Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Hidup di dunia sejatinya singkat alias tidak lama. Mari kita renungkan ayat berikut;

 

قَٰلَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِى ٱلْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ

 

Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” (QS. Al Mukminun: 112)

 

Tentang penjelasan QS. Mukminun: 112-114, “Allah bertanya” dalam rangka untuk mencela dan menetapkan bahwasaannya mereka itu orang-orang yang dungu, dalam waktu yang sejenak saja mereka sudah membukukan setiap kejelekan yang mendorong mereka menuju kemurkaan dan hukumanNYa. Mereka tidak menghasilkan kebaikan yang diperoleh oleh kaum Mukminin yang mengantarkan mereka menuju kebahagiaan abadi dan keridhaan Rabb mereka, “berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” mereka menjawab,”kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari.” Jawaban mereka ini berlandaskan pada anggapan mereka begitu pendeknya masa tinggal mereka di dunia.

 

Pernyataan ini, sudah memperlihatkan sebuah manfaat. Akan tetapi, tidak menunjukkan kadar sebenarnya dan tidak menentukannya. Karena itu, mereka berkata, “maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung,” yaitu orang-orang yang benar-benar menguasai hitungannya. Adapun mereka, berada dalam kesibukan yang sangat merepotkan dan siksa yang melupakan tentang hitungannya. Maka Allah berkata kepada mereka, “kamu tidak tinggal (dibumi) melainkan sebentar saja,” baik kalian telah menetapkan jangkanya atau tidak “kalau kamu mengetahui.” (Tafsir as-Sa’di – Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)

 

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad SAW bersabda;

 

أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

 

Umur umatku antara 60 dan 70 tahun, sedikit dari mereka yang melampauinya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

 

Usia 60-70 tahun bagi umat Nabi Muhammad SAW maknanya sudah tua: rambut mulai memutih, gigi mulai habis, pendengaran perlahan berkurang, dan tenaga mulai melemah. Berbeda dengan usia umat Nabi sebelumnya yang panjang. Karena sedikitnya tempo usia umat Nabi Muhammad itu, maka harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memuliakan diri dengan ilmu, ibadah dan menebar manfaat kepada semua.

 

Karena singkatnya hidup di dunia, maka seorang muslim harus bijak dalam menyikapinya. Rasulullah SAW bersabda;

 

الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

 

Orang yang pandai adalah yang menghisab dirinya sendiri dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Ta’ala“. (HR. Ahmad, Turmudzi, Ibn Majah)

 

Ibnu Abbas Ra berkata;

 

إن الله جعل الدنيا ثلاثة أجزاء : جزء للمؤمن وجزء للمنافق وجزء للكافر ، فالمؤمن يتزود ، والمنافق يتزين ، والكافر يتمتع .

Sesungguhnya Allah membagi dunia ke dalam 3 bagian : Sebagian untuk Mukmin, Sebagian untuk munafik, dan Sebagian untuk kafir. Mukmin menyiapkan bekal, Orang munafik berhias, sedang Orang kafir bersenang-senang.” (Ihya Ulum ad-Din : II/396)

 

Husnul Khatimah

 

Berikut ini doa keteguhan hati yang sering dibaca oleh Rasulullah SAW secara lengkap.

 

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

 

Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas Agama-Mu.”

 

Versi lain yang juga dibaca Rasulullah SAW ialah sebagai berikut:;

 

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ

 

Ya Allah Zat yang mengurus seluruh hati, arahkanlah hati kami terhadap ketaatan kepada-Mu.” (HR Muslim)

 

Kemudian, Rasulullah SAW melanjutkan dengan doanya membaca penggalan ayat Al Quran berikut:

 

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

 

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia.” (QS Al Imran ayat 8)

 

Muhasabah yang disertai perbaikan diri, dan Istiqamah merupakan kunci utama atau jalan dalam meraih pamungkas hidup yang baik atau husnul khotimah. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *