*”Antara Ibu yang Galak dan Ayah yang Diam: Hikmah Pola Asuh dalam Cahaya Syariat dan Tasawuf”*
???? Disusun dengan hati oleh: Badrah Uyuni
Dalam perjalanan panjang kehidupan, tak sedikit kita temui seorang ibu yang dikenal “galak”, keras mendidik, tegas dalam kata, namun justru menjadi tempat pertama anak berlari saat terluka, menangis, dan ingin dimengerti. Sementara sang ayah yang lebih pendiam, lebih jarang bicara, justru berperan besar dalam membentuk keberanian dan kecerdasan anak. Ini bukan sekadar kebiasaan budaya—ini adalah rahasia fitrah dan ketentuan Ilahi dalam membentuk keutuhan jiwa anak manusia.
???? Syariat Cinta dalam Pengasuhan
Dalam Islam, pendidikan anak bukan sekadar tanggung jawab sosial, melainkan amanah suci dari Allah SWT. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Peran ibu dan ayah dalam rumah tangga bukanlah duplikasi, tetapi komplementer. Ibu ibarat lautan kasih, tempat anak berenang dalam cinta yang tak bersyarat. Ayah laksana gunung yang kokoh, tempat anak belajar berdiri tegak dan menatap dunia dengan keberanian.
???? Ibu: Cermin Rahmat Allah di Rumah
Seperti Maryam yang lembut namun tegar, seperti Hajar yang tangguh di tengah padang gersang, ibu adalah gambaran rahmat dan kesabaran. Meski “galak”, cintanya tidak pernah berpaling. Bahkan ketika suara naik dan amarah muncul, kasih ibu tetap hadir di sela-sela suapan, pelukan, dan doa malamnya yang tak terdengar.
Dari sisi sufistik, ibu adalah manifestasi asma Allah “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”—pengasih dan penyayang. Kasih sayangnya menjadi media pembentukan thuma’ninah (ketenangan jiwa) anak. Inilah kenapa anak selalu kembali kepada ibu, karena pada dirinya terpancar nur cinta tanpa syarat.
????️ Ayah: Cahaya Hikmah dan Keteguhan
Ayah, dalam sejarah kenabian, tampil seperti Nabi Ibrahim ‘alayhis salam—yang mungkin tak selalu hadir secara fisik, tetapi selalu hadir dalam doanya yang kokoh dan tindakannya yang bijaksana. Kepada Ismail, beliau berkata:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.”
(QS. Ash-Shaffat: 102)
Lihatlah, bagaimana ayah mengajak dialog, menanamkan logika, dan memberi ruang anak untuk tumbuh dalam tanggung jawab. Ayah bukan hanya pelindung ekonomi, tetapi penyemai logika, penalaran, dan keberanian mengambil keputusan.
Ayah adalah tajalli dari asma Allah “Al-Hakim” dan “Al-Qawiyy”—bijaksana dan kuat. Dari ayahlah anak belajar menyusun argumen, mengambil risiko terukur, dan memahami makna keberhasilan melalui usaha.
???? Keseimbangan yang Menumbuhkan Jiwa
Dalam sufisme, manusia disebut akan sempurna jika ia mampu menyeimbangkan aspek qalb (hati), aql (akal), dan ruh (jiwa ruhaniah). Dalam rumah tangga, ibu lebih banyak menghidupkan qalb, sedangkan ayah menguatkan aql. Bila keduanya selaras, ruh anak tumbuh dalam keluhuran adab dan kematangan akal.
Inilah rahasia hikmah dalam rumah tangga:
Ibu memeluk dan menangis bersama anak dalam luka
Ayah menuntun dan menantang anak dalam langkah
Jika hanya ada ibu, anak mungkin tumbuh penuh empati tapi rapuh. Jika hanya ayah, mungkin kuat tetapi kering hati. Namun jika keduanya berjalan bersama, maka lahirlah anak yang dzakiyyun wa raḥīm—cerdas dan penyayang.
????️ Jejak Nabi dalam Mendidik Anak
Nabi Muhammad ﷺ, membiarkan cucunya Hasan dan Husain naik ke punggung saat sujud. Kasih yang mendidik, bukan memanjakan.
Nabi Nuh ‘alayhis salam, mengajak anaknya naik ke bahtera, sebagai bentuk tanggung jawab spiritual seorang ayah.
Nabi Ya’qub ‘alayhis salam, menangis dan berdoa siang malam untuk Yusuf. Ia adalah ayah dan ibu dalam satu hati.
Para nabi menunjukkan bahwa mendidik bukan tentang siapa lebih keras atau lembut, tetapi siapa lebih ikhlas dan konsisten dalam cinta.
???? Penutup: Jalan Hikmah dalam Mendidik Anak
Anak bukan hanya butuh rumah, tetapi rasa pulang. Ia butuh tempat menangis tanpa takut dihakimi, dan tempat bertanya tanpa takut disalahkan. Peran ibu dan ayah adalah dua sisi dari satu keutuhan ruhani.
Biarlah ibu tetap tegas, jika itu melahirkan anak yang tahu arah.
Biarlah ayah tetap sunyi, jika itu membentuk anak yang berani.
Namun jangan pernah berhenti berdoa, mendekap, dan mendidik, karena pendidikan adalah ibadah panjang yang tak berakhir di sekolah, tetapi akan diperiksa di hadapan Allah.
???? Semoga kita menjadi orang tua yang mampu memeluk seperti Maryam, mengarahkan seperti Ibrahim, dan mendidik seperti Rasulullah ﷺ.
???? Disusun dengan hati oleh: Badrah Uyuni
#ParentingIslami #TasawufKeluarga #PolaAsuhNabawi #IbuAyahSurgaAnak #SyariatDanCinta #Sufisme #katahati #hikmah #nasihatulama #quotesislam #reelsviral