Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Bible Terjemahan Edisi 2023 Telah Dilaunching

 

Innews.co.id merilis, ulang tahun Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) ke-69 menjadi momentum penting yang akan tercatat dalam sejarah, di mana saat itu secara resmi diluncurkan Alkitab Terjemahan Baru Edisi-2 (TB-2). Acara yang diadakan di Balai Sarbini, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2023 itu, dihadiri Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan bersama istri, Dirjen Bimas Kristen dan Katolik, para pemimpin Kristiani lintas denominasi, para tokoh agama, dan umat Nasrani. Juga menampilkan artis-artis Once Mekel dan Putri Ayu. Tampak hadir pula perwakilan dari Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies) dan lembaga-lembaga Alkitab tetangga.

 

…..

 

Dalam hal ini, Alkitab mengikuti perkembangan zaman dalam hal perubahan bahasa dari waktu ke waktu. Sehingga bagi para pemerhati akan mendapati perubahan, tambahan dan pengurangan dalam Alkitab dari edisi satu dengan edisi lainnya. Hal ini yang disebut Al-Qur’an sebagai tahrif.

 

Benarlah Firman Allah SWT,

 

فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ ٱلْكِتَٰبَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ لِيَشْتَرُوا۟ بِهِۦ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ

 

“Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 79)

 

Tafsir: Akibat perbuatan itu, maka celakalah dan binasalah orang-orang Yahudi dan yang selain mereka yang menulis kitab Taurat atau lainnya dengan tangan mereka sendiri, kemudian berkata dengan penuh kebohongan, “Ini adalah kitab suci yang datang dari Allah.” Mereka melakukan itu dengan maksud untuk menjualnya dengan harga murah, yaitu kesenangan dunia yang murah dengan cara menukar yang murah itu dengan sesuatu yang mahal, yaitu kebenaran. Maka celakalah mereka akibat perkataan dusta mereka tentang Allah, karena tulisan tangan mereka itu penuh kebohongan, penyelewengan, dan penyim pangan, dan celakalah mereka karena apa, yakni kebohongan, yang mereka perbuat dengan memalsukan dan mengubah ayat untuk kepentingan dan keuntungan sesaat, dan celakalah mereka karena harta yang mereka peroleh dari perbuatan mereka itu.

Pada ayat ini dijelaskan siapa orang-orang yang terlibat dalam pemalsuan kitab suci, yaitu mereka yang menyesatkan dengan mengada-adakan dusta terhadap Allah dan memakan harta orang lain dengan tidak sah. Orang-orang yang bersifat seperti itu akan celaka terutama pendeta mereka yang menulis kitab Taurat dengan menuruti kemauan sendiri, kemudian mengatakan kepada orang awam, bahwa inilah Taurat yang sebenarnya. Mereka berbuat begitu untuk mendapatkan keuntungan duniawi seperti pangkat, kedudukan, dan harta benda.

 

Diterangkan bahwa keuntungan yang mereka ambil itu amat sedikit dibanding dengan kebenaran yang dijualnya yang sebenarnya sangat mahal dan tinggi nilainya. Kemudian Allah mengulangi ancaman-Nya terhadap perbuatan pendeta Yahudi itu, bahwa kepada mereka akan ditimpakan siksaan yang pedih.

 

Pendeta-pendeta Yahudi yang menulis Taurat itu melakukan tiga kejahatan, yaitu:

 

1. Menyembunyikan sifat-sifat Nabi saw yang disebut dalam Taurat.

 

2. Berdusta kepada Allah.

 

3. Mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak sah.

 

Para pendeta itu berkata, “Kitab ini dari Allah.” Padahal Kitab itu sama sekali bukan dari Allah. Kitab tersebut justru menghambat manusia untuk memperhatikan Kitab Allah dan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya. Perbuatan itu hanya dilakukan oleh:

 

1.Orang yang memang keluar dari agama, yang sengaja merusak agama dan menyesatkan pengikut-pengikutnya. Ia memakai pakaian agama dan menampakkan diri sebagai orang yang mengadakan perbaikan untuk menipu manusia agar orang-orang tersebut menerima apa yang dia tulis dan apa yang dia katakan.

