Perang Badar kubra: Pertaruhan Antara Nyawa, Cinta dan Agama di Bulan Ramadhan

Oleh: Hayat Abdul Latief

zawiyahjakarta.or.id – Setelah sekian lama kaum muslimin ditindas, diintimidasi dan usaha percobaan pembunuhan terhadap pribadi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, pada akhirnya kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah ke Madinah. Sebuah negeri yang memberikan suaka terhadap Islam, Rasulullah dan perkembangan dakwah.

Setelah sekian lama ditindas dan didzalimi, Allah subhanahu wa ta’ala mengizinkan kaum muslimin berperang untuk menyambut serangan kuffar Mekah. Firman-Nya:

 ۗاُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقٰتَلُوْنَ بِاَ نَّهُمْ ظُلِمُوْا ۗ وَاِ نَّ اللّٰهَ عَلٰى نَـصْرِهِمْ لَـقَدِيْرُ ٱلَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَا رِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ اِلَّاۤ اَنْ يَّقُوْلُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ

“Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka. (Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, tak lain karena perkataan mereka, ‘Tuhan kami hanyalah Allah.'” (QS All-Hajj: 39-40).

Tujuan perang dalam Islam bukan untuk memusnahkan namun sebagai mempertahankan jiwa cinta dan agama. Meskipun memberikan izin melakukan perlawanan, Al-quran juga mengimbau agar kaum Muslimin tidak melakukan penyerangan terlebih dahulu.

gambar hanya illustrasi yang diambil dari berbagai sumber

Meskipun seolah-olah perang saudara; antara Paman dengan keponakan, antara sepupu dan handai-tolan di antara mereka namun pada hakekatnya adalah pertempuran antara hak dan bathil.

Baca juga : ide gila menggabungkan semua agama

Di malam hari sebelum berkecamuk perang, Rasulullah bersungguh-sungguh dalam shalat, doa dan munajat, sampai-sampai wajah dan janggut beliau basah oleh tangisan air mata semalam suntuk. Dengan.penuh kesungguhan beliau berdoa:

اللهم أنجز لي ما وعدتني، اللهم آت ما وعدتني، اللهم إن تهلك هذه العصابة من أهل الإسلام لا تعبد في الأرض

Artinya: Ya Allah… berikanlah apa yang kau janjikan kepadaku. Ya Allah… datangkanlah apa yang kau janjikan kepadaku. Ya Allah… jika perkumpulan umat Islam ini dihancurkan, maka engkau tak akan disembah di muka bumi ini”

Allah subhanahu wa ta’ala mendengar doa kekasihnya Muhammad shalallahu’alaihi wasallam dan para sahabat. Al-Qur’an merekam peristiwa tersebut:

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ ۚ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenan kan-Nya bagimu, ‘Sungguh, Aku (Allah) akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.’ Dan tidaklah Allah menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan, kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS al-Anfal: 9-10).

Dari sisi persenjataan kaum muslimin sangat sederhana dengan jumlah 313 pasukan, di sisi lain kaum kafir Quraisy berjumlah 1000 pasukan. Untung tak bisa diraih dan malang tak bisa dihindari, pasukan kesombongan dan kebatilan itu kalah memalukan dihadapan pasukan kaum muslimin.

Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan, di mana pada bulan Sya’ban turun perintah kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan. Dalam suasana genting dan mencekam juga udzur, sebagian sahabat ada yang berpuasa dan sebagian yang lain berbuka. Atas bimbingan Rasulullah, yang berpuasa tidak mencela yang berbuka, demikian juga sebaliknya.

Rasulullah membangun cinta di antara mereka. Sebuah ukhuwah, persaudaraan atas nama Islam telah dibangun semenjak mereka hijrah ke Madinah. Meskipun orang munafik berusaha memisahkan persaudaraan mereka, namun usaha itu gagal dan sia-sia belaka.

Kemenangan yang diperoleh kaum muslimin dalam perang Badar membuat Madinah dihormati dalam peta perpolitikan jazirah Arab, sehingga keberadaannya diakui dan kekuasaannya disegani. Dari Madinah memancar cahaya keimanan ke seluruh belahan dunia.

Berkat karunia dan rahmat Allah pula, kita tidak boleh melupakan sejarah bahwa bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan juga terjadi pada bulan Ramadhan. Tepatnya pada 17 Agustus 1945 bertepatan dengan bulan Ramadan, hari Jum’at tanggal 9, tahun 1334 Hijriyah yang merupakan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Kesimpulan:

Satu, asal mula perintah berperang dalam Islam adalah dalam rangka bertahan dari serangan musuh, bukan untuk tujuan mencederai kemanusiaan.

Dua, ada regulasi Islam dalam perang, seperti tidak boleh membunuh wanita anak-anak dan orang tua juga pendeta yang tidak ikut berperang. Tidak boleh menghancurkan rumah ibadah dan juga tidak boleh menebang pohon juga merusak habitat alam.

Tiga, perang Badar merupakan perang pertaruhan antaranya wa cinta dan agama. Demikianlah Maqashid Syari’ah yang bertujuan melindungi agama, jiwa, aka,l keturunan dan harta.

Empat, dengan kemenangan pada perang Badar, Islam dan kaum muslimin menjadi eksis sampai hari kiamat dan memperoleh tempat di hati umat manusia.

Lima, perlu diingat bahwa kemerdekaan Indonesia juga terjadi pada 17 Agustus 1945 bertepatan dengan bulan Ramadan, hari Jum”at tanggal 9, tahun 1334 Hijriyah.

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

(Penulis adalah Direktur Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)

Artikel yang Direkomendasikan

1 Komentar

  1. […] Baca juga : perang badar kubra pertaruhan antara nyawa cinta dan agama di bulan ramadhan […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *