
*”Ketika Doa Tak Kunjung Dijawab”*
Ada kalanya kita berdoa dengan penuh harap, namun langit seolah diam. Kita menangis dalam sujud, tapi jawaban tak juga tiba. Lalu hati mulai bertanya, “Mengapa Allah belum menjawab doaku?”
Renungkanlah kisah Nabi Ya’qub ‘alaihissalam. Beliau kehilangan putranya, Yusuf, selama puluhan tahun. Tapi setiap malam, beliau menangis hingga matanya memutih. Ketika orang-orang berkata, “Demi Allah, engkau tidak henti-hentinya mengingat Yusuf,” beliau menjawab:
> “Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
(QS. Yusuf: 86)
Doanya tidak langsung dijawab. Tapi keimanannya tak pernah redup. Di situlah letak cinta sejati kepada Allah: berharap tanpa pamrih, percaya walau dalam gelap.
Imam Al-Ghazali pernah berkata,
“Jika Allah membuatmu menunggu, maka bersyukurlah. Karena saat Allah lambatkan pemberian-Nya, bisa jadi Dia ingin memperbanyak doamu dan memperhalus jiwamu.”
Para kekasih Allah mengajarkan: Doa bukan hanya untuk dikabulkan, tapi untuk menyucikan. Karena setiap tetes air mata dalam doa, bisa jadi lebih berharga di sisi Allah daripada dunia seisinya.
Syaikh Ibnu Athaillah berkata:
“Janganlah karena tertundanya pemberian dari Allah membuatmu putus asa, sebab Dia telah menjaminkan ijabah pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki.”
Ibrohnya: Allah tidak menolak doa. Ia hanya menundanya karena cinta. Sebab terkadang, bukan dunia yang kita butuhkan, tapi hati yang lebih dekat dengan-Nya.
Dan sungguh, menjadi dekat dengan Allah adalah sebaik-baik jawaban.
