Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Muslim, secara bahasa dan sesuai penggunaan kata dalam Al-Qur’an, memiliki pengertian orang yang tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka tidak heran, kalau Al-Qur’an mengkategorikan para nabi sebagai muslimin, formula jama’ dari muslim. Setiap nabi dikategorikan sebagai muslim dengan beberapa alasan. Pertama, Allah subhanahu wa ta’ala hanya menurunkan satu agama, yaitu Islam. Kedua, Islam sudah ada semenjak Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan alam semesta. Ketiga, Islam telah sempurna, syari’ahnya sudah permanen dan tidak ada perubahan setelah kenabian ditutup dengan diutusnya nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.

 

Penamaan muslim, menurut Al-Qur’an, datang dari Allah subhanahu wa ta’ala:

 

…. هُوَ ٱجْتَبَىٰكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَٰهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّىٰكُمُ ٱلْمُسْلِمِينَ مِن قَبْلُ وَفِى هَٰذَا لِيَكُونَ ٱلرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعْتَصِمُوا۟ بِٱللَّهِ هُوَ مَوْلَىٰكُمْ ۖ فَنِعْمَ ٱلْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ ٱلنَّصِيرُ

 

“…..Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al-Hajj: 78)

 

Allah subhanahu wa ta’ala menyuruh nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam untuk mengatakan sesuai dengan firman-Nya:

 

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ

 

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162)

 

Sebagaimana menyuruh umat manusia hidup dalam keadaan muslim, Allah subhanahu wa ta’ala memperingatkan mereka agar mereka sekali-kali tidak tutup usia kecuali dalam keadaan muslim pula. firman-Nya:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran: 102)

 

Siapakah seorang muslim menurut Rasulullah shalallahu alaihi wasallam? Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

 

المُسْلِمُ مَن سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِن لِسانِهِ ويَدِهِ

 

“Muslim adalah orang-orang muslim lainnya selamat dari (keburukan) lisan dan tangannya.” (HR. Muslim – Shahih Muslim)

 

Hadits ini termasuk jawami’ul kalim dari sisi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Pengertian jawami’ul kalim adalah perkataan pendek namun cakupan isinya tidak perlu diragukan. Di dalamnya terdapat arahan dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam agar menghiasi diri dengan adab dan akhlak Islamiyah yang dimaksud yaitu persatuan dan kasih sayang antara kaum muslimin.

 

Makna dari hadits tersebut adalah bahwasanya muslim yang sejati yaitu seorang muslim yang mengumpulkan karakter Islam, yaitu tidak menyakiti Muslim lainnya baik dengan perkataan maupun perbuatan. Lisan dan tangan disebutkan secara khusus disebut dalam hadits tersebut karena banyak menimbulkan kesalahan dan bahaya. Karena sebagian besar keburukan lahir dari keduanya. Di antara keburukan lisan yaitu berdusta ghibah mencela dan berani bersumpah palsu. Sedangkan di antara keburukan tangan yaitu dengan memukul, membunuh, mencuri dan sebagainya. Penyebutan lisan lebih dahulu kan daripada tangan karena perbuatan buruk dengan lisan lebih banyak dan lebih mudah dikerjakan dan korban keburukannya bukan saja orang yang masih hidup tetapi juga bisa jadi orang yang sudah meninggal dunia dengan mencela orang-orang baik dengan fitnahan yang keji.

 

*Beberapa faedah dari tulisan ini:*

 

*Satu,* hendaklah hidup dan mati dalam keadaan muslim.

 

*Dua,* setiap para nabi adalah muslim dan penamaan muslim datang dari Allah subhanahu wa ta’ala.

 

*Tiga,* muslim sejati menurut Rasulullah adalah muslim lainnya selamat dari keburukan lisan dan tangannya.

 

*Empat,* larangan menyakiti hati manusia dengan cara apapun.

 

*Lima,* orang muslim wajib menghadirkan cinta, kasih sayang, empati dan simpati terhadap saudaranya. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah!

 

*(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *