Oleh: Hayat Abdul Latief
Qorun bukan hanya masih kerabat Nabi Musa, bahkan dalam suatu riwayat, juga menguasai dan memahami kitab taurat. Ketika masih sederhana dan ekonominya pas-pasan, qorun termasuk orang yang sholeh. Namun ketika Allah bukakan untukmu perbendaharaan kekayaan lantas menjadi orang yang sombong dan ingkar terhadap ajaran Nabi Musa.
….
Haman merupakan anak desa yang bekerja keras dan meniti karir sehingga menjadi perdana menteri. Ketika berada di puncak karirnya, Haman lupa diri dan selalu membela kepongahan dan titah Firaun meskipun bertentangan dengan hati nuraninya.
….
Di puncak kekuasaannya, Firaun – karena kuasa penuh memegang titah kerajaan – sampai-sampai mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan. Ditambah lagi, yang secara fisik – menurut satu riwayat – dirinya tidak pernah jatuh sakit, kesombongannya menjadi-jadi dan kelalimanya tidak bisa dibendung.
….
Ketiga tokoh antagonis di atas, sezaman dan bersinggungan dengan Nabi Musa AS yang bisa dijadikan contoh orang-orang yang terbuai dengan kekayaan, kedudukan dan kekuasaan yang dalam bahasa agama disebut Istidraj.
Mari kita simak 2 sumber Islam yang berkaitan dengan istidraj. Allah SWT berfirman,
فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ” ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ} [الأنعام: 44]
“Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka, lalu Rasulullah membaca: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al An’am: 44). (HR. Ahmad dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu)
Bagi orang yang diberikan limpahan kekayaan, hendaknya introspeksi diri: Apakah kekayaannya bermanfaat untuk orang banyak? Tidak menjadikannya sombong? Tidak lupa ibadah? Kalau membuatnya sombong lupa diri dan lupa ibadah maka kekayaannya itu dapat dipastikan sebagai Istidraj.
Bagi orang yang berpangkat atau memegang urusan publik, hendaklah introspeksi diri: Apakah kebijakannya berpihak kepada rakyat atau ABS (asal bos senang)? Apabila kebijakannya tidak berpihak kepada rakyat, maka bisa dipastikan jabatannya sebagai Istidraj.
Bagi yang diberikan kekuasaan oleh Allah SWT, hendaklah introspeksi diri: Apakah kekuasaannya sebagai wakil Allah untuk kemakmuran di bumi atau berbuat semena-mena? Apabila kekuasaannya tidak untuk kemakmuran dan keadilan untuk warga negaranya, maka dapat dipastikan kekuasaannya sebagai Istidraj.
Bagi orang yang diberikan anugerah kesehatan, hendaklah introspeksi diri: Apakah kesehatannya diorientasikan kepada pelanggaran terhadap agama? Apabila kesehatannya ternyata mentriger untuk pelanggaran terhadap agama, maka dapat dipastikan kesehatannya itu sebagai istidraj.
Setelah introspeksi diri dan mendapatkan anugerah tersebut bukan merupakan Istidraj maka ucapkanlah Alhamdulillah. Namun kalau anugerah tersebut terindikasi sebagai istidraj maka hendaklah beristighfar, bertobat dan memperbaiki diri. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

