما أمات الناس من سنتى

 

Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Karena itu, beruntunglah orang-orang yang ‘asing’.” Dikatakan: Siapa al-ghuroba ya rasulullah? Beliau bersabda: “Yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan tatkala manusia telah rusak.”

 

Dan pada riwayat lain dikatakan: Beliau ditanya tentang al-ghuroba, beliau bersabda: “Yaitu orang-orang yang menghidupkan sunahku tatkala orang-orang telah mematikannya.” (HR Muslim)

 

Wallahu a’lam. Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *