Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Mari kita menyelami firman Allah SWT berikut;

 

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

 

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 40)

 

 

 

Ada 2 Penggal kalimat yang akan kita ambil faedah pada ayat di atas

 

Penggalan Pertama

 

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ

 

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya.”

 

Jangan pernah menyangka kalau Allah dan Rasulullah membutuhkan pertolongan kita untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya. Tentu saja tidak. Ketika kita membaca firman Allah berikut,

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

 

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

 

Bukan berarti Allah membutuhkan pertolongan kita, atau mengemis-ngemis bantuan kita. Namun apabila kita menolong Allah, maka pastinya nasib kita tertolong di hadapan-Nya).

 

Penggalan Kedua

 

إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا

 

“(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”

 

Waraqah bin Naufal pernah mengingatkan, “Pastilah kau (Muhammad) akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula,”

 

 

 

Ingatlah peristiwa ketika Rasulullah Abu bakar berada di gua Tsur saat hijrah menuju Madinah : pada saat orang-orang Quraisy itu naik ke Bukit Tsur dan mengamati gua itu, saat itu merupakan detik-detik yang menegangkan. Abu Bakar melihat kaki-kaki mereka, sehingga beliau berbisik kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, sekiranya mereka melihat ke bawah telapak kakinya, pasti akan melihat kami”. Nabi Menjawab: “Wahai Abu Bakar apa yang kamu kira bahwa kita ini hanya berdua; ketahuilah, yang ketiganya adalah Allah yang melindungi kita”. Itulah kenangan di Gua Tsur, yang mencekam dan menegangkan

 

Kalimat لا تحزن إن الله معنا merupakan ucapan Rasulullah kepada sahabatnya yaitu Abu Bakar Siddiq ketika merasa cemas dan khawatir sebab dikepung rapat-rapat oleh orang-orang Quraisy yang akan membunuhnya, yang kemudian diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Pesan ayat ini tidak eksklusif hanya kepada Abu bakar, namun juga ditujukan kepada setiap orang yang beriman. Pertolongan, perhatian dan pengabulan doa dari-Nya membuat seorang mukmin berjiwa tangguh, tahan banting dan tahan uji. Sebagai orang beriman, kita tidak boleh bersedih, putus asa dan berjiwa rapuh, karena Allah selalu membersamai kita.

 

Pada ayat yang lain Allah meneguhkan kita, tidak rendah diri dan bersedih dan juga menegaskan bahwa kita adalah orang-orang yang unggul. Firman-Nya;

 

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

 

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 139)

 

Faedah:

 

Satu, Allah SWT tidak membutuhkan pertolongan kita. Namun apabila kita menolong Allah, maka pastinya nasib kita tertolong di hadapan-Nya

 

Dua, kita tidak boleh bersedih putus asa dan berjiwa rapuh, karena pertolongan, perhatian dan pengabulan doa Allah selalu bersama kita.

 

Tiga, Allah meneguhkan kita, agar tidak minder dan bersedih, juga menegaskan bahwa kita adalah orang-orang yang unggul. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah)

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *