Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Kita awali pembahasan ini dengan Firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Az-zalzalah ayat 7 dan 8:

 

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

 

“Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa saja yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”

 

Sangat jelas dari ayat ini, kebaikan maupun keburukan sekecil apapun, kita akan melihat pembalasan dan merasakan resikonya. Kebaikan dibalas kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Oleh karena demikian, tidak selayaknya kita menganggapnya remeh.

 

*Kebaikan*

 

Kita tidak boleh meremehkan amal kebaikan sekecil apa pun, karena pasti kita akan melihat balasannya, kalaupun tidak di dunia maka yakinlah kita pasti akan melihatnya di akhirat kelak. Di bawah ini, ada beberapa hadits Nabi yang mengkonfirmasikanya:

 

Dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu berkata, Nabi ﷺ bersabda:

 

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ

 

“Janganlah engkau meremehkan suatu kebaikan, walaupun sekedar bermuka manis ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim)

 

Dalam bersedekah pun, kita tidak boleh meremehkan sesuatu yang diberikan meskipun sedikit. Rasulullah SAW bersabda:

 

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

 

“Jauhilah neraka walaupun dengan bersedekah sebelah butir kurma, maka siapa saja yang tidak mendapatkannya, maka hendaklah (bersedekah) dengan kata-kata yang baik’.” (HR Bukhari dan Muslim dari ‘Adi bin Hatim Radhiyallahu ‘Anhu).

 

يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا ، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ

 

“Wahai para wanita muslimah! Janganlah salah seorang di antara kalian meremehkan pemberian tetangganya walau pemberiannya hanyalah kaki kambing.” (HR. Bukhari no. 2566 dan Muslim no. 1030, dari Abu Hurairah).

 

Mengapa kita tidak boleh meremehkan kebaikan sekecil apapun? Ibnu ‘Abdil Barr memiliki jawaban yang terbaik.

 

لا ينبغي للعاقل المؤمن، أن يحتقر شيئًا من أعمال البر، فربما غُفر له بأقلِّه

 

Bagi seorang yang berakal lagi beriman tidak selayaknya meremehkan sedikitpun dari amal-amal kebaikan, boleh jadi dosanya diampuni karena amal kebaikan yang paling kecil. (At-Tamhid)

 

*Keburukan*

 

Sebagaimana kebaikan, keburukan pun tidak boleh diremehkan meskipun kecil, sehingga tidak mau melepaskannya. bukankah keburukan yang dianggap remeh yang selalu dilakukan berulang-ulang tidak lagi dianggap dosa kecil. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda:

 

لا صغيرة مع الإصرار، ولا كبيرة مع استغفار

 

“Tak ada dosa kecil selagi terus dikerjakan dan tak ada dosa selagi dimohonkan ampunan” (HR. Ad Dailami)

 

Dosa kecil yang dilakukan terus menerus ini diibaratkan oleh Imam Ghazali seperti tetes-tets air yang terus menerus menimpa batu, akhirnya batu itu pun berlubang. Padahal, jika air itu dikumpulkan dan langsung disiramkan ke batu tersebut, belum tentu mampu membuatnya berlubang.

 

Bagaimana sikap seorang mukmin terhadap dosa yang telah diperbuatnya dan Bagaimana sikap seorang fajir terhadap dosa yang telah diperbuatnya? Simak hadits berikut:

 

عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا (رواه البخاري)

 

Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin (ketika) ia melihat dosa-dosanya, adalah seperti (ketika) ia duduk di lereng sebuah gunung, dan ia sangat khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan seorang fajir (orang yang selalu berbuat dosa), ketika ia melihat dosa-dosanya adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang (ia menganggap remeh dosa).” (HR. Bukhari)

 

*Faedah:*

 

*Satu,* kebaikan maupun keburukan sekecil apapun, kita akan melihat pembalasan dan merasakan resikonya. Kebaikan dibalas kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Oleh karena demikian, tidak selayaknya kita menganggapnya remeh.

 

*Dua,* bagi seorang yang berakal lagi beriman tidak selayaknya meremehkan sedikitpun dari amal-amal kebaikan, boleh jadi dosanya diampuni karena amal kebaikan yang paling kecil. (Ibnu’Abdil Barr dalam At-Tamhid)

 

*Tiga,* seorang mukmin menganggap dosa yang telah diperbuat seolah-olah gunung yang akan menimpanya. Sedangkan orang fajir menganggap dosa yang diperbuat seolah-olah lalat yang hinggap.

 

*”Ya Allah, Jangan jadikan kami termasuk orang-orang yang meremehkan kebaikan sekecil apapun dan meremehkan keburukan sekecil apapun!”*

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *