Oleh: Hayat Abdul Latief
Tidak ada yang lebih sabar, lebih hilm dan lebih memberikan penangguhan hukuman atas sesuatu yang dibenci, baik perkataan atau perbuatan daripada Allah subhanahu wa ta’ala. Meskipun Allah subhanahu wa ta’ala mendengarannya, mengetahuinya dan mempunyai sifat kuasa, namun Dia sabar atas perilaku mereka. Bahkan Dia memberikan kesehatan badan mereka, membuat nyaman kehidupan mereka dan memberi mereka rahmat dan karunia-Nya di dunia ini dan menunda hukuman bagi orang-orang yang tidak bertaubat – tidak menyegerakannya di dunia. Allah subhanahu wa ta’ala bersabar menunggu insaf dan taubatnya orang-orang yang melakukan kesalahan.
Dengan demikian, Allah subhanahu wa ta’ala Yang Maha Sabar pasti mencintai dan memuji hamba-hamba-Nya yang bersabar. Firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Sabar atas Musibah
Hujjatul Islam Imam Ghazali menyebutkan bahwa sabar terbagi menjadi tiga; sabar untuk terus menjalankan perintah Allah, sabar untuk terus menjauhi larangan Allah dan sabar atas musibah yang menimpa. Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam ‘Syuabul-Iman’, dari Syuraih Al-Qadhi rahimahullah ia berkata, “Sesungguhnya aku ditimpa musibah dan aku memuji kepada Allah karena empat hal:
1). Aku memuji Allah atas ujian yang tidak lebih besar dari musibah yang menimpa ini.
2). Aku memuji Allah tatkala aku diberikan kesabaran atasnya.
3). Aku memuji Allah karena diberikan taufik mengucapkan kalimat Istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un) hingga mengapai pahalanya.
4). Aku memuji Allah karena musibah yang menimpaku bukan musibah dalam agamaku.
Dalam Adabud Dunya wad Din, Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu – sepupu dan menantu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam – berkata,
إنَّك إنْ صَبَرْت جَرَى عَلَيْك الْقَلَمُ وَأَنْتَ مَأْجُورٌ، وَإِنْ جَزِعْتَ جَرَى عَلَيْك الْقَلَمُ وَأَنْتَ مَأْزُورٌ (أدب الدنيا والدين: ٢٨٨)
“Jika engkau bersabar, takdir tetap berlaku bagimu dan engkau akan mendapatkan pahala. Dan jika engkau berkeluh kesah, takdir juga akan berlaku bagimu dan engkau akan mendapatkan dosa.”
Kisah Wanita Yang Anaknya Meninggal Dunia
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu berkata:
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ: اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي قَالَتْ: إِلَيْكَ عَنِّي فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِي وَلَمْ تَعْرِفْهُ. فَقِيلَ لَهَا: إِنَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَتْ بَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ: لَمْ أَعْرِفْكَ فَقَالَ: إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau bersabda, ‘Bertakwalah Anda pada Allah dan bersabarlah’ Wanita itu menjawab, ‘Menjauhlah engkau dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan musibah yang menimpaku.’ Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata itu adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian ada yang mengatakan pada wanita itu: ‘Sesungguhnya (orang yang berkata tadi) adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam’. Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia tidak mendapati di rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam penjaga pintu. Lalu wanita ini berkata (kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil minta maaf): ‘Aku tadi tidak mengenalmu.’ Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya kesabaran (yang hakiki) adalah saat pukulan pertama (musibah itu terjadi pertama kali). (HR Al-Bukhâri dan Muslim)
Ada beberapa pelajaran dalam hadits ini:
Satu, anjuran memberikan nasihat kepada orang yang tertimpa musibah.
Dua, kewajiban bersabar saat mendapatkan musibah.
Tiga, kewajiban meminta maaf ketika seseorang melakukan kesalahan baik yang disengaja atau yang tidak disengaja.
Empat, perintah memberikan maaf dan permakluman kepada orang lain yang melakukan kesalahan tanpa sengaja dan tanpa sepengetahuannya.
Lima, hakikat sabar yang sebenarnya adalah saat pertama kali seseorang mendapatkan musibah. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)