Oleh: Hayat Abdul Latief

 

*Belenggu Iblis/Syetan*

 

Al-Qur’an merekam pernyataan Syetan yang berjanji menghalangi manusia dari jalan lurus,

 

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (١٦)

ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (١٧)

 

Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al A’raf: 16-17)

 

Ada 4 penjuru syetan menghalangi manusia dari jalan lurus.

 

Qatadah menjelaskan bahwa setan akan datang kepada manusia dari 4 penjuru:

 

1. Dari depan, dengan mengabarkan bahwa tidak ada kebangkitan, surga dan neraka.

 

2. Dari belakang, dengan menghias perkara dunia dan mengajak mereka kepadanya.

 

3. Dari kanan, dengan membuat mereka menunda-nunda kebaikan.

 

4. Dari kiri, dengan menghias kejahatan dan maksiat, mengajak mereka kepadanya dan memerintahkannya.

 

Pertanyaan: Kenapa iblis hanya akan menggoda manusia dari 4 “arah” ini, bagaimana dengan atas dan bawah?

 

Jawaban: Dalam beberapa tafsir dijelaskan bahwa Iblis tidak mampu/tidak bisa menggoda manusia dari ‘arah’ atas dan bawah, karena atas merupakan tempat turunnya rahmat Allah, sedangkan arah bawah adalah tempat Sujud hambanya kepada Allah SWT.

 

Walhasil, hamba yang terus beribadah dan bersujud kepadanya serta mendapat rahmat Allah SWT, akan selalu terjaga dari godaan Syetan. Insya Allah.

 

*Invasi atau Penjajahan*

 

Invasi satu negeri ke negeri lain atau penjajahan pada umumnya merusak dan menghancurkan. Al Qur’an menyebutkan,

 

قَالَتْ إِنَّ ٱلْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا۟ قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوٓا۟ أَعِزَّةَ أَهْلِهَآ أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ

 

Dia (ratu Bilqis) berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. (QS An Naml: 34)

 

Berbeda dengan Islam yang _rahmatan lil ‘aalamiin_, sejarah mencatat dalam peperangan pun tidak dibenarkan membunuh warga sipil, manula, pendeta, wanita dan anak-anak yang tidak berperang. Tidak merusak tempat ibadah agama lain.

 

Rib’i bin Amir radhiallahu ‘anhu, tatkala ditanya Rustum panglima Persia tentang tujuanya datang ke Persia. Jawabanya sangat mengagumkan:

 

“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam.” (Al-Bidayah Wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir versi Asy-Syamilah, 7/46)

 

Jadi, merdeka menurut Islam:

 

1. Berpaling dari penyembahan terhadap makhluk, menuju penyembahan terhadap khalik

 

2. Berpaling dari dunia sempit (yang penuh dengan kedengkian makar dan fanatisme golongan), menuju dunia luas (yang penuh toleransi, lapang dada dan tetap punya energi Amar Ma’ruf-Nahi Munkar)

 

3. Berpaling dari kedzaliman dan kesewenang-wenangan menuju keadilan Islam.

 

Kemerdekaan NKRI yang hakiki sesuai dengan _maqaashid assyari’ah_ atau tujuan syariat Islam:

 

1. Menjaga eksistensi agama. (Kita tidak membenarkan ideologi komunis hidup di Indonesia)

 

2. Menjaga jiwa. (Tidak dibenarkan pembunuhan dan penghadangan atau persekusi)

 

3. Menjaga ketururan. (Tidak dibenarkan perzinaan, LGBT atau aborsi)

 

4. Menjaga akal. (Tidak dibenarkan mengkonsumsi dxn mengedarkan Miras, Narkoba dan sejenisnya)

 

5. Menjaga harta. (Tidak dibenarkan mencuri, korupsi dan _money laundry._

 

Hal yang sangat penting, tidak dibenarkan bangsa ini dikuasai asing dan aseng. Tidak dibenarkan penguasa negeri ini menjadi kaki-tangan mereka sehingga kesejahteraan jauh dan rakyatnya dan rakyat menjadi asing di negerinya sendiri. Wallahu a’lam

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Penulis adalah Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *