Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Di dalam sesi tanya jawab kajian saya, ada seorang jamaah yang bertanya tentang sikap seorang santri atau murid yang mencium tangan sambil membungkuk kepada guru atau kyainya. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, saya teringat kitab Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki yang berjudul: التعظيم بين العبادة والأدب.

 

Sujud Ibadah 

 

Sujud asal kata dari sajada yang bermakna meletakan wajah ke tanah, dengan rasa tunduk dan khusyu’ dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Artinya sujud adalah penundukan diri kepada objek sujud. Ketika objek sujud adalah Allah SWT, maka ini adalah makna sujud hakiki, bahwa beribadah, meletakkan kepala di tanah, hanya kepada Allah SWT. Sujud seperti ini khusus untuk Allah SWT.

 

Sujud ibadah disebut juga sujud vertikal. Sujud inilah yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw, bahkan tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan di dunia kecuali sujud, tidak ada waktu terdekat dengan Allah SWT kecuali manusia dalam keadaan sujud. Bahkan dalam riwayat Nabi Muhammad Saw akan bersujud untuk syafaat manusia di akhirat, manusia sejak zaman nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW. Ketika semua umat manusia menemui beliau di Padang Mahsyar maka beliau menuju bawah ‘Arasy. Di sana beliau bersujud pada Tuhan. Lalu Allah membukakan kebaikan-kebaikan-Nya kepadanya, yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun sebelumnya. Setelah itu, terdengarlah seruan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah engkau, niscaya diberi. Mintalah pertolongan, niscaya dipenuhi.’ Aku mengangkat kepala dan berkata, ‘Umatku, ya Tuhan. Umatku, ya Tuhan. Umatku, ya Tuhan.’ Terdengar lagi ada yang bicara, ‘Wahai Muhamad, masukkanlah umatmu dari golongan hamba yang tidak dihisab ke dalam surga melalui pintu sebelah kanan. Namun sekelompok mereka masuk dari selain puntu itu” (HR al-Bukhari dan Muslim)

 

Sujud Penghormatan 

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

 

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

 

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)

 

Begitu juga sujudnya saudara-saudara Nabi Yusuf a.s kepadanya, sebagaimana firman Allah ta’ala :

 

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا ۖ

 

“Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf.” (QS. Yusuf: 100)

 

Semua yang dimaksud oleh ayat diatas adalah sujud sebagai penghormatan, bukan sujud sebagai ibadah.

 

Peristiwa sujudnya para malaikat kepada Adam terkadang menimbulkan polemik di sebagian umat Islam atau memang isu ini sengaja dilemparkan ke tengah-tengah umat Islam untuk menebar kerancuan dengan mempertanyakan “Mengapa Allah meridhai makhluk-Nya sujud kepada selain-Nya? Bukankah ini sama saja melegitimasi kesyirikan? Dan Iblis adalah hamba Allah yang benar-benar mentauhidkannya karena menolak untuk sujud kepada Adam”. Kurang lebih demikian kalimat rancu yang sering dibesar-besarkan oleh sebagian kalangan.

 

Yang perlu kita ketahui adalah para ulama membagi sujud ke dalam dua bagian; pertama, sujud ibadah dan yang kedua sujud (tahiyah) penghormatan.

 

Sujud ibadah hanya boleh dipersembahkan kepada Allah semata tidak boleh kepada selain-Nya. Allah tidak pernah memerintahkan satu pun dari makhluk-Nya untuk bersujud kepada selain-Nya dalam rangka untuk beribadah kepada makhluk tersebut. Para malaikat Allah perintahkan sujud kepada Adam bukan dalam rangka sujud ibadah tetapi sujud penghormatan.

 

Sujud penghormatan merupakan bagian dari syariat umat-umat terdahulu, kemudian amalan ini diharamkan dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Di antara contoh sujud penghormatan adalah sujudnya para malaikat kepada Nabi Adam a.s.

 

Syar’u Man Qablana

 

Syariat umat yang terdahulu ada yang dilestarikan oleh syariat Nabi Muhammad dan ada yang dihapus alias tidak berlaku lagi. Pada syariat Nabi Muhammad SAW sujud sebagai penghormatan dihapus, sehingga tidak diperbolehkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah ta’ala. Oleh karenanyalah Nabi Muhammad SAW bersabda :

 

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

 

“Andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada yang lain, tentu akan kuperintahkan wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi)

 

Alhasil, sujud kepada selain Allah baik ibadah ataupun penghormatan dilarang dalam syariat Nabi Muhammad SAW.

 

Adab

 

Meskipun tidak boleh sujud terhadap makhluk secara mutlak, namun mengagungkan orang yang mulia bagian daripada adab Islami. Seperti mengagungkan ulama dan guru dengan mencium tangan dan berdiri ketika menyambutnya. Semua bentuk penghormatan dibolehkan kecuali penghormatan dengan cara sujud yang diharamkan secara mutlak. Wallahu a’lam.

 

Dikutip dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *