
KH Saifuddin Amsir: Ulama Alim, Penjaga Ahlussunnah, dan Intelektual Tafsir Al-Qur’an
Wafatnya KH Saifuddin Amsir meninggalkan duka mendalam di kalangan ulama dan warga Nahdlatul Ulama. Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, menyampaikan rasa kehilangan atas wafatnya Mustasyar PBNU tersebut. Menurutnya, KH Saifuddin adalah seorang ulama besar dari Betawi yang teguh memperjuangkan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah dan dikenal memiliki ilmu yang sangat dalam.
“Kita kehilangan seorang alim sejati dari Betawi. Beliau benar-benar mujahid yang berjuang mempertahankan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah,” ujar Kiai Said saat menghadiri peluncuran buku Nasionalisme Kaum Sarungan di Gedung PBNU, Jakarta.
Kiai Said juga menekankan pentingnya meneladani sosok KH Saifuddin, terutama dalam hal kegemaran membaca dan mengajarkan kitab kuning. Menurutnya, ketiadaan ulama ahli kitab kuning di masa depan merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan keilmuan Islam tradisional.
Senada dengan itu, KH Mahfudz Asirun, Rais Syuriyah PWNU DKI Jakarta, menyatakan bahwa keluasan ilmu KH Saifuddin begitu luar biasa. Ia mengisahkan bahwa dalam setiap pengajaran, meskipun hanya membaca beberapa baris kitab, komentar dan penjelasan beliau bisa sangat luas dan mendalam.
???? Karya-Karya Ilmiah KH Saifuddin Amsir
KH Saifuddin tidak hanya dikenal sebagai pengajar, tetapi juga sebagai penulis produktif yang meninggalkan beberapa karya penting:
Tafsir Jawahir al-Qur’an (4 jilid)
Majmu’ al-Furu’ wa al-Masail (3 jilid)
Al-Qur’an: I’jazan wa Khawashan wa Falsafatan — karya besar (magnum opus) yang diteliti secara akademik, baik oleh sarjana dalam negeri maupun luar negeri.
Khusus untuk karya ketiga, buku ini merupakan sintesis dari berbagai literatur klasik Islam. Antara lain:
Jawahir al-Qur’an, al-Dzahab al-Ibriz fi Khawashil Qur’an al-Aziz, dan Qanun al-Ta’wil karya Imam al-Ghazali
Fadhāil al-Qur’ān karya Ibnu Katsir
‘Ajāib al-Qur’ān karya Fakhruddin al-Razi
al-Dur al-Nadzim fi Khawāsi al-Qur’ān al-Karīm karya Imam al-Yafi’i
Uniknya, KH Saifuddin menyertakan komentar (syarah) pribadi di setiap pembahasan, menunjukkan kedalaman analisis sekaligus keorisinilan pemikiran beliau.
Ia juga menjadikan karya-karya Imam al-Ghazali sebagai rujukan utama karena dinilai mewakili pendekatan falsafi dan spiritual terhadap Al-Qur’an, khususnya dalam tema i’jāz (kemukjizatan), khawāsh (kekhususan), dan falsafat (filsafat).
KH Saifuddin Amsir meninggalkan warisan besar dalam keilmuan Islam. Beliau adalah teladan ulama yang tidak hanya alim secara keilmuan, tetapi juga teguh dalam prinsip dan perjuangan, serta meninggalkan karya-karya yang akan terus hidup dan menginspirasi generasi setelahnya.
Al-Fatihah.
Sumber: NU Online