 

2.Orang yang sengaja menakwilkan dan sengaja membuat tipu muslihat agar mudah bagi manusia menyalahi agama. Orang ini berbuat demikian untuk mencari harta dan kemegahan. [Sumber: kemenag.go.id]

 

Perlu diperhatikan sesuai dengan ayat di atas bahwa mereka akan selalu menulis Alkitab dengan tangannya dan selalu mengatakan: Ini datang dari sisi Allah SWT. Maha Benar Allah SWT dengan Firman-Nya, kata yang dipilih Al-Qur’an adalah يَكْتُبُونَ (mereka sedang dan akan atau selalu menulis) dan يَكْسِبُونَ (mereka sedang dan akan atau selalu melakukannya).

 

Bagaimana dengan Al-Qur’an, Apakah harus mengikuti perkembangan zaman?

 

Al-Qur’an dari abad pertama sampai hari kiamat tidak ada perbedaan. Al-Qur’an yang dibaca oleh para sahabat dan oleh kita pada saat ini sama. Al-Qur’an tidak mengenal edisi perobahan. Al-Qur’an terjaga kemurniannya, sesuai dengan firman Allah SWT,

 

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

 

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)

 

jika mereka jujur (dalam omongannya) cukuplah keberadaan Al-Qur’an Al-‘Adzim sebagai tanda bukti kebenarannya bagi mereka. Oleh karena itu, Allah berfirman di sini, ”إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ, yang artinya sesungguhnya kami yang telah menurunkan Al-Qur’an” yakni Al-Qur’an yang memuat peringatan bagi segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan permasalahan dan petunjuk petunjuk yang jelas. Dalam al qur’an ini terdapat peringatan bagi orang yang menginginkan peringatan.

 

Dan Firman-Nya, ” وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ, yang artinya dan sesungguhnya Kami benar benar melihatnya” yaitu pada waktu diturunkan dan pasca diturunkannya. Dalam masa diturunkannya, kami menjaganya dari pencurian dengar yang dilakukan setan yang terkutuk. pasca diturunkannya, Kami memeliharanya dengan meletakannya di kalbu rasulNya dan menempatkannya di hati hati umatnya. Dia memelihara lafazh lafazhnya dari pengubahan, penambahan atau pengurangan, dan memelihara makna maknanya dari perubahan. Sehingga tidak ada orang yang berkeinginan menyelewengkan maknanya, melainkan Allah pasti mengerahkan orang orang yang akan memaparkan kebenaran yang hakiki. Ini adalah termasuk tanda kebesaran Allah dan anugerah kenikmatan yang paling agung bagi para hambaNya yang beriman. Orang yang menjaganya, niscaya Allah akan memelihara keluarganya dari musuh musuh mereka, dan tidak akan menguasakan musuh yang membinasakan mereka. [Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di]

 

Al-Qur’an memang berbahasa Arab, namun tidak semua bahasa Arab adalah Al-Qur’an. Sehingga pilihan kata dalam Al-Qur’an tidak bisa diganti dengan bahasa Arab meskipun maknanya hampir sama. Sebagai contoh surat Al-Fatihah ayat 2;

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

tidak bisa diganti dengan lafadz

الثناء لله رب العالمين

Meskipun artinya tidak jauh beda. Karena Al-Qur’an lafadz dan maknanya dari Allah SWT, sehingga lafadz bahasa Arab atau selainnya yang memiliki makna yang sama dengan Al-Qur’an, maka tidak disebut sebagai Al-Qur’an, lebih tepatnya disebut tafsir atau terjemah Al-Qur’an.

 

Al-Qur’an selain Kitab Suci, juga merupakan tolak ukur bagi bahasa Arab. Al-Qur’an merupakan rujukan bahasa Arab. Tidak ada kata bahasa Arab yang bisa menggantikan pilihan kata dalam Al-Qur’an. Perkembangan bahasa Arab harus mengikuti Al-Qur’an, bukan Al-Qur’an mengikuti perkembangan bahasa Arab. Memang Al-Qur’an telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, namun naskah aslinya selalu mengiringinya. Inilah bukti bahwa Al-Qur’an tidak pernah dan tidak akan berubah-ubah dari zaman ke zaman. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *