Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Sulaiman yang dimaksud adalah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam. Dia nabi juga seorang raja yang mengurusi keimanan juga kemaslahatan rakyatnya. Allah memberinya kekayaan dan juga menundukkan jin untuk bekerja di bawah pengawasannya.

 

Selain menggunakan angin sebagai kendaraannya, beliau juga mampu berbicara dengan binatang. Sebuah mukjizat yang sedikit sekali orang memilikinya. Beliau tersenyum terhadap sikap pimpinan semut yang peduli terhadap keadaan rakyatnya dan beliau juga antusias mendengar laporan dari burung hud-hud tentang sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang wanita, yang notabene menyembah matahari.

 

Atas karunia yang banyak ini, Nabi Sulaiman menyadari, itu semua sebagai ujian, dan Al-Qur’an merekam ucapan mulia tersebut:

 

هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ

 

”Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya)” (QS. An-Naml: 40)

 

Salman yang dimaksud adalah Salman Al-Farisi, pencari kebenaran dari bangsa Persia. Meskipun terlahir dari kalangan pemuka agama Majusi, namun ia dengan rela hati meninggalkan kebangsawanannya demi untuk mencari kebenaran dengan melanglang buana dari satu negeri ke negeri lainnya. Dia pernah menganut berbagai macam agama yang nantinya akan menjadi pembanding bagi dirinya bahwa islam itulah agama yang haq.

 

Sahabat yang punya ide membuat parit dalam perang khandaq inilah Rasulullah bersabda:

 

سلمان منا اهل بيت

 

“Salman dari kami, Ahlul Bait.”

 

Betul bahwa Salman tidak sedarah, tidak sepersusuan dan tidak mushaharah dengan Rasulullah, namun tingkat ketinggian rohaninya sejajar dengan ahli bait Rasulullah.

 

Salim yang dimaksud adalah Salim Maula Ibnu Umar alah seorang tabiin yang meskipun pada awalnya adalah hamba sahaya yang dibebaskan namun ia rela berhikmat kepada majikan Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu. Tidak menyia-nyiakan selama khidmat (melayani) kepada majikan, Salim menimba banyak ilmu dan memanfaatkan banyak kesempatan untuk belajar dan setia terhadap tuannya.

 

Tinta emas mencatat bahwa Salim Maula Ibnu Umar termasuk deretan sanad papan atas yang bersambung kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam melalui jalur tuannya yaitu Abdullah Umar bin Khattab. Sebuah penghargaan yang tinggi dan prestasi ternyata tidak didapatkan lewat nasab tetapi lewat kerja keras dan mujahadah.

 

*Pelajaran:*

 

*Satu,* dengan kerajaan dan kekayaannya Nabi Sulaiman alaihissalam tidak lupa bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

 

*Dua,* meskipun bukan ahli bait namun Rasulullah menganggap Salman termasuk ahli bait, bukan karena keturunannya namun rohaniah menyamai ahli bait.

 

*Tiga,* meskipun status sosialnya hanyalah hamba yang dibebaskan, namun Salim mampu mewarisi ilmu tuannya yaitu Abdullah bin Umar yang sanad keilmuannya menyambung kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Penulis adalah Direktur Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *