Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Islam memandang kesamaan derajat laki-laki dan perempuan dalam hal kecerdasan, kejujuran dan sportivitas atau dalam Al-Qur’an disebut sebagai amal shaleh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

 

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

 

Oleh karena itu, komentar Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam tafsirnya, Allah menyebutkan balasan bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia dan akhirat, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman.” Sesungguhnya keberadaan iman menjadi syarat sah dan diterimanya amalan shalih. Bahkan tidak bisa disebut amal shalih kecuali disertai dengan keimanan. (Karena) iman menuntut (munculnya) amal shalih. Sesungguhnya iman adalah pembenaran yang teguh lagi membuahkan amalan-amalan anggota badan, baik perbuatan yang wajib maupun sunnah. Barangsiapa telah mengkombinasikan antara iman dan amal shalih, “maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” Hal tersebut dengan pemberian ketentraman hati dan ketenangan jiwa serta tiada menoleh kepada obyek yang mengganggu hatinya, dan Allah memberinya rizki yang halal lagi baik dari arah yang tidak disangka-sangkanya “dan sungguh akan Kami berikan balasan kepada mereka,” di akhirat “dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,” berupa aneka kenikmatan (surgawi) yang tidak pernah dilihat oleh pandangan mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik di dalam hati manusia. Maka Allah memberinya kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.

 

Baik kecerdasan akademik maupun kecerdasan spiritual transendental bisa dimiliki oleh jenis kelamin apa saja, laki-laki atau perempuan. Memang para ahli di bidang apapun kebanyakan datang dari kalangan kaum pria. Bahkan dokter ahli kandungan pun kebanyakan dari kalangan pria. Namun tidak menutup kemungkinan kaum wanita pun memiliki keahlian serupa, selagi, menurut keterbatasan ilmu saya, mengedepankan rasionalitas di atas perasaan yang mendominasi kecerdasannya.

 

Berkenaan dengan kecerdasan spiritual transendental, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

 

الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

 

”Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Ta’ala“. (HR. Ahmad, Turmudzi, Ibn Majah dari Syadad bin Aus radhiallahu ‘anhu)

 

Siapa pun orangnya baik laki-laki dan perempuan yang selalu mengevaluasi dirinya dan beramal untuk kehidupan akhirat yang abadi maka termasuk orang yang cerdas. Demikian juga siapa pun orangnya baik laki-laki ataupun perempuan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya dan banyak angan-angan tanpa aksi maka termasuk orang yang bodoh.

 

Demikian juga dengan kejujuran atau sportivitas. Kewajiban untuk berperilaku jujur disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, yang berbunyi,

 

عَنْ اَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ ر.ض. قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ, فَاِنَّهُ مَعَ البِرَّ وَهُمَا فِى الْجَنَّةِ, وَاِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ

فَاِنَّهُ مَعَ الْفُجُوْرِوَهُمَافِى النَّار.

 

“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, Karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka.”

 

Berkenaan dengan sifat pengecut yang Rasulullah sendiri mohon perlindungan darinya di dalam berdoa juga tidak mengenal jenis kelamin,

 

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ

وَاَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ

وَاَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ

وَاَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّ جَالِ

 

“Ya Allah, aku berlindung padaMu dari rasa sedih dan gelisah, aku berlindung daripada sifat lemah dan malas, dan aku berlindung padamu dari sikap pengecut dan bakhil, dan aku berlindung padaMu dari cengkaman hutang dan penindasan orang.” (Sahih Bukhari)

 

Mungkin cara pandang kita harus diperbaiki dalam menyimpulkan teks-teks agama yang seolah-olah mendeskreditkan wanita.Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjelaskan mayoritas penghuni neraka adalah wanita.

 

اطَّلَعْتُ في الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ، وَاطَّلَعْتُ في النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ

 

“Aku melihat ke dalam surga, maka kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka, maka kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR Bukhari dan Muslim)

 

Imam Qurthubi mengomentari hadits di atas, ”Penyebab banyaknya kaum wanita yang masuk neraka adalah karena hawa nafsu yang mendominasi mereka. Kecondongan mereka pada kesenangan-kesenangan duniawi dan berpaling dari akhirat. Mereka mudah tertipu oleh kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah beramal saleh. Mereka juga menjadi penyebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat karena hawa nafsu dalam diri mereka. Kebanyakan mereka memalingkan diri dan selain mereka dari akhirat. Cepat tertipu jika diajak pada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak pada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha hlm 29-30 dan At-Tadzkirah hlm 369)

 

Itulah komentar yang sangat bagus Imam Qurthubi. Kenyataanya hawa nafsu tidak hanya mendominasi kaum wanita, demikian juga kecondongan pada kesenangan-kesenangan duniawi, berpaling dari akhirat dan lemah beramal saleh bisa saja dari kalangan pria. Sama halnya tidak semua orang fakir masuk surga dan tidak semua orang kaya masuk neraka. Khulashatul qaul, baik fakir atau kaya, baik laki-laki ataupun wanita apabila bertaqwa layak mendapatkan pahala dan jannatul ma’wa. Kalau dalam ilmu Ushul fiqh lafadz-lafadz dalam hadis tersebut adalah mutlak dan ditaqyid oleh ayat Alquran yang paling atas tersebut.

 

Dalam hal ini, saya memandang masalah banyak penduduk neraka wanita, tidak mendiskreditkan mereka, karena memang kenyataannya populasi penduduk dunia kebanyakan wanita dibanding laki-laki, apalagi hadits tersebut bersifat umum tanpa menyebutkan mu’min atau kafir. Sama dengan Indonesia mayoritas penduduknya muslim maka yang dipenjara karena kasus ataupun yang di tahan karena fitnah kebanyakan muslim itu wajar secara populasi. Lihat isi penjara di negara-negara yang mayoritas penduduknya non-muslim, pasti isinya kebanyakan non-muslim.

 

Dan ketika saya membaca hadits wanita itu kurang akal dan kurang agamanya. Itu saya terima sesuai dengan teks dan konteksnya, namun saya mendapati banyak wanita berprestasi karena menutupi akalnya yang kurang dengan tidak baperan dan terbawa emosi oleh hal yang bersifat individu kemudian mengurangi kecerdasannya mengikuti alur emosionalnya. Sekali lagi, kecerdasan, kejujuran dan sportifitas tidak memandang gender atau jenis kelamin. Bisa saja lelaki tapi pengecut dan bisa saja wanita tapi gentlemen dalam sikapnya. Wallahu a’lam

 

*(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *