Haji: Harapan yang Menggetarkan Hati – Doa, Amalan, dan Keajaiban Menuju Baitullah
Haji Adalah Panggilan dan Harapan
Haji bukan sekadar perjalanan ke sebuah kota di Jazirah Arab. Ia adalah panggilan Ilahi, undangan menuju rumah-Nya yang mulia, Baitullah al-Haram. Setiap Muslim menyimpan kerinduan yang mendalam: berdiri di Arafah dengan air mata tobat, thawaf di sekitar Ka’bah dengan hati yang bergetar, mencium Hajar Aswad yang menjadi saksi janji ruhani. Namun, tidak semua mampu secara lahiriah. Sebagian tertahan oleh keterbatasan biaya, kesehatan, atau kesempatan.
Di sinilah doa menjadi perahu harapan. Rasulullah ﷺ bersabda:
> عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
“إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
“Sesungguhnya Allah Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu jika seorang hamba mengangkat tangannya berdoa kepada-Nya, lalu Dia kembalikan kedua tangan itu dengan hampa.”
Wirid dan Doa Memohon Haji
Di kalangan para santri dan jamaah, diajarkan sebuah wirid yang diamalkan setelah shalat:
> يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ (12x)
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا زِيَارَةَ الْحَرَمَيْنِ الشَّرِيْفَيْنِ وَحَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ (4x)
Artinya:
“Wahai Dzat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih (12x). Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami rezeki untuk berziarah ke dua tanah suci dan berhaji ke rumah-Mu yang mulia (4x).”
Amalan sederhana ini disertai niat yang tulus diyakini menjadi salah satu ikhtiar batin untuk mengetuk pintu rezeki dan jalan keberangkatan.
Haji diwajibkan bagi yang memiliki kemampuan, namun Al-Qur’an mengajarkan bahwa kemampuan itu sering kali lahir dari keinginan dan doa yang sungguh-sungguh:
> وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
(QS. Āli ‘Imrān: 97)
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi siapa yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”
Hadits-Hadits Keutamaan Haji
1. Haji menghapus dosa:
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ”
(HR. Bukhari & Muslim)
“Barang siapa berhaji karena Allah, lalu ia tidak berkata keji dan tidak berbuat maksiat, maka ia kembali (dari hajinya) seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya.”
2. Haji mabrur tiada balasan kecuali surga:
> “الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ”
(HR. Bukhari & Muslim)
“Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.”
Doa Para Nabi Terkait Haji dan Perjalanan Suci
Doa Nabi Ibrahim (AS):
> رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
(QS. Al-Baqarah: 126)
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.”
Doa perjalanan:
> سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ
(QS. Az-Zukhruf: 13)
Pandangan Ulama Tasawuf tentang Haji sebagai Harapan
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan:
“Haji adalah perjalanan fisik ke tanah suci, tetapi hakikatnya adalah perjalanan hati menuju Allah. Siapa yang telah mempersiapkan hatinya dengan doa, zikir, dan tawakal, maka ia telah memulai hajinya meski kakinya belum melangkah.”
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berkata:
“Jangan pandang kemampuanmu, pandanglah kemurahan-Nya. Sebab yang menjadikanmu mampu bukan hartamu, melainkan izin-Nya.”
Amalan Pendukung Memohon Haji dan Umrah
1. Perbanyak istighfar dan shalawat.
> اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
2. Sedekah walau sedikit:
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ”
(HR. Muslim)
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.”
3. Niatkan tabungan khusus haji dengan keistiqamahan meski dari nominal kecil.
Haji dalam Perspektif Interdisipliner
Ekonomi: Haji menggerakkan industri keuangan syariah, tabungan haji, dan wakaf produktif.
Sosiologi: Menumbuhkan solidaritas, gotong royong, dan keadilan sosial.
Psikologi Spiritual: Harapan haji mengajarkan kesabaran, pengendalian diri, dan manajemen rezeki.
Tasawuf: Haji adalah ruhul safar – perjalanan pulang ke hadirat-Nya, menanggalkan kesombongan dunia.
Penutup: Haji Dimulai dari Doa
Haji bukan hanya tentang siapa yang paling kaya, tetapi siapa yang paling bersungguh-sungguh berharap. Doa adalah kunci, usaha adalah jalannya, dan ridha Allah adalah tiket keberangkatannya.
> ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
(QS. Ghafir: 60)
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan bagimu.”
#zawiyahjakarta
#fitotravel
#hajiumroh