Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Pesan Allah SWT kepada Nabi Adam di Surga

 

فَقُلْنَا يَٰٓـَٔادَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ ٱلْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰٓ

 

Maka Kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.” (QS. Thaha: 117)

 

Penjelasan: Saat itulah, menjadi jelas permusuhan iblis yang memuncak terhadap Adam dan istrinya, ketika dia menjadi musuh bagi Allah. Sudah terlihat kedengkiannya, yang memicu faktor permusuhannya. Maka Allah memperingatkan Adam dan istrinya dari (bahaya) iblis. Allah berfirman, “Jangan sampai dia, ‘mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka’.” Yaitu jika setan (berhasil) mengeluarkanmu darinya, padahal di dalamnya kamu mendapatkan rizki yang menyenangkan dan kenyamanan yang sempurna.

 

إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَىٰ

 

Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan bahwa kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya,” maksudnya, matahari tidak mengenaimu dengan terik panasnya. Allah menjamin bagi beliau kontinuitas suplai makanan, minuman, sandang, air, tanpa kepayahan dan kecapaian. Akan tetapi, Allah melarangnya dari memakan (buah) pepohonan tertentu. Allah berfirman;

 

وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

 

“…dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim.” (QS. Al-A’raf:19) (Tafsir As-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di)

 

Pada ayat di atas, Allah tidak menamakan pohon itu Khuldi. Lantas siapakah yang menamakan pohon itu Khuldi? Mari kita simak ayat berikut;

 

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ ٱلشَّيْطَٰنُ قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ ٱلْجَنَّةِ ۚ وَعَصَىٰٓ ءَادَمُ رَبَّهُۥ فَغَوَىٰ

 

“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa? Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” (QS. Thaha: 120-121)

 

Penjelasan pertama: Lalu setan membisikinya melalui jiwanya dengan berkata: “Wahai Adam, Bolehkah aku menunjukkan kepadamu pohon keabadian. Barangsiapa memakan sebagian darinya maka dia tidak akan mati, dan aku akan menunjukkan cara menjadi malaikat yang tidak akan hilang dan lenyap.” Dan itu adalah kebohongan Iblis. (Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Pakar Fiqih dan Tafsir Negeri Suriah)

 

Penjelasan kedua: Ketika setan melihat penghormatan yang didapatkan Adam, maka dia mulai menggodanya: “Maukah aku tunjukkan sebuah pohon, jika seseorang memakan buahnya maka dia akan hidup kekal dan mendapat kerajaan yang tidak akan hancur?” Setan terus mengatakan hal ini dan bersumpah bahwa dia adalah pemberi nasehat yang dapat dipercaya, sehingga dia berhasil menipu mereka berdua. Adam dan Hawa memakan buah dari pohon yang dilarang Allah untuk memakannya, sehingga aurat mereka berdua tersingkap; hal ini membuat mereka malu, sehingga mereka mengambil beberapa daun dari pohon yang ada di surga untuk menutupi aurat mereka. Adam telah melanggar perintah Tuhannya, dan salah dalam mencari jalan kekekalan di dalam surga. (Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta’dzhim Al-Qur’an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Professor Fakultas Al-Qur’an Univ Islam Madinah)

 

…..

 

Narasi Khuldi Menjebak Nabi Adam dan Ibunda Hawa Agar Terusir dari Surga

 

Trik yang digunakan Iblis untuk menggoda Adam dan Hawa adalah dengan memberi janji palsu. Iblis berjanji, jika memakan buah tersebut keduanya akan naik jabatan menjadi malaikat, atau menjadi kekal selamanya di surga; tidak akan mati sampai kapan pun. Bualan Iblis berhasil, siapa yang tidak ingin naik jabatan dan keabadian? Adam dan Hawa memakan buah haram yang dilarang Tuhan-nya. (At-Tanthawi, Tafsîrul Washît, juz V, hal. 257)

 

Menurut Ibnu ‘Abbas, alasan Adam dan Hawa bersedia memakan buah pohon terlarang adalah karena Iblis berjanji dengan menyebut nama Allah. Mereka meyakini, janji dengan menyebut nama Allah tidak mungkin merupakan kebohongan. Namun dugaannya salah, Iblis terlalu licik. (Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur’ân, [Beirut; Mu’assasah Ar-Risâlah: 2006], juz I, hal. 178)

 

Paska Makan Buah Pohon Yang Terlarang 

 

Allah menegur Nabi Adam dan Ibunda Hawa;

 

وَنَادٰىهُمَا رَبُّهُمَآ اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَاَقُلْ لَّكُمَآ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

 

…Tuhan menyeru mereka: Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: ‘Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’” (QS al-A’raf: 22)

 

Setelah mendengar teguran Allah itu, keduanya merasa sangat malu dan bersalah. Mereka pun lekas mengakui kesalahan dan bertaubat. Taubat Adam dan Hawa memang diterima oleh Allah swt. Akan tetapi, keduanya tetap diusir dari surga. Ini merupakan sunnatullâh, konsekuensi logis atas dosa yang telah diperbuat mereka. Hal ini bukan berarti Allah tidak mengampuninya. Allah tetap mengampuni. Di akhirat kelak Adam dan Hawa tidak mendapat balasan atas kesalahan memakan buah pohon terlarang yang pernah diperbuatnya. (Muhammad Al-Harari, Tafsir Hadzâ’ihur Rûh war Raihân, [Beirut: Dâr Thauq An-Najah: 2001], juz IX, hal. 258)

 

Wallahu a’lam. Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *