Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Sejak diusir dari surga, setan senantiasa menyebarkan rasa dendam dan permusuhan dengan umat manusia, dengan berbagai cara, ia ingin melaksanakan pembalasan kepada Nabi Adam alaihis salaam yang menyebabkan ia terusir dari surga dan berjanji akan selalu menggoda dan menjerumuskan umat manusia sampai hari kiamat hingga manusia mengikutinya agar bersama-sama dijebloskan ke dalam neraka. Merugilah orang yang mengikuti jejak langkah setan. Allah subhanahu wa ta’ala memperingatkan dalam Al-Qur’an,

 

….وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا

 

“….Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa’:

119)

 

Sedangkan karakteristik setan yaitu membisikkan kejahatan kedalam dada (hati) manusia. Al-Qur’an menyebutkan,

 

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

 

“Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusi.” (QS. An-Nas: 4-6)

 

Oops, ternyata dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa setan itu bukan hanya dari jenis jin, ada juga jenis manusia. Sejalan dengan itu, Al-Hadits juga menyebutkan,

 

“Dari Abu Dzar berkata, “Aku mendatangi Rasulullah SAW pada saat beliau berada di masjid. Aku duduk (di dekatnya). Maka beliau bersabda, ‘Hai Abu Dzar, apakah kamu sudah melakukan shalat?’ Aku berkata, ‘belum’, Beliau bersabda, ‘Berdirilah, lalu shalatlah!’ Maka, aku pun berdiri dan melakukan shalat. Kemudian, aku duduk, maka beliau bersabda, ‘Hai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin,’ Aku berkata ‘Wahai Rasulullah apakah dari golongan manusia ada setan?’ Beliau bersabda, ‘Ya’,” (HR. Ahmad)

 

Ya betul, ada dua jenis setan, dari jin dan dari manusia. Allah subhanahu wa ta’ala lebih jelas lagi berfirman,

 

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

 

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. Al-An’am: 112)

 

“(Lafadz: وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh”) sebagaimana Kami telah jadikan mereka sebagai musuh-musuhmu; kemudian pengertian musuh itu dijelaskan (yakni شَيَٰطِينَ) setan-setan (ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى “dari jenis manusia dan jin yang memberikan bisikan”) yang menghembuskan godaan (بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ “antara yang sebagian kepada sebagian lainnya tentang perkataan-perkataan yang indah-indah”) yang memulas warna kebatilan (غُرُورًا “untuk membujuk”) umat manusia. (وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ “Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya”) maksudnya bisikan-bisikan yang menyesatkan tadi (فَذَرْهُمْ “maka tinggalkanlah mereka”) biarkanlah orang-orang kafir itu (وَمَا يَفْتَرُونَ “dan apa yang mereka ada-adakan”) berupa kekafiran dan lain-lainnya yang sudah menjadi watak mereka. Ayat ini diturunkan sebelum turunnya ayat perintah untuk berperang.” (Tafsir Jalalain QS. Al-An’am: 112)

 

“Allah menghibur Rasul-Nya nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dengan mengatakan, “Kami jadikan untukmu musuh-musuh yang menolak dakwahmu, memerangi dan memusuhimu dan hasud kepadamu,” karena ia adalah Sunnah Kami di mana setiap Nabi yang kami utus kepada manusia pasti memiliki musuh-musuh dari kalangan jin dan manusia yang melawan kepada ajaran yang di bawa oleh para Rasul, “Sebagian mereka membisikan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu manusia.” Maksudnya, sebagian mereka menghiasi kebathilan yang mereka serukan kepada kebaikan kepada sebagian yang lain, dan memperindah kata-kata sehingga kereka menyulapnya dalam bentuk yang paling baik untuk mengelabui orang-orang bodoh dan orang-orang dungu yang tidak memahami hakikat yang sebenarnya dan tidak mengerti makna yang sesungguhnya. Mereka terkagum-kagum oleh kata-kata indah dan ungkapan yang mempesona, lalu mereka meyakini kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai kebenaran.” (Tafsir as-Sa’di – Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H)

 

Dengan demikian, menurut Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari’ah Universitas Qashim – Saudi Arabia, jika seorang ‘alim berusaha menjadi pewaris risalah Rasulullah, maka mesti ia juga mewarisi musuh-musuh Rasulullah.” (Li Yaddabbaru Ayatih)

 

Bisa dikatakan setan manusia di zaman nabi Adam alaihis salaam adalah anak beliau sendiri, Qabil. Di zaman nabi Ibrahim alaihis salaam adalah Namruz. Di zaman Musa dan Harun alaihimas salaam adalah Fir’aun, Haman dan Samiri. Di zaman nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam periode Mekkah adalah Abu Lahab, Ummu Jamil, Abu Jahal dan seterusnya sedangkan periode Madinah adalah gembong-gembong (pemimpin-pemimpin) munafikin. Allah subhanahu wa ta’ala menyebut mereka setan dalam Firman-Nya,

 

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙ اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ

 

“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.” (QS. Al-Baqarah: 14)

 

Sesungguhnya setan manusia lebih berbahaya daripada setan jin. Berikut penjelasannya:

 

1. Menghindari setan manusia tidak cukup hanya dengan memohon perlindungan dari Allah subhanahu wa ta’ala dan membaca ayat kursi, tetapi juga diperlukan membaca strategi langkah-langkahnya dan kita memiliki cara agar bisa terhindar dari jeratan dan ranjau tipuan dan jebakan-jebakannya. Hal ini bisa kita lakukan jika kita menambah wawasan keislaman dan memperdalam ilmu tentang Al-Quran dan sunnah serta mengkaji sirah nabawiyah dan kisah-kisah nabi sebelumnya yang memiliki musuh-musuh yang selalu menjadi penghalang dan pengganggu setiap langkah dakwah mereka.

 

2. Setan manusia merupakan musuh para Nabi. Dari level nabi saja telah dimusuhi setan-setan manusia, apalagi dari level umatnya. Cara agar selamat dari setan manusia, kita berkumpul bersama dengan ulama dan orang-orang shaleh yang selalu mengantisipasi kemungkinan masuk kedalam perangkapnya.

 

3. Kata-kata dari setan manusia ini sangat menarik dan menakjubkan. Sebenarnya, semua perkataan manusia yang seperti setan sangat membahayakan dan menyesatkan. Karena yang terlihat kotor, mereka kemas dengan kata suci, maka orang sehat sekalipun dapat tertipu daya dan menerimanya. Setan manusia ini tidak hanya harus dijauhi perkataannya, namun juga kita diperintahkan untuk meninggalkan dan menjauhi komunitasnya.

 

4. Setan jin tidak bisa membuat UU, Perda atau aturan tertulis yang merugikan Islam dan kaum muslimin. Sedangkan setan manusia punya potensi melakukannya, bila ada momen yang tepat dan umat terlelap dalam tidur panjang, khusyu’ dengan urusan khilafiyah remeh-temeh dan acuh tak acuh terhadap nasib bangsa. Maka jihad konstitusi bagi anggota DPR sebagai wakil suara rakyat, wajib ditegakkan.

 

5. Setan jin tidak bisa mendeportasi, mengusir dan menolak ulama dan kekasih Allah. Sedangkan setan manusia, apalagi memiliki kuasa dan harta berpotensi menjadi penghalang dan penghambat kelancaran dakwah dan syi’ar Islam yang diemban oleh para ulama sebagai pewaris para nabi.

 

Setan manusia pada hakikatnya pembawa bendera kebatilan sedangkan para nabi dan pewarisnya penegak panji kebenaran. Meskipun pada mulanya, setan manusia itu gagah, berkuasa, penuh tipu daya dan menghipnotis manusia dengan magnet sihirnya, namun pada akhirnya, sesuai dengan jajni Allah subhanahu wa ta’ala, mereka akan binasa dimakan oleh sejarah. Firman-Nya,

 

وَقُلْ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَٰطِلُ ۚ إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا

 

“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. “Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra: 81)

 

Allah menjelaskan bahwa tipu daya setan itu lemah,

 

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ

 

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.”(Q.S. An-Nisa’ : 76)

 

Al-Qur’an menyebutkan manusia yang menjadi musuh para nabi adalah setan, demikian juga sesuai dengan tafsir yang mu’tamad, yang menjadi musuh pewaris para nabi, yakni para ulama – sadar ataupun tidak – adalah setan yang berwujud manusia. Wallahu a’lam.

 

Diolah dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah!

 

*(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *