Oleh: Hayat Abdul Latief
Amal dalam konteks agama artinya ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhoh. Dalam konteks keduniawian berarti bekerja dan berkarya yang menghasilkan produk, karya atau hanya sekedar mendapatkan uang semata. Sebenarnya rencana penulis memberi judul pada tulisan ini adalah *derajat manusia tergantung Iman, ilmu dan amalnya*. Namun karena ini merupakan artikel maka dicukupkan dengan judul di atas agar tidak berkepanjangan pembahasannya.
Namun perlu di singgung bahwa faktor utama yang mengangkat derajat manusia sebelum kerja dan karyanya, adalah karena Iman dan ilmunya. Allah subhanahu wata’ala meninggikan derajat manusia di dunia dan di akhirat karena iman dan ilmunya. Keduanya di dalam Islam menempati posisi sangat penting. Salah satunya Al-Qur’an menyebutkan bahwa orang yang beriman dan berilmu itu menempati posisi mulia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Memang ayat di atas berbicara tentang derajat yang tinggi untuk orang yang beriman dan berilmu pengetahuan namun tidak boleh terlewatkan bahwa di akhir ayat tersebut berbunyi bahwa *”Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”*. Artinya faktor yang membuat derajat manusia tinggi dalam pandangan Allah di samping karena iman dan ilmunya juga karena amal, kerja atau karyanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَلِكُلٍّ دَرَجَٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوا۟ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah
dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 132)
Terjemah Tafsiriyah: “Masing-masing jin dan manusia yang diberi tanggungjawab, baik yang melakukan ketaatan maupun kemaksiatan, kelak di akhirat mereka akan memperoleh derajat-derajat seimbang di surga dan neraka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak pernah lengah dari apa yang mereka kerjakan, tidak ada yang dapat tersembunyi dari Allah, semua akan diberi balasan pada hari kiamat.” (Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah)
Di dalam perspektif agama seseorang akan tinggi derajatnya di sisi Allah subhanahu wata’ala apabila banyak beramal baik ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh. Sedangkan di dalam dunia kerja, normalnya, seseorang akan naik tingkat kepegawaianya apabila memiliki etos kerja, disiplin dan integritas yang tinggi yang membawa kemajuan di tempat kerja di tengah persaingan global.
Ayat di atas diperkuat keterangannya dengan ayat berikut:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” ( QS. At-Taubah: 105)
Buya Hamka menjelaskan, amal adalah pekerjaan, usaha, perbuatan dan keaktifan hidup. Maka selain beribadah, orang yang beriman juga harus bekerja dan berusaha. Terutama sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Sebagaimana firman Allah tentang etos kerja dalam ayat lainnya:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا
“Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (QS. Al Isra: 84)
Ayat ini setidaknya mengandung 3 Poin. *Poin pertama,* Menurut Buya Hamka, hendaklah seseorang bekerja sesuai bakat itu, tidak usah dikerjakan pekerjaan lain yang bukan tugas kita supaya umur tidak habis percuma. Lebih jauh beliau menjelaskan bahwa kehidupan yang luas ini membutuhkan beragam profesi. Dibutuhkan pedagang, petani, dokter, tentara, pejabat publik, pengusaha, dan beragam profesi lain yang membentuk spesialisasi. Maka Surat At Taubah ayat 105 dan Al Isra ayat 84 ini, menurutnya, merupakan motivasi dari Allah agar orang-orang mukmin bersemangat beramal dan bekerja. Beliau menegaskan Allah melarang kita malas dan membuang-buang waktu,
*Poin kedua,* Allah juga memotivasi hamba-Nya untuk beramal dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Tak perlu mencari popularitas. Tak perlu mengejar pujian. Karena Allah melihat amal-amal itu. Semasa Rasulullah hidup, beliau juga melihat amal-amal itu. Demikian pula kaum mukminin akan melihat amal-amal itu. Yang menarik pada firman Allah ini, yang dilihat Allah adalah amalakum; amalmu, pekerjaanmu, usahamu. Itulah yang dilihat Allah. Bukan hasil usahanya. Bukan hasil pekerjaannya. Ayat ini memotivasi kepada kita untuk terus beramal dan bekerja dengan sungguh-sungguh. Proses itulah yang dilihat dan dinilai Allah. Bukan hasilnya. Allah tidak menilai kita berdasarkan hasil, tetapi berdasarkan proses. Apakah kita telah sungguh-sungguh beramal dan bekerja.
*Poin ketiga,* seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah yang mengetahui niat dan amal-amal manusia. Dialah yang mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang terbuka. Dia akan memberikan balasan atas setiap amal, serahasia apa pun amal itu. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
*(Penulis adalah Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah)*

