Oleh; Hayat Abdul Latief

 

Sebagian manusia menyangka, bahwa apabila seseorang diberi kelapangan dalam perkara dunia, berarti dia dicintai Allah subhanahu wa ta’ala. Sebaliknya, jika ia disempitkan urusannya, berarti ia sedang tidak dicintai Allah. Ini merupakan sangkaan yang keliru, karena ukuran kecintaan Allah kepada seorang hamba tidak dapat diukur dengan luas atau sempitnya kenikmatan dunia, karena Dia memberikan karunia duniawi ini kepada orang yang dicintai dan kepada orang yang tidak dicintai-Nya. Firman-Nya,

 

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ . وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ . كَلَّا ….

 

“Maka, adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya, dan memberinya kesenangan, maka ia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku’. Dan apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka ia berkata, ‘Tuhanku menghinaku’. Sekali-kali tidak! ….” (QS. Al-Fajr: 15-17)

 

Dalam kitab Adabul Mufrod, disebutkan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

 

إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ ، وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ

 

“Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cinta maupun tidak. Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cinta.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod 279)

 

Iman merupakan nikmat besar yang paling berharga, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan standar cinta kepada hamba-hamba-Nya dengan iman. Karena iman begitu sangat berharga, Allah subhanahu wa ta’ala melarang mereka mengotori dan mencampur-adukan iman dengan syirik. Firman-Nya,

 

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

 

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(QS. Al-Anaam: 82)

 

Imam Bukhari berkata dari jalur Abdullah (bin Mas’ud) radhiyallahu’anhu, ia mengatakan: “Ketika turun QS. Al-Anaam: 82, para shahabat berkata: “Siapakah di antara kita yang tidak berbuat dhalim pada dirinya sendiri?” (Menurut para shahabat tidak mungkin mereka tidak berbuat dosa – untuk meluruskan pemahaman mereka tentang makna kata ظلم atau berbuat dhalim pada dirinya sendiri) maka turunlah ayat,

 

….اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

 

“….Sesungguhnya syirik itu benar-benar merupakan kedhaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13) [Jadi kata ظلم dalam QS. Al-Anaam: 82 ditafsirkan oleh QS. Luqman: 13 – Itulah metodologi Tafsirul Qur’an bil Qur’an]

 

Berkenaan dengan keutamaan kalimat tauhid, Rasulullah shalallohu ‘alahi wasallama bersabda:

 

إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

 

“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illa Allah (tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap wajah Allah.” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33 dari ‘Itban bin Malik Al-Anshori radhiyallahu’anhu)

 

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda,

 

أَفْضَلُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ» حسن، رواه مالك في الموطأ

 

“Doa terbaik adalah doa pada hari Arafah, dan kalimat yang terbaik yang diucapkan olehku dan para nabi sebelumku: Tidak ada Tuhan selain Allah, Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwatha’ – Hadits Hasan)

 

Begitu dahsyatnya kalimat tauhid sebagaimana tercantum dalam hadits berikut: “Rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

قال موسى عليه السلام : يا رب علمني شيئاً أذكرك وأدعوك به ، قال : قل يا موسى لا إله إلا الله . قال : كل عبادك يقولون هذا ، قال : يا موسى لو أن السموات السبع وعامرهن غيري والأرضين السبع في كفة ، ولا إله إلا الله في كفة ، مالت بهن لا إله إلا الله رواه ابن حبان والحاكم وصححه

 

”Musa ‘alaihis salaam berkata (kepada Allah subhanahu wa ta’ala): “Wahai Rabb, ajarkanlah padaku sesuatu yang dengannya aku berdzikir kepada-Mu dan berdoa kepada-Mu’! Lalu Allah berfirman: “Wahai Musa, Ucapkanlah: “Laa ilaaha illa Allah”. Musa berkata : “Setiap hamba-Mu mengucapkan kalimat ini.” Allah berfirman: “Wahai Musa, seandainya langit yang tujuh serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat Laa ilaaha illa Allah diletakkan pada sisi lain timbangan, niscaya kalimat Laa ilaaha illa Allah lebih berat timbangannya.” (Ibnu Hibbaan dan Al-Hakim dari Sa’id Al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu. Al-Hakim menilai hadits ini shahih)

 

Mengacu kepada Six Points of Shahabah, maksud dan tujuan kalimat tauhid ini adalah mengusir kebesaran makhluk dari dalam hati, lalu memasukan kebesaran Allah kedalam hati. Yang ada dalam hati hanya kebesaran, keagungan dan kehebatan Allah saja, bukan kebesaran, keagungan dan kehebatan makhluk berupa harta, tahta dan segala kesenangan dan gemerlap dunia.

 

Karena pentingnya kalimat tauhid dan kalimat iman ini, kita berharap dan berazam agar meninggal dunia dalam keadaan iman. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

 

من كانَ آخرُ كلامِهِ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ دَخلَ الجنَّةَ (رواه أبو داود واللفظ له، وأحمد)

 

“Siapa saja yang akhir ucapannya (saat keluar dari dunia – wafat) Laa ilaaha illa Allah, maka ia pasti masuk surga.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad – shahih – Lafadz ini milik Abu Dawud)

 

Laa ilaaha illa Allah disebut juga sebagai كَلِمةُ النَّجاةِ, yakni orang yang mengucapkannya dengan ikhlas dari dalam hatinya pasti selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga. Menurut alim ulama meskipun dalam hadis di atas disebutkan hanya لا اله الا الله, namun include di dalamnya محمد رسول الله, karena pengakuan terhadap risalah nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam juga terdapat dalam dua kalimat syahadat.

 

Masih mengacu kepada Six Points of Shahabah, agar memiliki hakikat iman dan yakin, setidaknya kita melakukan 3 hal berikut:

 

1. Berdakwah menyampaikan pentingnya iman sebagai nikmat yang paling berharga dalam hidup ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

 

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

 

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

 

2. Memperbanyak dzikir Laa ilaaha illa Allah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

 

جَدِّدُوْا إِيْمَانَكُمْ قِيْلَ يارسول الله وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيْمَانَنَا قَالَ اَكْثرُوْا مِنْ قَوْلِ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ

 

“Perbaharuilah iman kalian.” Para hasabat bertanya, “Bagaimana cara memperbaharui iman kami, ya Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Perbanyaklah ucapan ‘laa ilaaha illallaah’”. (HR Al-Bukhari dari Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu)

 

3. Berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar mendapatkan hakikat iman-yakin dan meninggal dunia dalam keadaan puncak iman dan amal shaleh.

 

Beberapa faedah dari tulisan ini:

 

*Satu,* Allah subhanahu wa ta’ala menyuruh manusia (juga jin) menjaga iman dan melarang mereka mencampur-adukan iman dengan syirik. Syirik merupakan bentuk kedzaliman yang sangat besar. Pelaku syirik yang meninggal dunia sebelum bertaubat darinya, dosanya tidak diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

 

*Dua,* bobot atau harga لا اله الا الله lebih berarti daripada langit dan bumi beserta isinya.

 

*Tiga,* Laa ilaaha illa Allah disebut sebagai كلمة النجاة, yakni orang yang mengucapkannya dengan ikhlas dari dalam hatinya pasti selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga.

 

*Empat,* isi kandungan 2 kalimat syahadat yaitu: Syahadat Tauhid: mengimani dan mengakui bahwa Allah subhanahu wa ta’ala satu-satunya Tuhan yang wajib disembah dan Syahadatur Rasul: mengimani dan mengakui bahwa nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah untuk seluruh umat manusia (dan jin).

 

*Lima,* agar memiliki hakikat iman dan yakin, setidaknya kita melakukan beberapa hal berikut: berdakwah menyampaikan pentingnya iman sebagai sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita di dunia dan akhirat, memperbanyak dzikir Laa ilaaha illa Allah dan berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar mendapatkan hakikat iman-yakin dan meninggal dunia dalam keadaan puncak iman dan amal shaleh.Wallahu a’lam.

 

Diolah dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah!

 

*(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *