
Kemanusiaan dalam Era Artificial aEmpathy: Tinjauan Fikih atas Relasi Sosial Manusia-Mesin
oleh : Muhammad Sya’ban Fajar Muttaqien (Mahasantri Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)
1. Definisi dan Latar Belakang
Artificial empathy atau empati buatan adalah kemampuan kecerdasan buatan (AI) untuk mengenali, memahami, dan merespons emosi manusia melalui ekspresi wajah, suara, dan bahasa. Teknologi ini digunakan dalam robot sosial, asisten virtual, dan chatbot pendamping. Perkembangannya menimbulkan pertanyaan fikih mengenai batas interaksi manusia dengan mesin yang menyerupai manusia dalam aspek emosional.
2. Dalil-Dalil Syariat Terkait Relasi Sosial
a. Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (الحجرات: 13)
Artinya: Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal… (QS. Al-Hujurat: 13)
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (المائدة: 2)
Artinya: Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS. Al-Ma’idah: 2)
b. Hadis:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Pendapat Ulama
Ulama klasik menggunakan kaidah: الأصل في الأشياء الإباحة ما لم يرد دليل على التحريم (Hukum asal segala sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil yang melarangnya).
Ulama kontemporer seperti Dr. Yusuf al-Qaradawi mendorong ijtihad kolektif dalam menghadapi teknologi baru. Akademi Fikih Internasional menyebut interaksi dengan robot dapat dibahas dalam ranah muamalah, selama tidak menyerupai ibadah atau hak insani yang eksklusif.
4. Perkembangan Artificial Empathy
Pada 2020-an, AI digunakan untuk kesehatan mental (misalnya Woebot dan Replika). Tahun 2030-an, robot sosial hadir di Jepang dan Korea. Tahun 2050 (diprediksi), AI menjadi teman hidup yang memenuhi kebutuhan emosional, termasuk pasangan virtual.
5. Hikmah Fikih dalam Menanggapi Era Ini
a. Menjaga maqasid syariah, khususnya akal (‘aql) dan kehormatan (‘irdh).
b. Memberikan batas etika agar manusia tidak kehilangan relasi sejati antar sesama.
c. Mendorong penggunaan teknologi secara adil dan tidak menggantikan nilai sosial Islam.
6. Referensi
1. Al-Qur’an al-Karim
2. Shahih Bukhari dan Muslim
3. Al-Qaradawi, Yusuf. Fiqh al-Mu‘āmalāt al-Mu‘āṣirah, Dar al-Shuruq
4. International Islamic Fiqh Academy Resolutions
5. Shabana, Ayman. “Islamic Bioethics and Artificial Intelligence.” Journal of Islamic Ethics, 2023
6. Coeckelbergh, Mark. AI Ethics. MIT Press, 2020
7. M. Asadullah. “Ethics of AI in Islam: A Fiqhi Perspective.” IIIT Journal, 2022
