Ka’bah adalah sebuah bangunan di tengah-tengah masjid paling suci dalam agama Islam yaitu Masjidil Haram, di Mekkah, Hejaz, Arab Saudi. Tempat ini adalah tempat yang paling disucikan dalam agama Islam. Ka’bah adalah “Rumah Allah” dan mirip selayaknya Tabernacle dan Holy of Holies dalam keyakinan Yudaisme. Muslim menghadap Ka’bah ketika melaksanakan shalat. Dari seluruh titik di dunia, perintah salat menghadap ke Ka’bah dikenal dengan nama kiblat.
Bangunan Ka’bah beberapa kali disebutkan dalam Alquran dan Hadits, seperti Bait (Rumah), Bait ul Haram (Rumah Suci), Bait Ullah (Rumah Allah), Bait al-Ateeq (Rumah Tua), dan Awal ul Bait (Rumah pertama). Kata bahasa Arab Bait juga disamakan dalam bahasa Ibrani Bait, juga berarti “Rumah”. (Kata Ibrani “Beit” berarti “Rumah-“, dalam penggunaannya seperti Beit HaMikdash(Rumah suci) dan Beit El/Bethel (Rumah Tuhan).). Kata bahasa Arab Ka’bah berarti persegi atau kubus. Alquran juga menyebut Bait al-Ma’mur,[Qur’an 52:4] Rumah Allah di Surga dan Ka’bah dibawahnya, disebut dalam Hadits para Malaikat melakukan Tawaf dan Shalat.
Mengapa umat Islam mengeliling Kabah?
“Hendaknya mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah),” (Surat Al-Hajj ayat 29). Itulah perintah yang ada dalam Alquran.
SEJARAH KA’BAH
Ka’bah yang juga dinamakan Bayt al `Atiq ( بيت العتيق, Rumah Tua) adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Ka’bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim AS menempatkan Hajar dan bayi Ismail AS di lokasi tersebut.
Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (sekitar 600 M dan belum diangkat menjadi rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu.
Pada saat menjelang nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Ka’bah yang semula rumah ibadah agama monotheisme (tauhid) ajaran Nabi Ibrahim AS telah berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala/patung yang merupakan perwujudan tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah). Padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim AS yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa AS terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surah Al-Ikhlas). Ka’bah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme ketika Nabi Muhammad SAW membebaskan kota Mekah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama tauhid (Islam).
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Syaibah sebagai pemegang kunci ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekah dan Madinah.
Pada awalnya bangunan Ka’bah terdiri atas dua pintu serta letak pintu Ka’bah terletak di atas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi.
Pada saat Muhammad SAW berusia 30 tahun dan belum diangkat menjadi rasul, dilakukan renovasi pada Ka’bah akibat bencana banjir. Pada saat itu terjadi kekurangan biaya, maka bangunan Ka’bah dibuat hanya satu pintu. Adapula bagiannya yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan Ka’bah, yang dinamakan Hijir Ismail, yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Ka’bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya, karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang dimuliakan oleh bangsa Arab saat itu.
Nabi Muhammad SAW pernah mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali Ka’bah karena kaumnya baru saja masuk Islam, sebagaiman tertulis dalam sebuah hadits perkataannya: “Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan aku turunkan pintu Kakbah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail ke dalam Ka’bah,” sebagaimana fondasi yang dibangun oleh Nabi IBRAHIM AS.
Ketika masa Abdullah bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibangun kembali menurut perkataan Nabi Muhammad SAW , yaitu di atas fondasi Nabi Ibrahim AS. Namun ketika terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan penguasa daerah Syam (Suriah, Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Kakbah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka’bah berdasarkan bangunan pada masa Nabi Muhammad SAW dan bukan berdasarkan fondasi Nabi Ibrahim. Ka’bah dalam sejarah selanjutnya beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan karena umur bangunan.
Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka’bah sesuai fondasi Nabi Ibrahim AS dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah dia. Sehingga bangunan Ka’bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.
Dan keluarga Al-Sheibi selalu menjadi penjaga Ka’bah
Hanya satu keluarga yang telah menjadi penjaga kunci Ka’bah sejak periode pra-Islam. Mereka telah menjadi penjaga selama 15 abad terakhir. Kuncinya diwariskan oleh anggota tertua dari keluarga.
Ka’bah dibersihkan dua kali dalam setahun. Upacara pembersihan diadakan selama bulan Sya’ban dan Dzul Qa’adah oleh keluarga Al-Sheibi. Campuran pembersih khusus dibuat dari air ZamZam, air mawar Taif dan minyak Oud yang mahal. Gubernur Mekkah mengundang beberapa pejabat untuk berpartisipasi dalam acara pembersihan ini.
Ka’bah telah rusak beberapa kali karena bencana alam seperti banjir ataupun mendapat serangan. Karena mengalami kerusakan, Ka’bah dibangung kembali beberapa kali. Mayoritas sejarawan mengklaim bahwa Ka’bah telah direkonstruksi sekitar 12 kali. Renovasi terbaru terjadi pada tahun 1996, dengan menggunakan teknologi mutakhir agar kuat menahan bencana.
WARNA KISWAH TELAH BERUBAH
Kiswah adalah kain hitam yang menyelimuti Ka’bah. Tapi apakah Anda tahu, warna Kiswah tidak selalu hitam seperti yang Anda pikirkan?
Tradisi menutupi Ka’bah dengan Kiswah dimulai selama pemerintahan suku Jurhum. Kemudian, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam membungkus Ka’bah dengan kain Yaman warna putih. Merah, hijau dan putih adalah beberapa warna yang digunakan oleh khalifah yang berbeda. Abbasiyah akhirnya memutuskan untuk menggunakan warna hitam untuk mengakhiri berubah-ubahnya warna Kiswah. Sejak saat itu, warna Kiswah tetap hingga saat ini.
Apa yang ada di dalam Ka’bah?
Bagian dalam Ka’bah ditopang oleh tiga pilar, dengan lentera tergantung di antara mereka. Sebuah meja kecil untuk parfum dapat ditemukan antara pilar-pilar tersebut. Sebuah piagam dapat dilihat tergantung di dinding, untuk memperingati penguasa yang memperbaharuinya. Sebuah kain hijau dengan bordiran ayat-ayat Al-Quran menutupi bagian atas dinding. Dinding kanan memiliki pintu emas yang disebut Bab At-Taubah, yang membuka akses ke tangga menuju ke atap.
Pintu Ka’bah sebenarnya dapat dimasuki setiap orang
Awalnya, Ka’bah terbuka untuk semua orang dan dapat berdoa di dalamnya. Karena jumlah jamaah yang ingin masuk meningkat, Ka’bah tidak bisa lagi diakses untuk semua orang. Hanya kadang-kadang dibuka untuk tamu istimewa.
Thawaf di sekitar Ka’bah tidak pernah berhenti
Salah satu hal yang paling luar biasa tentang Ka’bah adalah bahwa tawaf di sekitar Ka’bah tidak pernah berhenti kecuali ketika waktu-waktu shalat. Bahkan selama insiden banjir, orang melakukan Tawaf dengan berenang.
Diolah dari berbagai sumber
Badrah Uyuni