Nasehat Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari: Pedoman Beragama dalam Berinteraksi dengan Ahli Bait, Sahabat dan Arab

 

 

Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Siapa yang tidak kenal Kiayi Haji Hasyim Asy’ari, Pendiri ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdhatul Ulama (NU)? Inilah nasehatnya yang menjadi pedoman bagi umat Islam dalam berinteraksi dengan ahli bait, sahabat dan Arab. Petuahnya:

 

فيجب على كل مكلف أن يحب أهل بيت النبوة وجميع الصحابة من العرب والعجم، ولا يكون من الخوارج في بغض اهل بيت فلا ينفعه حينئذ حب الصحابة، ولا يكون من الروافض في بغض الصحابة فلا ينفعه حينئذ حب اهل البيت، ولا يكون من الجهلاء الطغام حيث يكرهون العرب بالطبع الملام

 

“Maka wajib atas setiap mukallaf (muslim yang dewasa dan berakal) mencintai Ahlul Bait ( Keluarga & Keturunan Nabi SAW) dan semua shahabat Nabi, baik dari bangsa Arab maupun Non-arab Janganlah menjadi seperti orang-orang Khawarij yang membenci ahli bait, maka tidak akan manfaat baginya cinta kepada para shahabat. Jangan menjadi seperti orang-orang Rofidhoh yang membenci para shahabat, maka tidak manfaat baginya cinta kepada ahli bait. Dan jangan menjadi seperti orang-orang bodoh lagi dungu yang membenci bangsa/orang Arab disebabkan wataknya yang hina.” (Kitab An-Nurul Mubin Fi Mahabbati Sayyidil Mursalin Hal : 18)

 

*Mencintai Ahli Bait*

 

Anjuran mencintai, menghormati dan tidak menghina ahlul bait termaktub dalam Surat Al Ahzab: 33. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

 

وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ

 

“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak meng­hilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al Ahzab: 33)

 

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musab, telah menceritakan kepada kami Al-Auzai, telah menceritakan kepada kami Syaddad Abi Ammar yang telah menceritakan bahwa ia masuk ke dalam rumah Wasilah ibnul Asqa ra yang pada saat itu ia sedang berbicara dengan suatu kaum.

 

Lalu mereka menceritakan perihal Ali ibn Abi Thalib radhialllahu anhu ternyata mereka mencacinya, lalu ia ikut mencacinya pula mengikuti mereka.

 

Setelah mereka bubar meninggalkan Wasilah, lalu Wasilah bertanya kepadaku (perawi), “Mengapa engkau ikut mencaci Ali?” Aku menjawab, “Aku lihat mereka mencacinya, maka aku ikut mencacinya bersama mereka.” Wasilah bertanya, “Maukah aku ceritakan kepadamu apa yang pernah kulihat dari Rasulullah Saw.?” Aku menjawab, “Tentu saja aku mau.

 

“Watsilah menceritakan pengalamannya, bahwa ia pernah datang kepada Fatimah r.a. menanyakan sahabat Ali r.a. Fatimah menjawab bahwa Ali sedang pergi menemui Rasulullah Saw. Aku (perawi) menunggunya hingga Rasulullah Saw. datang dengan ditemani oleh Ali, Hasan, dan Husain radiyallahu anhum; masing-masing dari mereka saling berpegangan tangan. Kemudian Rasulullah Saw. masuk dan mendekatkan Ali dan Fatimah, lalu mendudukkan keduanya di hadapannya.

 

Nabi SAW lalu memangku Hasan dan Husain, masing-masing pada salah satu pahanya. Sesudah itu beliau Saw. melilitkan kain atau jubahnya kepada mereka dan membaca ayat berikut, yaitu firman Allah subhanahu wata’ala:

 

إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

 

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33)

 

Lalu beliau Saw. berkata dalam doanya: Ya Allah, mereka ini adalah ahli baitku (keluargaku), dan ahli baitku lebih berhak.

 

*Mencintai Sahabat*

 

Definisi sahabat adalah orang yang pernah berjumpa dengan nabi meskipun sebentar, kemudian beriman dan meninggal dunia dalam keadaan mu’min. Tidak sedikit ayat-ayat Al-Qur’an di mana di dalam surat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menyanjung mereka.

 

Salah satunya adalah Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

 

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

 

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir- sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

 

Di samping itu, Rasulullah telah mewasiatkan kepada umat Islam agar menghargai jasa mereka dengan tidak mencela mereka. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

 

“Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.” (HR. Bukhari-Muslim dan lainnya dari Abu Sa’id Al-Khudri)

 

Bukankah Rasulullah bersabda, “Kamu bersama orang yang kamu cintai.” Dengan berpijak kepada hadis ini, Anas berkata, “Aku mencintai Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, Ustman dan Ali bin Abi Thalib, aku berharap bersama mereka dengan cintaku kepada mereka meskipun aku tidak beramal seperti amal mereka.” (Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1459).

 

*Mencintai Arab*

 

Ibnu Manzhur (711 h) berkata dalam kitabnya yang terkenal lisaanul-‘arab, di dalam isi muqqaddimahnya yaitu :

 

فإن الله سبحانه قد كرم الإنسان وفضله بالنطق على سائر الحيوان، وشرف هذا اللسان العربي بالبيان على كل لسان، وكفاه شرفا أنه به نزل القران، وأنه لغة أهل الجنان. روى عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” أحبوا العرب لثلاث : لأني عربي، والقران عربي، وكلام أهل الجنة عربي “.

 

“Sesungguhnya Allah SWT. Telah memuliakan manusia, memberikan kelebihan dari seluruh hewan dengan berbicara, dan memuliakan bahasa Arab sebagai bahasa paling indah. Dan cukuplah sebagai keutamaan bahasa Arab karena dengan bahasa tersebut Al-Quran itu turun, serta sebagai bahasa penduduk Surga. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas r.a. bersabda : “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yang pertama karena aku berasal dari bangsa Arab, kedua Al-Quran berbahasa Arab, dan yang ketiga obrolan penduduk Surge dengan bahasa Arab”. Keistimewan-keistimewaan bahasa Arab di antaranya: Bahasa Arab adalah bahasa Al-quran. Allah berfiman:

 

حم وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ

إنا جعلنا قرأنا عربيا لعلكم تعقلون

 

“Haa Miim.Demi Kitab (Al-Qur’an) yang menerangkan. Sesunggunya kami telah menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, supaya kalian memahaminya”. (QS. Az-Zukhruf: 1-3)

 

Pesan yang terkandung dalam tulisan ini – sebagai nasehat Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari: Jadilah orang yang mencintai Ahli Bait, sahabat dan Arab. Tidak menjadi seperti Khawarij, Rafidhah atau orang bodoh. Wallahu alam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *