Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Para ulama tidak dapat menggantikan para nabi, tetapi mereka berperan sangat penting terhadap keberlangsungan dakwah dan keilmuan Islam, sehingga tepatlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam:

 

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا ورَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

 

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Ashabus Sunan, dinilai shahih oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban)

 

Ilmu merupakan warisan para ulama, warisan yang tidak hanya diambil oleh putra-putrinya, namun juga bisa diambil oleh siapa saja yang menjadi murid atau santrinya. Dengan kata lain, ulama meninggalkan anak ideologis dari hasil gembelengan dan kaderisasinya.

 

Apabila ulama tutup usia, bersamaan dengan itu Allah subhanahu wa ta’ala mencabut ilmu dari muka bumi. Yang dikhawatirkan di kemudian hari apabila tidak ada kaderisasi, maka tampillah orang-orang bodoh yang berani berfatwa tanpa ilmu, yang pastinya menyesatkan banyak orang. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam:

 

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ

 

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“

 

Kyai Haji Saifuddin Amsir telah meninggalkan kita. Beliau bukan hanya mewariskan ilmu yang diajarkan di majelis majelis taklim atau dalam forum-forum dakwah, namun juga beliau mencetak kader ulama dan da’i dengan mendirikan lembaga pendidikan setingkat S1 dan S2 yang bernama Ma’had Ali Zawiyah Jakarta.

 

Sudah ratusan atau bahkan ribuan santri atau murid beliau yang berkiprah di masyarakat. Yang tentunya setiap aktivitas ilmu dan dakwah dari para santri dan muridnya akan mengucurkan pahala kepada beliau.

 

Sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa beliau termasuk orang yang beruntung setelah kepergiannya menghadap Allah subhanahu wa ta’ala, dikarenakan aliran pahala yang tidak henti-hentinya baik dari shodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat ataupun anak-anak yang sholehah (Red: karena beliau tidak memiliki anak laki-laki) yang selalu mendoakan mendoakannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

 

Dengan demikian di antara para ulama, kyai Haji Saifudin Amsir pantas dijadikan sebagai inspirasi bagi generasi sesudahnya khususnya bagi anak-anak dan santrinya agar selalu berkarya dan berkhidmat untuk umat dalam mengajar, berdakwah dan mencetak kader-kader ulama semata-mata mengharapkan ridho Allah subhanahu wa ta’ala. Juga beliau pantas dijadikan sebagai contoh dari sekian banyak ulama yang namanya harum setelah tutup usia. Pangeran para pujangga berkebangsaan Mesir Ahmad Syauqi membacakan syair kepada kita syair kepada kita:

 

إن الحياةَ دقائقٌ وثواني

فارفعْ لنفسِك بعد موتِك ذِكْرَها

فالذِّكْرُ للإنسان عمرٌ ثاني

 

Hidup pada hakekatnya peralihan menit dan detik jam. Sebelum kematian, buatlah cerita baik untuk dirimu, karena sebutan baik bagi manusia adalah umur kedua.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Penulis adalah Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *