Rabi‘ul Akhir – Menjaga Istiqamah Setelah Semangat Maulid
Rabi‘ul Akhir – Menjaga Istiqamah Setelah Semangat Maulid
disusun oleh: Badrah Uyuni
Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Ahqaf: 13)
Rabi‘ul Akhir hadir setelah semarak Rabi‘ul Awwal, bulan kelahiran Nabi ﷺ. Kalau di bulan lalu hati kita menyala dengan cinta Nabi, maka di Rabi‘ul Akhir kita diuji: apakah cinta itu bisa dijaga, atau hanya jadi semangat sesaat? Bulan ini mengingatkan kita bahwa yang terpenting bukan sekadar memulai, tapi menjaga agar api cinta tetap menyala.
Sejarah & Konteks
Nama bulan ini “Rabi‘ul Akhir” atau disebut juga “Rabi‘uts Tsani”, artinya musim semi kedua. Tidak ada peristiwa besar yang tercatat di masa Nabi ﷺ pada bulan ini. Justru di sinilah letak hikmahnya: Allah memberi bulan “tenang” agar manusia belajar menjaga amal dalam keseharian, tanpa harus menunggu momentum besar.
Bulan ini seakan mengajarkan: iman itu tidak selalu bersemangat dengan acara besar. Ada masa di mana kita perlu membuktikan keteguhan dengan amal sederhana, tapi konsisten.
Dalil & Amaliyah
Tidak ada ibadah khusus yang diwajibkan pada bulan ini. Namun, justru karena itu ia menjadi ladang untuk memperkuat amalan sehari-hari:
Menjaga shalat lima waktu tepat waktu.
Membiasakan shalawat, doa, dan tilawah Al-Qur’an.
Sedekah sederhana tapi rutin.
Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa amal kecil tapi berkelanjutan lebih disukai Allah daripada amal besar tapi terputus. Inilah ruh Rabi‘ul Akhir: menguatkan istiqamah.
Kajian Interdisipliner
Fiqh: Tidak ada hukum atau amalan khusus, tetapi seluruh amalan sunnah tetap dianjurkan. Bulan ini netral, dan justru memberi ruang untuk memperbanyak amal umum.
Tasawuf: Rabi‘ul Akhir adalah pelajaran tentang istiqamah. Dalam tasawuf, istiqamah lebih mulia daripada seribu karamah. Konsistensi dalam zikir, doa, dan kebaikan adalah bukti cinta yang sejati.
Sejarah: Meskipun tak ada peristiwa besar, sebagian ulama menekankan bahwa bulan ini penting sebagai jeda setelah momentum Maulid, supaya umat tidak terjebak hanya pada ritual peringatan, tapi benar-benar menjaga semangat dalam amal nyata.
Antropologi: Di banyak masyarakat Muslim, Rabi‘ul Akhir tidak punya tradisi khusus. Namun, justru itu membuat umat lebih fokus pada kehidupan sehari-hari: kerja, keluarga, ibadah rutin.
Bulan ini merupakan ruang “pernapasan spiritual” dalam kalender Hijriyah. Tidak ada kewajiban khusus, tapi justru karena itu umat diberi kesempatan menata ritme hidup: menjaga kebiasaan baik, membangun konsistensi, melatih disiplin rohani.
Seorang ulama akan berkata sederhana kepada santrinya: “Nak, jangan tunggu Maulid untuk cinta Nabi. Cinta itu dijaga setiap hari. Shalat jangan bolong, baca Qur’an walau satu halaman. Jangan tunggu acara besar, istiqamahlah meski dengan amalan kecil.” Pesan ini membuat Rabi‘ul Akhir terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Umat Islam di seluruh dunia butuh semangat istiqamah. Tantangan global hari ini bukan hanya kehilangan iman, tapi kehilangan konsistensi. Karena itu, bulan ini bisa dibaca sebagai simbol penting: jadilah Muslim yang teguh, bukan hanya ketika ramai-ramai, tapi juga ketika sendiri.
Panduan Praktis
✅ Jaga shalat wajib tepat waktu.
✅ Perbanyak shalawat, walau sedikit tapi rutin.
✅ Sedekah kecil tapi konsisten (misalnya setiap Jumat).
✅ Buat target ibadah mingguan: tilawah, dzikir, doa.
✅ Latih diri untuk tetap baik meski tanpa suasana ramai.
Doa sederhana yang bisa diamalkan:
“Allahumma thabbit qalbi ‘ala dinik.”
(Ya Allah, tetapkan hatiku di atas agama-Mu).
Rabi‘ul Akhir mengajarkan bahwa semangat sejati bukan hanya di awal, tapi dalam menjaga langkah sampai akhir. Kalau Muharram mengingatkan kita untuk memulai, Rabi‘ul Awwal menyalakan cinta Nabi, maka Rabi‘ul Akhir adalah waktu untuk membuktikan: apakah kita mampu istiqamah menjaga cinta itu dalam amal sehari-hari.
Bulan ini adalah kesempatan untuk melatih hati agar tetap teguh, walau tanpa perayaan besar. Sebab istiqamah, kata para ulama, lebih berat daripada memulai, tapi juga lebih indah di sisi Allah.
#zawiyahjakarta
#bulanhijriyah
#rabiulakhir
#dzikir
#amalan