Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Dakwah Islam: Antara Kesalehan dan Kedaulatan Digital

Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Dakwah Islam: Antara Kesalehan dan Kedaulatan Digital

???? *Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Dakwah Islam: Antara Kesalehan dan Kedaulatan Digital*

Oleh: Badrah Uyuni, dkk.

Di era digital saat ini, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin memengaruhi cara manusia belajar, berkomunikasi, bahkan berdakwah. Chatbot, model teks generatif, hingga sistem rekomendasi di media sosial kini ikut menentukan bagaimana pesan-pesan Islam tersebar. Namun, di balik kemudahan itu, ada pertanyaan besar: apakah dakwah yang lahir dari algoritma masih memiliki ruh dan barakah?

Dalam tradisi Islam, ilmu bukan sekadar informasi—ia adalah cahaya yang ditransmisikan dengan adab, ketulusan niat (niyyah), dan kehadiran guru (sohbah). AI memang cepat dan efisien, tetapi tidak bisa menggantikan hikmah dan ketulusan hati seorang pendidik atau da‘i. Seperti kata seorang ustadz dalam penelitian ini, “AI bisa menjawab hadis dengan benar, tapi tidak bisa menyalurkan keberkahan guru.”

Fenomena baru yang muncul disebut “Algorithmic Mufti” — ketika orang lebih percaya pada mesin pencari atau chatbot untuk bertanya tentang agama, dibanding mendatangi ulama. Di sinilah pentingnya membangun kedaulatan digital: umat Islam harus mengembangkan sistem AI dan platform dakwah yang berakar pada nilai-nilai Islam dan maqasid syariah, bukan sekadar meniru logika Barat yang materialistik dan data-sentris.

Indonesia, dengan pesantren dan majelis taklim yang adaptif, kini menjadi laboratorium penting dalam mencari jalan tengah. Beberapa pesantren sudah mulai memanfaatkan AI untuk efisiensi, tapi tetap menjaga peran guru dan nilai ikhlas. Upaya seperti ini adalah bentuk “kesalehan pascakolonial” — sikap beriman dan kritis di tengah dunia digital yang dikuasai teknologi global.

Pada akhirnya, tantangan kita bukan menolak AI, tetapi mengislamkan logika AI — menjadikannya wasilah (sarana) untuk memperluas rahmat dan pencerahan, bukan sekadar alat yang menambah kebingungan. Dakwah masa depan bukan hanya tentang siapa yang paling cepat menyebar konten, tetapi siapa yang paling mampu menjaga keaslian ilmu, keikhlasan niat, dan keberkahan dalam setiap klik.

#zawiyahjakarta

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *