Taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya: Jalan Menuju Kebersamaan dengan Golongan Mulia
Oleh: Hayat Abdul Latief
Allah SWT berfirman:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَـٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّـٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُوْلَـٰٓئِكَ رَفِيقًۭا
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul(-Nya), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa: 69)
Rasulullah SAW bersabda:
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai.” (HR. Bukhari no. 6170 dan Muslim no. 2640)
……….
Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya adalah inti ajaran Islam. Segala amal dan ibadah seorang Muslim tidak akan bernilai tanpa adanya kepatuhan kepada syariat Allah dan sunnah Rasulullah SAW. Dalam Al-Qur’an, Allah banyak menegaskan bahwa keberhasilan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat sangat bergantung pada seberapa dalam ketaatan kita kepada-Nya dan Rasul-Nya. Salah satu ayat yang menggambarkan keutamaan orang-orang yang taat adalah QS. An-Nisa ayat 69 di atas.
Ayat ini menjadi kabar gembira bagi orang-orang yang berusaha istiqamah dalam ketaatan. Allah SWT menjanjikan bahwa mereka akan dikumpulkan bersama para nabi, shiddiqin (orang yang sangat jujur dan teguh dalam keimanan), syuhada (orang yang mati syahid), dan shalihin (orang-orang shalih).
Kisah Sauban yang Rindu Rasulullah
Salah satu asbabun nuzul dari ayat ini adalah kisah tentang Sauban, seorang sahabat Nabi SAW yang sangat mencintai beliau. Dikisahkan bahwa Sauban tampak murung dan sedih. Rasulullah SAW pun bertanya kepadanya, “Wahai Sauban, apa yang membuatmu bersedih?” Sauban menjawab, “Wahai Rasulullah, aku tidak sedang sakit, tetapi aku sangat merindukanmu. Aku takut jika aku masuk surga, aku tidak bisa bersamamu karena engkau akan berada di tempat yang lebih tinggi.” Maka turunlah ayat ini, sebagai jawaban atas kecintaan dan kerinduan Sauban kepada Rasulullah.
Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan pondasi utama bagi ketaatan. Dalam hadits disebutkan:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ قَالَ: مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ، وَلَا صَوْمٍ، وَلَا صَدَقَةٍ، وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، قَالَ: أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Seorang lelaki bertanya kepada Nabi SAW: ‘Wahai Rasulullah, kapan kiamat itu?’ Beliau menjawab, ‘Apa yang telah kamu persiapkan untuknya?’ Ia menjawab, ‘Aku tidak mempersiapkan banyak salat, puasa, atau sedekah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.’ Maka Nabi SAW bersabda, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.'” (HR. Bukhari no. 3688 dan Muslim no. 2639)
Hadis ini memperjelas bahwa kecintaan yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya akan menjadi sebab seseorang dikumpulkan bersama mereka di akhirat, sebagaimana yang difirmankan dalam QS. An-Nisa ayat 69
Mengenai QS. An-Nisa: 69, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan: “Ini adalah kabar gembira dari Allah bagi orang-orang yang taat, bahwa mereka akan dikumpulkan bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Allah tidak menyebutkan tingkatan derajat, tapi menyebutkan kedekatan dan kebersamaan.” (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim)
Imam Al-Qurthubi juga menjelaskan: “Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah pintu yang mengantarkan kepada pertemanan dengan para nabi dan orang-orang pilihan di surga. Ini menjadi pendorong bagi kaum muslimin agar tetap istiqamah dalam menjalani agama ini.”
(Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an)
Makna Taat yang Sebenarnya
Taat kepada Allah bukan hanya melaksanakan perintah-perintah ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, dan zakat, tapi juga mencakup ketaatan dalam akhlak dan muamalah. Begitu juga ketaatan kepada Rasulullah adalah menjalankan sunnah-sunnah beliau dan menjauhi segala bentuk ucapan, perbuatan, dan keadaan yang menyelisihi syariat.
Ketaatan melahirkan ketenangan jiwa, keberkahan hidup, serta kebersamaan dengan orang-orang terbaik di dunia dan akhirat. Allah menjanjikan bahwa orang yang taat akan menjadi bagian dari golongan yang mendapat “nikmat terbesar” yaitu kebersamaan dengan para nabi dan orang-orang mulia di surga.
Menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah merupakan bentuk ketaatan yang nyata. Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَىٰ، قِيلَ: وَمَنْ يَأْبَىٰ يَا رَسُولَ ٱللَّهِ؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ ٱلْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَىٰ
“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Siapa yang enggan itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa yang taat kepadaku, maka dia masuk surga, dan siapa yang durhaka kepadaku, maka dialah yang enggan.” (HR. Bukhari no. 7280)
Taat kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan investasi terbesar bagi setiap mukmin. Ia tidak hanya mendatangkan kebaikan di dunia berupa ketenangan dan keberkahan, tetapi juga menjanjikan kemuliaan di akhirat bersama para nabi dan orang-orang shalih. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah)