Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

 

لَّا يَسْتَوِى ٱلْقَٰعِدُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُو۟لِى ٱلضَّرَرِ وَٱلْمُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ ۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلْمُجَٰهِدِينَ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ عَلَى ٱلْقَٰعِدِينَ دَرَجَةً ۚ وَكُلًّا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَفَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلْمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلْقَٰعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

 

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 95)

 

Tafsir QS. An-Nisa: 95 : “Tidaklah sama derajat dan pahala antara orang-orang mukmin yang yang tidak ikut berperang – sedangkan mereka juga tidak mempunyai halangan berupa sakit, buta atau lemah – dengan orang-orang yang berjuang untuk meninggikan kalimat Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah telah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang tidak ikut berperang satu derajat dengan menjadikan pangkat yang tinggi untuk mereka di akhirat. Kepada masing-masing antara dua kelompok itu, yaitu orang yang berperang dan tidak, Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) atas dasar iman dan niat baik mereka dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dari pada orang yang tidak ikut berperang dengan pahala yang besar, Ini adalah pleonasi (kelebihan) dan penekanan sebagaimana ayat selanjutnya. Zaid bin Tsabit berkata: Ketika aku bersama Nabi saat itu turun ayat laa yastawi…. fi sabilillah. dan tidak disebutkan ulidh dhoror. Maka Ibnu Ummi Maktum berkata bagaimana bisa, saya ini memang buta dan tidak bisa melihat. Kemudian turunlah ayat ghoiro ulid dhoror.” (Tafsir Al-Wajiz – Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 95)

 

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam datang dengan ajaran yang bermanfaat dan pesan yang komprehensif, menanamkan harapan, keberanian dan kekuatan muslim, dan mengubahnya menjadi individu yang berguna dan bermanfaat yang mengisi dunia dengan kebaikan dan perbuatan baik. Sabdanya,

 

الْمُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وفي كُلٍّ خَيْرٌ. احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ باللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، وإنْ أَصَابَكَ شَيءٌ، فلا تَقُلْ: لو أَنِّي فَعَلْتُ كانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَما شَاءَ فَعَلَ؛ فإنَّ (لو) تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.

 

“Mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu’min yang lemah, dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah pada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan Allah, janganlah lemah, dan jika sesuatu menimpamu, jangan katakan: Jika aku telah melakukannya, pastilah begini dan begini. Karena (kata-kata) لو (jika-andaikan-seandainya) membuka perbuatan Setan.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu no. 2664)

 

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa “mu’min yang kuat” berarti kuat dalam imannya, dan yang tidak dimaksudkan dengan kekuatan fisik adalah “lebih baik dan lebih dicintai Allah subhanahu wa ta’ala daripada mu’min yang lemah,” yaitu yang lemah imannya. “Dan pada masing-masing terdapat kebaikan” artinya: di dalam setiap mu’min yang kuat dan yang lemah ada kebaikan; karena kesamaan mereka dalam keimanan.

 

Kekuatan terpuji itu beragam. Termasuk kekuatan dalam ketaatan; maka seorang mu’min akan lebih giat, berdiri shalat lebih lama, lebih banyak berpuasa, berjuang, dan haji. Termasuk di dalamnya juga adalah kekuatan tekad jiwa; maka dia akan lebih berani dari musuh dalam jihad, lebih bertekad dalam mengubah kemungkaran, kesabaran dalam menyakiti musuh, dan menanggung derita dan kesulitan di jalan Allah.

 

Termasuk di dalamnya kekuatan harta dan kekayaan; maka ia akan lebih banyak membelanjakan hartanya dalam kebaikan, kurang cenderung untuk mencari dunia dan kurang ambisi mengumpulkan sesuatu di dalamnya dan seterusnya tetapi ia akan disalahkan memiliki harta dan kekayaan dengan keadaan sombong dan sewenang-wenang.

 

Nabi shalallahu alaihi wasallam menasihati muslim dengan mengatakan: “Berusahalah untuk apa yang bermanfaat bagimu,” artinya: di samping mengikuti sebab-sebab mendapatkan manfaat, bergantunglah pada Yang Membuat sebab-sebab, yaitu Allah, subhanahu wa ta’ala. Itulah sebabnya setelah itu beliau bersabda : “Dan mintalah pertolongan Allah”; Karena jika seseorang mengambil asbab dan tidak memperoleh pertolongan dan taufiq dari Allah Yang Maha Esa, maka ia tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya, karena itu mengambil asbab saja tidak cukup, melainkan ia membutuhkan sesuatu yang melatarbelakanginya, yaitu taufiq dan pertolongan Allah untuk mendapatkan sesuatu. Karena Tiada daya dan upaya kecuali dengan (izin dan kehendak) Allah. Yang dimaksud dengan amalan yang bermanfaat adalah yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat bagi manusia baik berupa ibadah dan amal shaleh dan sejenisnya.

 

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang mu’min menjadi lemah. Yang dimaksud disini adalah: kemalasan, yang merupakan kebalikan dari rajin, dan itu adalah beratnya melakukan sesuatu kebaikan padahal mampu mengerjakannya. Itu disebabkan oleh kurangnya azam (gerak hati). Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa meminta perlindungan darinya.

 

Barang siapa yang menunaikan perintah itu dan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya, kemudian dia ditimpa musibah setelah itu, maka janganlah dia mengatakan: “Seandainya aku melakukan ini dan itu”, maka jadilah ini dan itu. Karena perkataan ini tidak benar, tetapi dia mengatakan dengan kepasrahan dan kepuasan, dan berharap untuk kebaikan: “Allah telah menetapkan,” artinya: itu terjadi menurut ketetapan-Nya dan menurut takdir-Nya, dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki; Dia pasti melakukan apa yang Dia kehendaki, dan tidak ada bisa menolak keputusan-Nya.

 

Setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang mengucapkan kata bersyarat “jika” di tempat seperti itu, beliau memperingatkan bahwa itu “membuka perbuatan setan” dalam hal pertengkaran dan kebencian; Karena di dalamnya ada penolakan terhadap nasib dan meratapi terjadinya, seolah-olah seseorang mengatakan ketika bencana menimpanya: Jika dia melakukan ini, penyakit tidak akan menimpanya! Seorang muslim dituntut untuk tunduk pada takdir, sehingga apa yang dikehendaki Allah Yang Maha Esa mau tak mau akan menjadi kenyataan.

 

Karena ketetapan dan takdir Allah tidak akan pernah meleset, selama manusia bekerja dengan tekun dalam pekerjaan, menggunakan asbab, mencari pertolongan Tuhan, dan mencari kebaikan dari-Nya, Maha Suci Dia. Tidak ada kewajiban seorang muslim setelah itu, kecuali menyerahkan semua urusannya kepada Allah. Hendaknya seorang muslim mengetahui bahwa pilihan Allah Yang Maha Esa adalah baik, meskipun jika itu adalah sesuatu yang dibenci olehnya. Tidak ada satu makhluk pun yang mampu menolak dan mengubah takdir Allah, Sang Pencipta, Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung, tanpa izin dari-Nya.

 

Faedah tulisan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah ini:

 

*Satu,* tidak sama pahala dan derajat orang yang berjuang dijalan Allah dengan orang yang duduk duduk tanpa berjuang.

 

*Dua,* orang-orang yang beriman berbeda-beda dalam amal, cinta kepada Allah dan pengamalan agamanya, dan bahwa mereka berbeda derajat.

 

*Tiga,* perintah untuk beramal dan mencari pertolongan Allah.

 

*Empat,* perintah tunduk pada perintah Allah dan kepuasan terhadap takdir Allah Yang Maha kuasa.

 

*Lima,* iman itu mencakup keyakinan, perkataan, dan tindakan yang tulus. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah!

 

*(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *