Jumadil Ula – Menguatkan Hati di Musim Kering
Jumadil Ula – Menguatkan Hati di Musim Kering
disusun oleh: Badrah Uyuni
Allah berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini cocok dibaca saat kita memasuki bulan Jumadil Ula. Sebab nama “Jumada” sendiri berarti musim kering atau beku, saat air susah ditemukan di jazirah Arab. Dari sini kita belajar, bahwa hidup tak selalu hijau. Ada masanya kita diuji dengan kekeringan lahir dan batin.
Sejarah & Konteks
Jumadil Ula berarti “musim kering pertama”. Dulu, bangsa Arab menamai bulan ini karena bertepatan dengan musim kemarau. Tidak ada peristiwa besar yang pasti tercatat pada bulan ini di masa Nabi ﷺ, tetapi beberapa riwayat menyebut ada peperangan kaum Muslimin, seperti Perang Mu’tah, yang terjadi di sekitar Jumadil Ula.
Walau demikian, makna yang bisa ditarik adalah: bulan ini mengajarkan ketabahan. Kekeringan dalam sejarah menjadi simbol bahwa umat beriman harus bisa bertahan, baik dalam kesusahan fisik maupun ujian spiritual.
Dalil & Amaliyah
Tidak ada amalan khusus yang ditetapkan syariat untuk bulan Jumadil Ula. Namun, para ulama menganjurkan kita untuk memperbanyak:
Dzikir & istighfar sebagai penguat hati.
Sedekah meski dalam keadaan sempit, sesuai sabda Nabi ﷺ: “Sedekah yang paling utama adalah yang engkau berikan saat engkau dalam keadaan sehat dan enggan (karena sayang harta).” (HR. Bukhari-Muslim).
Doa keteguhan hati, agar tetap istiqamah dalam ujian.
Dengan begitu, Jumadil Ula bukan sekadar bulan “kering”, tapi bulan penyuburan jiwa.
Kajian Interdisipliner
Fiqh: Tidak ada ibadah khusus di bulan ini. Fokusnya pada ibadah umum: shalat, puasa sunnah, sedekah.
Tasawuf: Bulan ini bisa dipahami sebagai simbol “kekosongan batin” yang perlu diisi dengan zikrullah. Orang yang hatinya kering akan gersang, tapi jika dipenuhi dzikir akan kembali subur.
Sejarah: Perang Mu’tah, yang terjadi sekitar bulan ini, memperlihatkan keteguhan para sahabat melawan pasukan Romawi meski jumlahnya jauh lebih sedikit. Dari situ kita belajar tentang sabar, berani, dan ridha pada takdir Allah.
Antropologi: Di beberapa daerah Muslim, Jumadil Ula sering dianggap bulan biasa tanpa tradisi khusus. Namun, di Nusantara kadang ada doa-doa umum yang dihubungkan dengan musim kemarau, seperti minta hujan (istisqa’).
Jumadil Ula adalah simbol siklus kehidupan. Setelah musim hujan (Rabi‘), masuklah musim kering (Jumada). Ini bukan hanya soal iklim, tapi juga metafora spiritual: ada masa hati bersemangat, ada masa ia diuji. Keduanya sama-sama bagian dari perjalanan iman.
Seorang ulama salaf akan menasihati: “Nak, jangan takut kekurangan. Kekeringan itu bukan bencana kalau hatimu basah dengan dzikir. Jangan biarkan imanmu kering. Perbanyak istighfar, shalat malam walau dua rakaat. Itu akan jadi hujan rahmat dalam hidupmu.”
Umat Islam di seluruh dunia menghadapi “musim kering” dalam berbagai bentuk: kemiskinan, peperangan, tekanan hidup modern. Bulan ini bisa menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas: saling membantu, saling mendoakan, dan tidak meninggalkan siapa pun dalam kekeringan.
Panduan Praktis
✅ Perbanyak istighfar setiap pagi-sore.
✅ Sedekah walau kecil (uang receh, makanan, tenaga).
✅ Doa istisqa’ (minta hujan) bila musim kering, atau doa umum memohon rahmat.
✅ Tilawah Qur’an untuk “menyiram hati” setiap hari.
✅ Jaga semangat walau tanpa momen khusus.
Doa yang bisa diamalkan:
“Allahumma inni as’aluka qalban saliman, wa rizqan wasi‘an, wa ‘ilman nafi‘an.”
(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu hati yang selamat, rezeki yang luas, dan ilmu yang bermanfaat).
Jumadil Ula adalah bulan latihan kesabaran. Ia mengingatkan kita bahwa hidup tidak selalu hijau, ada masa-masa gersang. Tapi justru di situlah iman diuji: apakah kita tetap bertahan, atau menyerah. Mari isi bulan ini dengan dzikir, doa, dan sedekah. Sebab di balik musim kering, Allah selalu menyiapkan musim semi baru bagi hamba-Nya yang sabar.
#zawiyahjakarta
#jumadilula
#bukanhijriyah
#dzikir
#amalan