Oleh Hayat Abdul Latief
Berprasangka baik kepada Allah subhanahu wata’ala dan kepada sesama muslim adalah hal yang sangat ditekankan. Sebab, setan itu lihai. Ia akan berusaha keras untuk menanamkan pesimistis, kebencian dan permusuhan di dalam hati orang-orang yang beriman. Salah satu jalannya, melalui prasangka buruk.
Apa yang ada di dalam benak kita, sesungguhnya itu akan menimbulkan energi dan itu semua akan kembali kepada kita. Solusinya, hidup ini harus selalu optimis dan husnudzon. Buang hal-hal yang negatif pada diri kita, termasuk prasangka, berburuk sangka kepada Allah maupun kepada manusia. Jadi, apa yang kita lemparkan itu akan kembali kepada diri kita.
Makanya Allah subhanahu wata’ala memperingatkan melalui firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan beburuk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12)
*Buruk Sangka kepada Allah subhanahu wata’ala*
Seorang muslim dengan sekuat tenaga seharusnya menjauhkan diri dari buruk sangka terhadap Allah subhanahu wata’ala. Membaca nama-nama-Nya yang indah (Al-Asma’ Al-Husna) akan menepis prasangka buruk kepada-Nya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)
Di antara manfaat husnudzon dan menjauhi su’udzon kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu: mendorong manusia untuk selalu makin mendekatkan diri kepada Allah, mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat, menanamkan sikap tawakkal dalam diri manusia karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah dan mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup karena meyakini apa pun yang terjadi adalah atas kehendak Allah subhanahu wata’ala.
*Buruk Sangka kepada Sesama Muslim*
Begitu pula seorang muslim, diajarkan, menjauhkan dirinya dari buruk sangka terhadap sesama. Rasulullah dalam banyak haditsnya mewanti-wanti, di antaranya beliau bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Hati-hatilah kalian terhadap prasangka karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-dustanya ucapan.” (HR. Bukhari: 6064)
Seandainya kita melihat atau mendengar sesuatu dari saudara sesama muslim yang masih mengandung banyak kemungkinan maka bawalah hal itu pada prasangka baik. Untuk menutup pintu masuknya setan. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah berpesan pada anaknya:
يَا بُنَيَّ، إِذَا سَمِعْتَ كَلِمَةً مِنَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ فَلَا تَحْمِلْهَا عَلَى شَيْءٍ مِنَ الشَّرِّ، مَا وَجَدْتَ لَهَا مُحْمَلًا مِنَ الخَيْرِ
“Wahai anakku sayang, jika engkau mendengar satu kata dari seorang muslim maka janganlah engkau bawa pada sesuatu yang buruk selama engkau masih mendapati kemungkinan dari kebaikan.” (Hilyatul Auliya’: 5/277-278)
Di antara manfaat husnudzon dan menjauhi su’udzon kepada sesama muslim, yaitu: menghindari keretakan hubungan antar sesama, terhindar dari rasa iri hati dan membuat jiwa semakin tenang karena terhindar dari keresahan dan hati yang gelap karena dipenuhi dengan prasangka buruk terhadap orang lain. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
*(Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*