Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Tidak kita pungkiri bahwa dunia ketimuran dan Islam telah dijadikan sebagai objek studi oleh para orientalis dan studi mereka pada awal mulanya menghasilkan cara pandang yang negatif terhadap Islam seperti narasi Islam disebarkan dengan pedang, Al-Quran menjiplak dari Bibel dan belum lagi pembunuhan terhadap karakter Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

 

Bagi seorang muslim mempelajari akar orientalisme merupakan titik tolak sebagai peneguhan kembali terhadap keimanan yang ada. Karena kita tahu bahwa agama Islam lah yang mendapat jaminan dari Allah untuk dijaga. Sehingga pandangan yang miring dari para orientalis malah meneguhkan keyakinan yang kuat bahwasanya Islam adalah bersumber dari Allah dan merupakan program langit yang tidak bisa dibendung oleh konspirasi bumi.

 

Islamophobia hari ini di barat maupun di belahan dunia lainnya tidak berdiri sendiri, telah dibangun oleh para pembenci terutamanya dari pihak orientalis yang terpelajar yang kemudian didengungkan oleh media mainstream sehingga tindakan-tindakan praktis seperti membuat karikatur pelecehan terhadap Rasulullah, serangan-serangan fisik terhadap muslim dan muslimah merupakan hasil yang dipetik dari islamophobia yang didengung-dengungkan oleh orientalis yang punya dendam terhadap Islam.

 

Betapa kompleksnya masalah keumatan, sehingga seorang dai dibutuhkan memiliki amunisi yang komprehensif untuk menangkis serangan-serangan terhadap Islam, Al-Quran dan pribadi Rasulullah dari pihak orientalis. Seorang dai tidak hanya bergelut dengan masalah remeh-temeh semata yang kemudian melupakan serangan yang bertubi-tubi yang pada akhirnya justru kita bertengkar sesama saudara sendiri.

 

Oleh karena demikian seorang dai tidak boleh kekurangan literasi. Dengan membaca, menganalisa kemudian menyimpulkan gejala-gejala yang menjadi tantangan dakwah bukan hanya dalam skup wilayah yang sempit tetapi menjangkau seluruh belahan dunia. Karena apa yang terjadi nun jauh disana bukan tidak mungkin kemudian esok harinya terjadi di kampung kita karena dunia semakin sempit di era globalisasi ini.

 

Racun racun sekularisme, liberalisme dan pluralisme kemudian ditebarkan dan ini mengakibatkan para pemuda Islam yang teracuni oleh pemikiran tersebut tidak memiliki kebanggaan terhadap ajaran Islam bahkan ikut-ikutan menjadi konsumen dari pemikiran liberalisme yang racunnya sudah disemai oleh para orientalisme. Pemahaman agama yang bersumber dari ulama-ulama yang kompeten ilmunya dianggap ketinggalan zaman kemudian mereka mempelajari ilmu-ilmu barat untuk mengupas tuntas studi Islam.

 

Yang dibutuhkan di era sekarang adalah dai-dai yang menguasai ilmu keislaman secara komprehensif dan ilmu-ilmu yang bersumber dari barat dengan tujuan mengcounter balik dan membela Islam dari serangan-serangan mereka. Kita membutuhkan ulama yang cendekiawan dan cendikiawan yang ulama. Ulama dalam arti memiliki ilmu-ilmu keislaman yang mapan dari sumbernya. Sedangkan cendekiawan berarti memiliki keahlian dan pengetahuan sebagaimana yang dimiliki oleh sarjana barat namun dengan cara pandang islam. Wallahu a’lam.

 

Pesan dan kesan studi orientalisme yang diampu oleh Ustadzah Badrah Uyuni

 

*(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *